Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/161

e-Wanita edisi 161 (16-2-2017)

Kasih yang Tahan Uji

e-Wanita -- Edisi 161/Februari 2017
 
Kasih yang Tahan Uji
e-Wanita -- Edisi 161/Februari 2017
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Bulan Februari identik dengan bulan kasih sayang bagi dunia. Namun, sebagai orang-orang Kristen, kita dipanggil untuk menyatakan kasih sejati seperti yang diteladankan Tuhan Yesus setiap hari dan setiap waktu dalam hidup kita. Sebagaimana Kristus telah memberi diri-Nya, hendaknya kita pun dapat memberi diri bagi orang-orang yang ada dalam kehidupan kita. Namun, tentu saja mengasihi dalam bentuk memberi diri bukanlah perkara yang mudah, bahkan dalam kehidupan rumah tangga sekalipun. Ada banyak konflik di dalam rumah tangga yang diawali dari kegagalan pasangan untuk menumbuhkan cinta kasih yang benar, yang berdasar pada Kristus. Lalu, bagaimana setiap pasangan kristiani dapat menumbuhkan jenis kasih yang akan tahan uji dan dapat bertahan melalui waktu-waktu yang sulit? Melalui dua artikel dalam edisi e-Wanita 161 ini, kita diajak untuk melihat contoh-contoh tentang bagaimana kasih yang berdasar pada Kristus itu akan mampu bertahan melalui ujian dan kesukaran, bahkan di tengah-tengah ancaman bahaya dan penindasan sekalipun. Setelah membaca artikel-artikel tersebut, kiranya kita dapat sungguh-sungguh merasakan kebenaran dari perkataan Paulus yang menyatakan, "Kasih itu ... sabar menanggung segala sesuatu." Amin..

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

DUNIA WANITA Ketekunan: Cinta Tiada Akhir

Ketika Courtney naik ke atas panggung untuk menerima gelar sarjananya, kerumunan kecil di aula meledak dengan suara sorak-sorai. Suaminya, Stan, bersorak dengan keras, berdiri dengan kedua tangannya di atas. Saat keluar panggung, Courtney melihat, menunjuk ke arah Stan, dan memberi kecupan jauh.

Itu mewakili semuanya!

Mereka berdua tahu bahwa momen itu merupakan sebuah kemenangan bersama untuk mereka, puncak dari "serangkaian tindakan yang mantap dan gigih..., terlepas dari kesulitan dan keputusasaan" (perseverance, kamus Webster). Sembari menulis tugas-tugas dan menyelesaikan magang, Courtney bekerja paruh waktu, membagikan rasa kepedulian pada anak mereka yang berumur 18 bulan bersama dengan Stan, yang bekerja dalam satu setengah pekerjaan (satu pekerjaan penuh waktu dan satu pekerjaan paruh waktu - Red.) untuk memenuhi kebutuhan.

Media sosial

Ketika mereka menikah, mereka setuju untuk saling mendukung dalam menyelesaikan rencana pendidikan dan karier mereka. Namun, mereka tidak menduga akan adanya risiko secara keuangan atau emosional: hari-hari tanpa sebuah percakapan yang layak, akhir pekan tanpa waktu untuk relaksasi dan keintiman, sedikit uang untuk baju dan hiburan, periode kebencian, dan mengasihani diri sendiri. Courtney dan Stan menghadapi tantangan tak terduga secara bersama-sama, tetapi mereka berhasil dalam memenuhi mimpi mereka untuk masa depan yang lebih baik.

Stan dan Courtney adalah contoh dari ketekunan. Begitu juga dengan Dick dan Nancy, yang disebabkan oleh kondisi stroke Dick dengan mengubah gaya hidup secara radikal, dan ada pula Imelda dan Jose, yang bekerja siang malam selama tiga tahun untuk memulai bisnis kecil mereka.

Dengan angka perceraian mencapai hampir 50% (di Amerika Serikat -- Red.), merupakan hal yang menginspirasi untuk bertemu dengan pasangan yang berjuang, menghadapi kesulitan dan mengatasinya dengan kebersamaan yang kuat dan dengan berkomitmen pada pernikahan mereka. Apa yang membuat ketekunan menjadi mungkin untuk sebagian orang dan tidak bagi yang lain? Apakah itu hanya karena mereka berani menghadapinya, atau adakah formula ajaib untuk menantang pasangan hidup menjadi lebih kuat?

Setiap pasangan yang pernah saya kenal memiliki waktu-waktu saat mereka dikecewakan, marah, depresi, lelah, atau hanya emosi yang datar, yang siap untuk menyerah. Bisa jadi itu masalah uang, pekerjaan, anak-anak, alkohol, rumah, olahraga, seks, atau hukum. Mengapa beberapa pasangan bertekun dan yang lainnya menyerah untuk mencoba suatu hal berjalan dengan baik?

Ketika saya berbicara, baik dengan pasangan yang baru dan yang sudah lama menikah, ada tiga hal yang tampaknya ada dalam para pasangan yang bertekun dalam masa sulit.

