Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/38

e-Wanita edisi 38 (17-6-2010)

Menjalin Relasi yang Sehat antara Mertua dan Menantu

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
      Topik: Menjalin Relasi yang Sehat antara Mertua dan Menantu
                           Edisi 38/Juni 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- DUNIA WANITA: Hubungan Mertua dan Menantu
- POTRET WANITA: Sara -- Wanita dalam Alkitab
- WAWASAN WANITA: Membangun Hubungan yang Positif dengan
                  Menantu/Mertua
- EDISI BERIKUTNYA
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Salam sejahtera,

  Banyak pasangan muda yang sering mengeluh bagaimana mereka bisa
  menjalin relasi yang baik dengan mertua mereka. Walaupun sebelum
  menikah mereka sudah berusaha menjalin relasi yang sehat dengan
  calon mertua mereka, tidak jarang setelah menikah mulai muncul
  permasalahan-permasalahan yang dulu tampaknya adalah hal yang remeh.

  Melanjutkan pembahasan edisi yang lalu, Redaksi sajikan artikel yang
  membahas lebih mendalam mengenai relasi mertua dan menantu. Simak
  juga tip praktis yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan Sahabat
  Wanita.

  Selamat membaca, kiranya menjadi berkat.

  Pimpinan Redaksi e-Wanita,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://wanita.sabda.org
  http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
      Love ... the golden key that opens the palace of eternity
                            (John Milton)
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                     HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU

  Ada seseorang yang pernah berdoa demikian, "Tuhan, berikanlah aku
  seorang suami. Namun tolong agar suamiku itu sudah tidak punya orang
  tua lagi." Mengapa ia berdoa demikian? Orang itu menjawab, "Karena
  saya sering menjumpai banyak keluarga yang mertuanya bersikap bukan
  sebagai penolong, tetapi perongrong." Memang, sering terjadi masalah
  antara mertua dengan menantu, khususnya antara mertua perempuan
  dengan menantu perempuannya.

  Para menantu sering kali berpikir bagaimana caranya membuat sang
  mertua bersikap baik kepada mereka. Jangan lupa, para mertua juga
  memiliki kerinduan yang sama, yakni bagaimana membuat sang menantu
  menghormati dan menyayangi mereka.

  Namun sebenarnya untuk menjadikan sang mertua atau sang menantu
  bersikap baik terhadap Anda, hal itu banyak bergantung pada sikap
  Anda sendiri. Benarlah yang dikatakan oleh sebagian orang, "Sebelum
  engkau bisa mengubah sikap orang lain kepadamu, ubahlah lebih dahulu
  sikapmu sendiri kepada orang lain."

  Kisah Naomi dan Rut di dalam kitab Rut adalah contoh yang baik bagi
  hubungan antara mertua dengan menantu. Mari kita pelajari berikut
  ini.

  1. Naomi menjalani latihan iman dan kepribadian. Nama Naomi berarti
     "manis". Namun pada faktanya hidupnya ternyata pahit. Ia dan
     keluarganya harus mengungsi ke negeri Moab karena kelaparan
     terjadi di Israel. Selama 10 tahun, mereka tinggal di Moab dan
     Naomi mengalami hal yang lebih pahit lagi, yakni suami dan kedua
     anak laki-lakinya yang relatif muda meninggal dunia, tanpa sempat
     memberikan cucu kepadanya. Namun, kepahitan itu tidaklah membuat
     Naomi lemah iman dan mengutuki Tuhan. Banyak kesulitan malah
     membentuk pribadi dan imannya sehingga lebih mantap.

     Berkaitan dengan kesulitan, ada dua macam kepribadian. Ada yang
     seperti telur, ada pula yang seperti bola tenis. Permukaan telur
     halus, tidak seperti bola tenis yang kasar. Tetapi telur sangat
     mudah pecah apabila terbentur dengan benda keras. Sebagian orang
     memiliki kepribadian seperti telur yang sangat rentan terhadap
     benturan. Sedikit tersinggung, dia sudah sakit hati. Sedikit
     kesulitan menimpa, dia sudah putus asa. Tetapi, bola tenis
     berbeda. Jangankan terbentur, dilempar pun tidak apa-apa. Semakin
     keras lemparannya, semakin keras pula mentalnya. Kepribadian
     orang seperti ini tidak mudah "pecah" dan frustrasi.

