Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/175

e-Wanita edisi 175 (19-4-2018)

Dampak Media Sosial

e-Wanita -- Edisi 175/April 2018
 
Dampak Media Sosial
e-Wanita -- Edisi 175/April 2018
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Jejaring adalah wajah pada era digital. Itu adalah pernyataan dari salah satu tokoh politik dalam sebuah surat kabar nasional terkemuka, yang mau tidak mau harus kita sepakati kebenarannya. Melalui gawai di tangan, kita dapat berelasi dengan siapa pun, bahkan mengakses informasi apa pun melalui aplikasi media sosial. Semua orang percaya tentu akan ikut dalam arus besar ini, bahkan harus terlibat di dalamnya. Namun, jika dunia menggunakan media sosial sebagai sarana untuk keinginan duniawi, orang-orang percaya justru harus menjadi garam dan terang di ladang yang baru ini. Amanat Agung harus menjadi hal yang kita kerjakan di dalamnya, dan berbagai pelayanan penjangkauan, misi, pemuridan, doa, literatur kristiani, bahkan konseling, semakin terbuka luas untuk digarap. Ada begitu banyak orang yang membutuhkan Kristus dan berita keselamatan-Nya, dan kita bisa menjadi rekan sekerja Allah untuk menghampiri mereka dengan gawai yang kita miliki. Meski dunia nyata masih menjadi tempat berpijak kita untuk melakukan pelayanan bagi orang-orang dalam kehidupan kita, dunia maya menjadi lahan baru yang harus dikerjakan agar terang Allah berada di dalamnya. Ladang baru media sosial sudah terbuka dan membutuhkan banyak pekerja. Karena itu, mari kita turut berkontribusi untuk menjadi dampak yang mewartakan Injil dan kebenaran Kristus di dalamnya.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

DUNIA WANITA Yesus dan Media Sosial

Dalam masyarakat modern, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Akibatnya, dunia menjadi semakin kecil, atau begitulah tampaknya. Namun, bahkan dengan kemajuan teknologi, beberapa hal tidak akan pernah berubah, terlepas dari jumlah tahun-tahun yang telah berlalu.

Apa yang sedang saya bicarakan? Saya mengacu pada kebutuhan manusia untuk diakui dan diterima. Sebelumnya, ini tidak pernah lebih terasa dibandingkan dengan zaman kita hidup sekarang, dengan berbagai cara untuk mem-posting apa yang kita lakukan dan hal-hal yang kita nikmati atau benci di internet.

Yesus dan perempuan Samaria

Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain dan dihubungi kembali oleh mereka yang mengenal kita adalah sesuatu yang akan selalu kita rindukan. Saya teringat kisah tentang bagaimana seorang wanita Samaria yang pergi ke sumur pada siang hari dan menemui Orang yang tidak hanya memulai percakapan dengannya, tetapi juga menerimanya sebagaimana dirinya. Orang itu tidak lain adalah Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus.

Apakah Yesus hanya kebetulan datang ke sumur karena Dia haus? Saya memilih untuk berpendapat bahwa bukan itu yang terjadi; sebenarnya, saya ingin menyodorkan pemikiran bahwa Dia datang ke sumur, tidak hanya untuk minum, tetapi juga untuk bertemu dengan orang-orang. Sebab, sumur adalah tempat di mana orang berkumpul dan mengobrol saat mereka mengambil air di sana.

Dalam konteks zaman ini, "sumur" itu tidak lagi menjadi ruang fisik, tetapi telah menjadi ruang virtual, menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai media sosial. Melalui berbagai topik yang menarik, seseorang bisa melempar percakapan ke hampir semua orang di dunia melalui Facebook, Twitter, blog, bahkan game online. Media sosial telah terintegrasi dengan kehidupan kita.

Dan, seperti wanita Samaria di sumur, ada banyak orang di luar sana, di dalam dunia situs yang luas yang mencari penerimaan. Akankah kita mengikuti teladan Yesus untuk melibatkan mereka ke dalam percakapan, mengenal mereka, dan membawa mereka ke Satu Teman yang sejati?

Media Sosial

Meskipun saya telah menyebutkan hal virtual, ada banyak "sumur" lainnya -- tempat dan platform -- tempat kita bisa memulai percakapan dengan seseorang. Dan, salah satu tempat seperti itu bisa saja adalah meja makan dan rumah Anda. Saya berharap, suatu hari ibu saya akan datang untuk mengenal Juru Selamat kita yang besar dan ajaib itu. Sampai itu terjadi, saya akan terus berdoa baginya dan mencari peluang dalam menemukan kebutuhan dan kepeduliannya sehingga saya dapat menceritakan Kristus kepadanya.