Yang pertama adalah kemauan untuk berharap. Harapan dalam pernikahan berarti percaya pada masa depan bersama, tetapi yang belum terlihat. Harapan merupakan suatu hal yang lebih dari sekadar rasa optimis. Harapan dengan bertekun adalah sebuah orientasi roh yang timbul dari sebuah sumber yang melampaui kita. Untuk bertahan, para pasangan membutuhkan sebuah visi yang positif untuk berjalan dalam situasi yang sekarang terlihat suram.

Ketika Amy sedang beristirahat total pada masa akhir kehamilannya dan Tom mengerjakan semua pekerjaan yang biasanya dikerjakan Amy, harapan mereka pada kemungkinan untuk memiliki bayi yang sehat membuat mereka mampu melewatinya. Ketika Dick tidak bisa berjalan setelah terkena stroke, ia dan Nancy mengharapkan waktu-waktu yang indah pada masa mendatang bersama dengan cucu-cucu mereka. Alkitab menegaskan pentingnya sebuah harapan. "Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Akan tetapi pengharapan yang terlihat, bukan lagi pengharapan; sebab siapakah yang berharap atas sesuatu yang sudah dilihatnya? Akan tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." (Roma 8:24-25, AYT)

Kunci yang kedua untuk ketekunan adalah kemauan kedua belah pihak untuk berkorban demi masa depan yang lebih baik. Sementara Courtney bekerja pada sore hari, Stan merelakan kegiatannya bermain poker bersama teman-temannya demi menjaga anak mereka. Tidak ada perjalanan, konser mahal atau botol anggur bermerek selama melanjutkan jenjang sekolah.

Peneliti pernikahan yang terkemuka, Scott Stanley, dalam studi tentang pengorbanan dalam pernikahan menunjukkan bahwa ketika kedua pasangan mau berkorban, itu merupakan cara yang ampuh untuk mengungkapkan rasa cinta satu sama lain. Pengorbanan berbicara bahwa apa yang baik untukmu adalah juga penting bagi saya. Saya mencintaimu dan saya mau memberikan waktu dan energi saya demi kebaikanmu. Bagi Imelda dan Jose, itu berarti tidak memiliki baju-baju yang baru atau perabotan yang baik selama hampir tiga tahun sehingga semua sumber penghasilan mereka dapat diinvestasikan dalam pertumbuhan bisnis yang bisa mendukung keluarga mereka pada masa yang akan datang.

Karakteristik yang ketiga dari pasangan yang bertekun adalah iman yang berada di dalam diri mereka, di dalam satu sama lain, dan di dalam Allah. Hingga mereka menghadapi kesulitan, Patrice dan Sheldon tidak sadar bahwa Allah bersama-sama dengan mereka dalam hubungan pernikahan mereka. Namun, ketika beban menjadi berat, mereka mulai meminta pertolongan Allah untuk memberi jalan keluar pada pertengkaran dan argumen pahit di antara mereka. Kemudian, mereka mengalami perubahan melalui doa dan keyakinan pada kekuatan Allah yang ada di dalam mereka.

Cinta tiada akhir

"Hal itu tidak seperti ledakan petir atau yang lainnya," komentar Sheldon. "Saya telah berdoa meminta pertolongan ketika bekerja dan berolahraga, jadi saya mulai berdoa untuk meminta pertolongan di rumah. Kemudian, kami mulai berdoa bersama. Hal itu menuntun kami untuk belajar berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang baru. Pelan-pelan, kami menyadari bahwa kami tidak bisa mengatasi masalah ini dengan diri kami sendiri karena kami adalah salah satu bagian dari masalah tersebut." Bahkan, ketika kita hanya memiliki iman yang kecil pada diri kita maupun pada Allah, doa dapat menopang kita.

Perayaan kelulusan Courtney dan Stan, seperti halnya keberhasilan Jose dan Imelda pada ketekunan dalam masa yang sukar, secara langsung berhubungan pada janji yang mereka buat pada hari pernikahan mereka untuk saling mencintai dan menghormati untuk selamanya. Saat ini, ketika banyak orang telah kehilangan rasa percaya diri dalam cinta pernikahan, mereka membuktikan bahwa hal itu mungkin!

Ketika para pasangan bertekun, mereka membawa kasih yang teguh dan unik ini ke dalam keluarga mereka, komunitas mereka, dan ke dalam dunia. Hal ini mendorong mereka untuk melihat bahwa kasih yang dibicarakan oleh Rasul Paulus dalam surat Korintus merupakan sesuatu yang mungkin bagi kita semua: "Kasih itu tahan menanggung segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak pernah berakhir" (1 Korintus 12:7-8, AYT). (t/Illene)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : For Your Marriage
Alamat situs : http://www.foryourmarriage.org/perseverance-love-never-ends/
Judul asli artikel : Perseverance: Love Never Ends
Penulis artikel : Mary Jo Pedersen
Tanggal akses : 27 September 2016
 

WOMEN TO WOMEN Kisah Kaum Perempuan

Pernahkah terbayangkan oleh kita serta bertanya dalam hati bagaimana rasanya menjadi seorang wanita, istri, dan ibu, yang percaya pada Kristus, tetapi berlatar belakang kaum SALAM? Sudah tentu itu akan mengandung bahaya bagi semua anggota keluarga.