  2. Naomi bersikap manis terhadap kedua menantunya. Kehilangan kedua
     anak lelaki tidaklah membuat Naomi menyalahkan kedua menantunya
     dengan menyangka mereka telah berbuat yang tidak pantas kepada
     suami mereka. Tidak pernah keluar perkataan tuduhan dari Naomi
     kepada kedua menantunya, "Orpa dan Rut, karena kalian tidak bisa
     mengurus suami, maka anak-anakku harus mati dalam usia muda."
     Jikalau Naomi tidak bersikap baik terhadap kedua menantunya, mana
     mungkin mereka mau mengikuti dia pulang ke negeri Israel, padahal
     mereka berasal dari bangsa Moab. "Tidak, kami ikut dengan engkau
     pulang kepada bangsamu," demikianlah kata Orpa dan Rut (Rut
     1:10). Untuk kedua kalinya, Naomi menyuruh mereka pulang ke
     rumah, dan dengan berat hati, disertai dengan tangisan, Orpa
     mohon pamit kepada mertuanya itu. Namun, Rut tetap bertekad untuk
     menemani Naomi dengan berkata, "Janganlah desak aku meninggalkan
     engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
     engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau
     bermalam, di situ jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan
     Allahmulah Allahku." (1:14-16)

  3. Naomi menganggap kedua menantunya sama seperti anaknya sendiri.
     Inilah yang menjadi penyebab mengapa ia bisa bersikap manis
     terhadap sang menantu. Naomi memanggil mereka dengan sebutan
     "anak-anakku" (1:11-13). Mereka bukanlah "orang luar" yang
     patut dicurigai. Tidak ada seorang pun yang senang dicurigai.
     Apabila sang mertua selalu mencurigai menantunya, maka hal itu
     akan menyebabkan kesusahan di dalam hati para menantunya.

  4. Naomi berhasil mempersaksikan imannya kepada menantunya (1:16-17).
     Sikap hidupnya yang baik memudahkannya untuk bersaksi kepada Rut,
     yang pada mulanya adalah orang kafir. Hasilnya, Rut menjadi
     percaya kepada Yahweh. Dia dapat berkata, "Tuhanmu adalah
     Tuhanku, Allahmu adalah Allahku.", 5. Naomi tidak memaksakan kehendak kepada menantunya. Dia memberi
     kebebasan kepada Rut untuk memilih, apakah akan ikut dengan dia
     atau pulang ke negerinya sendiri. Hal memaksakan kehendak sering
     kali menjadi masalah. Ada sebagian mertua karena merasa diri
     cukup kaya, berjasa, dan berpengalaman, berusaha memaksakan
     kehendak kepada anak-anak dan menantu mereka. Cara yang pernah
     dipakai orang tua pada masa lalu tidak selalu cocok/efektif pada
     zaman sekarang ini. Misalnya, ada seorang mertua yang mau
     memakaikan pakaian tebal kepada cucunya yang sedang menderita
     demam. Hal itu ditentang oleh menantu perempuannya, karena
     berdasarkan nasihat sang dokter anak, baju yang terlalu tebal
     akan menyulitkan udara untuk keluar, akibatnya panas badan sang
     bayi sulit turun. Sang mertua tidak memaksakan kehendaknya,
     melainkan memberikan kebebasan kepada ibu dari bayi itu untuk
     merawat dengan caranya sendiri yang juga baik.