Maukah Anda bergabung dengan saya, berdoa untuk orang yang Anda kasihi, yang belum mendengar Kabar Baik? Saya tahu bahwa saya akan melakukannya dan saya memilih untuk percaya kepada Dia, yang terlebih dulu telah memercayai kita.

Di sumur saya menunggu,
Siang berlalu hingga matahari makin memanas,
Mencari air abadi,
Yang rasanya tidak saya ketahui,
Mencari Yesus di dekat sumur.
(t/N. Risanti)

Download Audio
Sumber asli:
Nama situs : YMI
Alamat situs : http://ymi.today/2014/02/jesus-and-social-media/
Judul artikel : Jesus and Social Media
Penulis artikel : Shawn Quah
Tanggal akses : 2 Maret 2016
Diambil dari:
Nama situs : Pelayanan Remaja Kristen
Alamat situs : http://remaja.sabda.org/yesus-dan-media-sosial
Tanggal akses : 10 November 2017
 

WAWASAN WANITA Delapan Hal yang Orang Kristen Perlu Lakukan Lebih Banyak di Media Sosial

Internet tidak harus menjadi tempat yang mengerikan.

Saya takut bahwa karena media sosial, seluruh dunia dapat melihat kata-kata saya. Itu berarti saya bisa menyakiti lebih dari sekadar hanya orang-orang yang berada di hadapan saya setiap kali saya memilih untuk tidak hidup seperti Yesus.

Namun, apa yang kemudian saya temukan adalah, banyak orang tidak menyadari risiko ini. Kita masih memperlakukan media sosial seolah-olah itu merupakan pengecualian untuk bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakan kita.

Media Sosial

Kita perlu mengatasi kekuatan yang membuat kita merasa bisa mengatakan apa pun yang kita inginkan di media sosial, dan malah merangkul kekuatan untuk mengatakan apa yang baru saja dibangun. Ketika kita melakukan ini, kita bisa menggunakan media sosial sebagai alat untuk perubahan -- sesuatu yang akan menghormati kehidupan Yesus dan bukannya mempermalukannya.

Sangat mungkin untuk hidup dan mencintai seperti Yesus di media sosial. Adalah mungkin untuk memuliakan Allah dengan aktivitas media sosial kita. Kita hanya memerlukan beberapa panduan untuk mengarahkan kita ke arah yang benar:

1. Berjuang untuk Koneksi, Bukan Perhatian

Ada dua jenis pengguna media sosial: Orang dengan perspektif "Lihatlah saya!" dan orang dengan perspektif "Mari terhubung!". Media sosial dibuat untuk yang terakhir.

Ini tidak berarti Anda tidak dapat berbagi karya Anda dengan orang lain secara daring. Ini berarti Anda tidak boleh menggunakan suka dan berkomentar sebagai validasi untuk diri Anda sendiri. Bertujuanlah untuk terhubung.

Media Sosial

2. Jadilah Transparan, Tetapi Jangan Terlalu Transparan

Yesus mengungkapkan informasi pribadi kepada murid-murid-Nya, bukan untuk semua orang. Ini berarti kita harus berusaha untuk bersikap transparan dengan orang-orang yang mencintai kita dan berada di sekitar kita dalam kehidupan nyata. Sementara media sosial membuka hidup kita ke seluruh dunia, seluruh dunia tidak perlu mengetahui tentang segala hal. Jadilah transparan, tetapi kebanyakan dengan teman dekat Anda dalam kehidupan nyata.

3. Tanyakan pada Diri Sendiri: Bisakah Saya Mengatakan Hal yang Sama Ini di Depan Seseorang?

Media sosial menjauhkan kita dari dampak kata-kata kita. Kita bisa mengatakan sesuatu dan kemudian berjalan menjauh dari keyboard kita, menjadi buta terhadap bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya.

Namun, hanya karena kita tidak bisa melihat dampak kata-kata kita dalam kehidupan nyata tidak berarti kata-kata kita tidak membuat percikan. Jika kita mengatakan hal-hal yang tidak akan menjadi kata-kata yang akan kita katakan di depan wajah seseorang, kita seharusnya tidak mengatakannya sama sekali.

4. Jangan Terpengaruh dengan Budaya "Katakanlah Apa yang Harus Dikatakan"

Pada media sosial, semua orang "mengatakan apa yang perlu dikatakan". Namun, ketika semua orang melakukannya, sulit untuk menyaring apa yang sebenarnya perlu dikatakan. Cara yang lebih baik untuk menyampaikan pesan adalah mengatakan apa yang perlu dikatakan, tetapi juga menghayatinya dalam kehidupan nyata. Inilah yang Yesus lakukan. Dia memberikan Khotbah di Bukit, dan kemudian segera sesudahnya, Dia mulai menyembuhkan orang. Sebuah pesan lebih baik dikomunikasikan bila tidak hanya dikatakan, tetapi juga dilakukan.