Berikut ini adalah kisah kaum wanita yang setiap hari terpaksa menanggung derita karena mempertahankan iman dalam Kristus Yesus. Kehadiran Open Doors di tengah-tengah mereka untuk menguatkan melalui program pemuridan yang telah dirancang secara khusus bagi mereka.

Women to women

Kisah Hosneara: Badai Iman bagi Hosneara

Hosneara Begum, usia 33 tahun, latar belakang SALAM, berkata, "Saya yang pertama percaya kepada Kristus setelah itu suami saya juga menjadi percaya setelah saya memperkenalkan Yesus sebagai jalan keselamatan."

Ia melanjutkan, "Akibat dari komitmen yang kami ambil, keluarga suami saya menolak untuk memberikan rumah dan tanah bagian kami. Orang-orang mulai mengejek kami." Putranya bernama Ahsan Habib, 13 tahun, menderita sakit kantung kemih sejak lahir. Orang-orang itu mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh karena orangtuanya percaya Kristus. "Ada kalanya iman saya menjadi lemah, merasa seperti berada dalam badai iman."

"Kemudian, saya ikut dalam pelatihan dan pemuridan yang diselenggarakan oleh Open Doors. Selama pelatihan, saya menemukan kasih Allah bagi saya dan keluarga saya. Saya mulai memahami gambar diri, betapa berharganya saya di mata-Nya. Tuhan menciptakan saya serupa dan segambar dengan-Nya."

"Hal yang penting, saya juga belajar mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya penyembuh. Hanya Dialah yang bisa menyembuhkan anak saya. Jadi, mulai sekarang kami sekeluarga ingin berbuat baik dan bermurah hati kepada semua orang sehingga mereka dapat melihat Yesus dalam hidup kami. Teruslah berdoa bagi kesembuhan anak saya sehingga melalui hal itu Allah dapat diberitakan dan dimuliakan."

Sahana Aktar: Tidak Diakui oleh Keluarga dan Masyarakat

"Seluruh anggota keluarga rumah tangga saya menjadi pengikut Kristus. Namun, hal itulah yang membuat ketika saya datang ke rumah orangtua saya, mereka menolak dan mengunci semua pintu, tidak mengizinkan saya masuk. Di tempat kami tinggal, ketika anak-anakku bermain, pergi ke sekolah, mereka mengejek kami. Terkadang, orang yang lewat depan rumah kami, mereka melemparkan lumpur ke atap rumah dan membuang sampah di depan rumah kami. Setiap hari, tetangga kami berdiri di depan jendela dan mengeluarkan kata-kata penghinaan terhadap agama Kristen dan Yesus. Tolong doakan kami sekeluarga sehingga tetap berdiri teguh dalam iman kami dan cakap menanggung segala perkara dan memuliakan Tuhan melalui kesetiaan."

Monira Begum (27): Iman yang Tak Tergoyahkan

"Ketika suami saya dan saya menjadi orang Kristen, tetangga-tetangga mulai membenci dan mengkritik kami. Tidak ada lagi yang mau berbicara dengan kami, tidak diundang ke acara sosial. Penduduk desa memblokir jalan dari rumah kami sehingga kami tidak bisa pergi ke mana-mana. Mereka datang bersama kelompok massa dan memaksa kami keluar dari desa; mereka tidak berhasil. Iman kami tetap teguh dan kami percaya Tuhan selalu bersama kami."

Diambil dari:
Judul buletin : Open Doors Frontline Faith
Edisi : Mei - Juni 2016
Penulis artikel : Redaksi Open Doors
Halaman : 6 -- 7
 
Stop Press! Bertumbuh dan Berbagi Wawasan Bersama dalam Komunitas Diskusi Wanita Kristen

Sebagai wanita Kristen, kita harus bertumbuh, berwawasan luas, dan memiliki banyak relasi dengan sesama wanita Kristen Indonesia lainnya. Untuk itu, mari bergabung bersama kami dalam komunitas diskusi Wanita Kristen dari YLSA!

Facebook Grup Wanita Kristen

Melalui komunitas ini, kita akan bersama-sama belajar dan berbagi wawasan dalam topik-topik diskusi yang alkitabiah seputar dunia wanita Kristen. Berbagai topik menarik dan berguna akan didiskusikan melalui FB grup ini sehingga wawasan kita sebagai bagian dari tubuh Kristus akan semakin bertambah dan diperlengkapi. Baik bahan maupun hasil diskusi, tentunya akan sangat berguna bagi pelayanan kita di dalam keluarga, gereja, karier, maupun masyarakat.

Nah, tunggu apa lagi, segera kunjungi dan bergabunglah bersama Facebook Grup Wanita Kristen diskusi kami di Facebook Grup Wanita Kristen.

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti, Amidya, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org