  6. Naomi memikirkan kebaikan menantunya. Dia menyadari bahwa Rut
     masih muda dan membutuhkan seorang suami yang bisa menjadi
     sandaran hidupnya. Naomi mencarikan suami bagi menantunya yang
     telah menjadi janda. Hal ini sangat jarang terjadi! Banyak mertua
     malah berkata demikian, "Enak saja, anakku sudah mati, sekarang
     menantuku itu malah mencari jodoh baru. Aku sudah jadi janda,
     biarlah menantuku menjadi janda juga." Naomi tidaklah bersikap
     demikian. Dia memikirkan kebaikan menantunya. Naomi bukan saja
     menunjukkan "jalan", tetapi dia juga mengajari Rut
     langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat memikat hati
     Boas (3:1-5). Naomi menasihati Rut agar ia berdandan rapi, mandi,
     berurap, dan berpakaian baru. Karena kemiskinan, Rut menjadi
     seorang wanita yang sangat bersahaja; mungkin ia kurang
     memerhatikan penampilan, akibatnya dia nampak lebih tua daripada
     usia yang sebenarnya. Naomi yang mengetahui kelemahan Rut itu
     tidak menyoroti dan menjelek-jelekkannya di depan orang lain,
     malah ia mengajari agar Rut terlihat lebih cantik. Hasilnya
     adalah Rut dipersunting oleh Boas, pengusaha besar itu. Buah dari
     pernikahan mereka adalah Obed (artinya: ibadah). Dari Obed,
     lahirlah Isai, dan dari Isai Raja Daud. Mereka menjadi nenek
     moyang dari Yesus.

  Selain teladan Naomi, kita juga perlu melihat diri Rut yang
  memberikan teladan hidup yang baik sebagai seorang menantu.

  1. Ia menganggap mertua sebagai orang tuanya sendiri yang perlu
     ditemani, dirawat, dan dikasihi. Perhatikanlah perkataan Rut
     kepada Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang
     dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke
     situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
     jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah
     Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah
     aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan
     lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku
     dari engkau, selain daripada maut!" (1:16-17) Sikap Rut yang
     demikian manis kepada mertuanya itu diketahui dan dipuji-puji
     oleh banyak orang, termasuk oleh Boas (2:11).

  2. Rut tidaklah materialis. Kesetiaannya kepada Naomi bukanlah
     disebabkan kekayaan mertuanya itu; Naomi telah jatuh miskin.
     Naomi sendiri berkata kepada penduduk Betlehem, "Dengan tangan
     penuh aku pergi, tetapi dengan tangan kosong TUHAN memulangkan
     aku." (1:21a)

  3. Rut menjadi seorang menantu yang rajin dan berinisiatif untuk
     bekerja. Dia tidak menjadi seorang pemurung yang hanya menyesali
     kemalangan nasibnya. Tanpa disuruh, ia memohon izin kepada
     mertuanya untuk bekerja, "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut
     bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku."
     (2:2a) Dengan rajinnya Rut terus sibuk bekerja dari pagi
     sampai siang tanpa berhenti (2:7b).

  4. Rut mau mendengar nasihat mertuanya. Sebagai seorang pendatang
     dari bangsa Moab, pastilah Rut kurang memahami adat-istiadat
     orang Yahudi. Oleh karena itu, Naomi banyak membimbingnya,
     khususnya pada waktu ia mencari seorang penebusnya, yakni Boas.
     Respons Rut terhadap nasihat Naomi adalah: "Segala yang engkau
     katakan itu akan kulakukan." (3:5).

  Jadi kesimpulannya: Naomi dan Rut saling mengasihi, memerhatikan,
  dan saling baik. Alhasil, terciptalah hubungan yang begitu indah di
  antara sang mertua perempuan dengan menantunya. Hubungan Anda pun
  bisa demikian. Kuncinya adalah usaha bersama dan mohon pertolongan
  dari Roh Kudus. Amin.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Hanya Maut yang Memisahkan Kita
  Penulis: Pdt. Roby Setiawan, Th.D.
  Penerbit: Setiawan Literature Ministry, Semarang 2007
  Halaman: 78 -- 84

  Artikel ini pernah dimuat dalam e-Konsel edisi 165 (4 Agustus 2008)
  Alamat arsip: http://c3i.sabda.org/hubungan_mertua_dan_menantu
______________________________________________________________________
- POTRET WANITA

                      SARA -- WANITA DALAM ALKITAB

  Kejadian Pasal 15 -- 21

  Sara, istri Abraham, adalah seorang wanita yang unik. Dia sangat
  cantik dan kecantikannya membuat Abraham terlibat masalah (Kejadian
  12, 20).