5. Belajar Mendengarkan Lebih Baik

Ketika orang melihat status yang tidak mereka setujui, mereka dengan cepat menyatakan pendapat mereka pada bagian komentar. Namun, ini membuat kita tidak bisa mendengarkan. Dalam kehidupan nyata, kita harus menunggu giliran kita untuk berbicara, tetapi dengan adanya bagian komentar, kita hanya perlu menggulir ke bawah. Beginilah cara beberapa artikel dan diskusi daring bisa begitu lepas kendali -- orang menolak untuk mendengarkan dan malah mengalihkan topik menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda.

Alih-alih cepat menyuarakan pendapat Anda, cernalah kata-kata yang Anda baca terlebih dahulu. Tawarkan tanggapan yang bijaksana hanya setelah mendengarkan.

6. Hindari Mengaduk Pot dengan Artikel yang Anda Bagi

Banyak orang Kristen suka mengaduk pot (memperburuk masalah - Red.) melalui artikel yang mereka bagikan pada isu-isu hot-button (isu-isu yang mengundang kontroversi - Red.). Akan tetapi, saya akan mendesak Anda untuk memantau berapa banyak artikel yang Anda bagikan yang sesuai dengan ideologi Anda. Bila Anda melakukannya, Anda dapat mengarah pada bahaya membuat keyakinan Anda murni hanya tentang berdebat pendapat daripada hidup untuk Kristus, yang merupakan pesan buruk untuk dinyatakan kepada orang-orang yang tidak percaya.

Anda tidak perlu mengaduk panci untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang Kristus; Anda hanya perlu hidup dan mengasihi seperti diri-Nya.

7. Jangan Berkomentar Rasis

Yang ini sudah jelas, tetapi rupanya perlu dikatakan. Hanya karena teman Anda di media sosial berbagi nilai yang sama tidak berarti Anda dapat mengatakan apa pun yang Anda inginkan kepada mereka. Sebenarnya, saat Anda berada di media sosial, Anda tidak hanya berbicara kepada teman Anda -- Anda sedang berbicara kepada dunia. Dan, satu hal yang dunia tidak butuhkan adalah kata-kata untuk mengabadikan stereotip dan kebencian rasial.

Media Sosial

8. Hindari Menjadi Kejam bagi Para Blogger

Media sosial bukanlah jalan keluar di mana Anda dapat menjadi kejam kepada yang lain karena Anda tidak setuju dengan mereka. Jika kita tidak menyukai karya seni seseorang, kita harus secara konstruktif mengasahnya untuk berpikir lebih baik, tetapi kita seharusnya tidak merobeknya. Seni adalah hal yang pribadi, dan Anda merobek jiwa seseorang setiap kali Anda memilih untuk mengutuk pekerjaan mereka dibanding mempertajamnya. Sebagai gantinya, dorong mereka untuk menjadi lebih baik dengan cara yang lembut.

Media sosial adalah wilayah yang berbahaya, tetapi adalah mungkin untuk hidup seperti Yesus di tengah komplikasinya. Kuncinya adalah melepaskan akal palsu yang membuat kita berpikir bahwa kita dapat melakukan apa pun yang kita inginkan secara daring, dan malah mengadopsi kasih dan karakter Yesus Kristus untuk mengasah kata-kata kita. Pada akhirnya, itulah kata-kata yang akan membuat perbedaan. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Relevant Magazine
Alamat situs : https://relevantmagazine.com/culture/tech/8-things-christians-need-do-more-social-media
Judul asli artikel : 8 Things Christians Need to Do More on Social Media
Penulis artikel : Neal Samudre Tech
Tanggal akses : 21 September 2017
 
Stop Press! Dapatkan Publikasi 40 Hari Doa, Mengasihi Bangsa Dalam Doa!

Komunitas Apps4God

Yayasan Lembaga SABDA melalui publikasi 40 Hari Doa mengajak Anda bersatu hati untuk mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah puasa pada Mei-Juni mendatang. Dengan bergabung dalam gerakan doa ini, kita akan bersama-sama memohon kuasa Tuhan dinyatakan bagi saudara-saudara kita sehingga mereka dapat beroleh jalan kepada Kristus, sang Kebenaran Sejati.

Jika Anda rindu untuk bergabung dalam gerakan doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail Anda ke: subscribe-i-kan-buah-doa@hub.xc.org. Anda juga dapat mengajak teman-teman Anda untuk bergabung menjadi pendoa dengan mengirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: doa@sabda.org. Setelah terdaftar menjadi pelanggan, Anda akan menerima kiriman publikasi kami melalui email.

Mari, kita bersatu hati dan berdoa supaya setiap suku bangsa memuliakan nama-Nya. Amin.

"... supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:2)

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti, Amidya, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org