  Dia menyetujui rencana suaminya untuk berbohong tentang hubungan
  mereka yang sesungguhnya. Firaun mengambilnya sebagai selir. Dalam
  Kejadian 12, Allah secara ajaib melindunginya karena janji-Nya
  kepada Abraham dan Sara (ayat 2-3). Allah menimpakan tulah
  kepada Firaun dan seisi istananya karena Sara.

  Anda adalah putri Abraham juga. Carilah apa janji-janji Allah dalam
  Alkitab dan mintalah dengan iman. Perlu Anda ketahui bahwa tidak ada
  yang istimewa tentang Sara dan Abraham. Sebenarnya mereka berdua
  adalah pengecut. Abraham sendiri seorang yang sangat penakut.
  Bayangkan, ia berbohong tentang istrinya sendiri dan membahayakannya
  dengan risiko diperkosa.

  Allah sendiri melindungi Sara secara ajaib dalam dua peristiwa yang
  bisa menghancurkannya. Siapa bilang Allah memperlakukan wanita
  sebagai warga kelas dua?

  Wanita, mungkin Anda juga memiliki suami yang tidak bisa diandalkan
  yang melibatkan Anda dalam bahaya atau stres. Jangan sampai hati
  Anda pahit karenanya. Berlindunglah pada janji Allah. Doakan Allah
  untuk menyentuh hati suami Anda. Sara menjadikan Abraham seseorang
  yang dipakai Allah seperti yang kita ketahui saat ini. Dia memegang
  peranan dalam rencana Allah untuk umat manusia.

  Sara adalah wanita yang penuh belas kasihan. Dengan keliru, dia
  merasa bersalah karena tidak memunyai anak; oleh karenanya, dia
  meminta Abraham mengambil pembantunya, Hagar, agar dia memunyai
  keturunan (Kejadian 16). Keliru sekali. Andai saja dia menunggu
  waktu Allah.

  Anak adalah anugerah dari Allah. Kita berdoa kepada Allah untuk
  anak-anak. Sara pasti menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalan
  mereka memunyai keturunan. Ini salah. Anugerah dari Allah tidaklah
  tergantung pada kondisi biologis.

  Akibat dari kesalahan Sara -- yang disetujui Abraham tanpa keberatan
  apa pun -- menimbulkan masalah di rumah mereka. Sara menyalahkan
  Abraham. Mungkin sikap Sara dapat diterima; Abraham seharusnya tahu
  lebih baik dari itu [untuk tidak setuju dengan usul Sara, Red.].
  Namun demikian, Sara juga punya andil besar dalam kesalahan ini.

  Seberapa sering Anda menyalahkan suami atas sesuatu yang Anda buat?

  Allah ikut campur lagi dalam kehidupan Sara. Dia mengubah namanya
  (dari Sarai menjadi Sara) dan menjanjikan mereka seorang anak
  (Kejadian 17).

  Perubahan nama Sara adalah sebuah permainan kata. Nama Sara berarti
  "ibu bangsa-bangsa". Setiap kali seseorang memanggil Sara atau
  setiap kali dia memperkenalkan diri, dia membuat pernyataan iman;
  dia menyebut dirinya sebagai ibu bangsa-bangsa bahkan sebelum dia
  memunyai seorang anak. Saat itu dia sudah berumur 90 tahun.

  Iman menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Inilah yang
  harus dilakukan semua wanita beriman. Ulangilah firman Allah dan
  janjinya terus-menerus kepada diri Anda dan keluarga dan anak-anak
  Anda. Ada kekuatan dalam kata-kata.

  Awalnya, Sara dan Abraham tidak memercayai janji Allah kepada
  mereka (Kejadian 17:17-18, 18:11-12).

  Kekuatan dan berkat Allah menyertai Sara dan Abraham walaupun
  situasi dan kurangnya kepercayaan mereka terhadap Tuhan.

  Abraham, orang yang tidak memunyai anak, berdoa untuk orang lain;
  dan orang yang mereka doakan memunyai anak (Kejadian 20). Dapatkah
  Anda bayangkan apa yang dirasakan Abraham dan Sara ketika mereka
  melihat orang lain menerima berkat yang sudah lama mereka inginkan.

  Namun demikian, mereka tetap melayani Tuhan. Inilah iman. Mereka
  percaya bahwa Allah memberi anugerah kepada mereka yang dengan tekun
  melayani-Nya.

  Akhirnya, Sara pun melahirkan Ishak. (t/Uly)

  Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
  Judul asli artikel: Sarah -- Women of The Bible
  Nama Situs: The Living Word Library
  Penulis: Dele Oke
  Alamat URL: http://www.wordlibrary.co.uk/printarticle.php?id=170
______________________________________________________________________
- WAWASAN WANITA

      MEMBANGUN HUBUNGAN YANG POSITIF DENGAN MENANTU/MERTUA

  Ketika dua wanita yang mengasihi pria yang sama berada di tempat
  yang sama, hasilnya tidaklah selalu baik. Ibu mertua bisa bermasalah
  ketika melepas anak laki-lakinya. Menantu perempuan harus berjuang
  untuk bisa menyatu dengan keluarga suaminya. Saling pengertian dan
  kesepakatan yang bijaksana diperlukan untuk membantu ibu mertua dan
  menantu perempuan untuk melebur menjadi satu dalam hubungan yang
  sehat.

  Berikut adalah sepuluh saran bagaimana menjalin hubungan yang baik
  dengan ibu mertua atau menantu perempuan Anda:

  1. Pilihlah untuk bertindak dengan kasih.
     Jangan biarkan perasaan Anda menuntun tindakan Anda. Sebaliknya,
     ikutilah tuntunan Tuhan. Apa pun yang Anda rasakan, putuskan
     untuk memperlakukan ibu mertua dan menantu perempuan Anda dengan
     kasih. Percayalah, sekali Anda bertindak berdasarkan kasih, Tuhan
     akan memberikan penghargaan kepada Anda dan mengubah hati Anda
     perlahan-lahan.

  2. Saling bersabarlah satu dengan yang lain.
     Jangan mengharapkan hubungan Anda bisa langsung dekat. Berikan
     waktu untuk hubungan tersebut tumbuh.

  3. Doakan ibu mertua Anda.
     Cobalah untuk menerapkan saran berikut ini dalam hubungan Anda
     dengan ibu mertua: kasihilah suami Anda, bersedialah untuk
     belajar, jadilah diri sendiri dan santai, kasihilah ibu mertua
     Anda dan katakan hal tersebut kepada beliau, bersabarlah terhadap
     ibu suami Anda ini ketika beliau mencoba untuk melepaskan anak
     laki-lakinya, berdoalah untuk ibu mertua Anda (Tuhan dapat
     mengubah beliau meskipun tidak seorang pun dapat melakukannya),
     jangan mengeluh kepada orang lain tentang suami Anda, teruslah
     jalin hubungan yang dekat dengan keluarga Anda sendiri (Anda
     membutuhkan dukungan mereka), jalinlah hubungan pribadi dengan
     Kristus, berikan perhatian kepada pernikahan Anda sendiri, jangan
     bandingkan ibu mertua Anda dengan ibu Anda sendiri (hormatilah
     keduanya dan perbedaan-perbedaan mereka), katakan kepada ibu
     mertua Anda betapa Anda sangat mengasihi anaknya dan beliau sudah
     membesarkannya dengan sangat baik, rencanakan liburan jauh-jauh
     hari, berikan waktu supaya hubungan Anda dengan ibu mertua
     semakin dekat, dan milikilah terus selera humor.

  4. Doakanlah menantu perempuan Anda.
     Cobalah untuk menerapkan saran-saran berikut ini dalam hubungan
     Anda dengan menantu perempuan Anda: bersikaplah positif dan
     mendukung, doakan pernikahan anak Anda dan menantu perempuan
     Anda, hormatilah cara-cara yang berbeda yang dilakukan oleh
     menantu perempuan Anda, biarkan anak Anda dan istrinya memiliki
     kehidupan sendiri, jangan ikut campur, kirimkan kartu dan
     beritahukan hari-hari penting, pekalah kapan Anda bisa berbagi
     pikiran dan kapan harus diam, berikan nasihat hanya bila diminta,
     jangan terlalu banyak berharap bisa sering bertemu menantu
     perempuan Anda, berikan waktu dan ruang baginya, berikan
     kata-kata yang menguatkan setiap kali ada kesempatan (pujilah
     kemampuannya, selera, dan sifatnya), jadilah contoh orang Kristen
     yang selalu bertindak dengan kasih kepadanya, sering-seringlah
     memuji (perhatikan kritik yang bisa meracuni hubungan Anda),
     jangan bandingkan menantu perempuan Anda dengan anak perempuan
     Anda, dan milikilah selera humor.

  5. Bila Anda adalah ibu mertua, mulailah dengan melepaskan.
     Sadarilah, bahwa secara alkitabiah, tanggung jawab ibu mertualah
     yang harus bertindak terlebih dahulu dengan melepaskan anaknya
     dan dengan penuh kasih melepaskan dia untuk membangun sendiri
     kehidupan pernikahan dan rutinitasnya. Ketahuilah, bahwa dengan
     melakukan hal tersebut, Anda akan membuka jalan untuk menjalin
     hubungan baru yang sehat dengannya dan istrinya.

  6. Bila Anda adalah menantu perempuan, pilihlah untuk menghormati.
     Ingatlah bahwa perintah Allah untuk menghormati orang tua Anda
     juga harus diterapkan kepada mertua Anda. Tunjukkan hormat Anda
     kepada ibu mertua Anda.

  7. Hormatilah kekuatan kata-kata.
     Berhati-hatilah terhadap kekuatan besar dari kata-kata yang bisa
     semakin mendekatkan orang atau malah justru menghancurkannya.
     Kendalikan diri Anda sendiri dari keinginan untuk mengkritik
     menantu perempuan Anda. Pujilah dia kapan pun Anda bisa
     melakukannya. Berikan nasihat hanya bila diminta dan ketika Anda
     diminta memberi nasihat, berikan secara singkat dan baik. Bila
     Anda tidak diminta untuk memberi nasihat tentang sesuatu yang
     Anda perhatikan, berdoalah agar Tuhan memberikan informasi dan
     inspirasi dari sumber lain. Berhati-hatilah untuk tidak
     mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan. Sebelum memutuskan
     untuk berbicara, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah yang akan
     saya katakan ini benar? Apakah baik? Apakah perlu?", 8. Selesaikan konflik.
     Jangan biarkan masalah di antara menantu dan mertua tidak
     terselesaikan. Bila salah satu dari Anda melukai yang lainnya
     (seperti yang seringkali terjadi tanpa disengaja), segera
     selesaikan dengan cepat dan damai. Bersikaplah rendah hati dan
     mau mengakui keterlibatan Anda dalam konflik tersebut. Ampunilah
     satu dengan yang lain sebagai dasar utama, bergantunglah pada
     pertolongan Tuhan supaya Anda dapat melakukannya. Gunakan humor
     untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa aneh dan memalukan.
     Bila ibu mertua atau menantu perempuan Anda punya kebiasaan yang
     merusak dan menolak untuk berubah, tetaplah ramah tetapi jagalah
     jarak. Jangan mendebat, namun doakan dia dan cobalah untuk
     menciptakan suasana yang menyenangkan ketika bersama-sama.

  9. Tetapkan batasan-batasan.
     Tentukan dengan jelas apa yang dapat diterima dan tidak dapat
     diterima dalam hubungan Anda. Contoh, ibu mertua tidak bisa
     dititipi anak tanpa memberitahu sebelumnya, jadi teleponlah
     terlebih dahulu. Menantu perempuan setuju untuk tidak menganggap
     bahwa ibu mertuanya tidak bisa terlalu sering mengasuh cucunya,
     kecuali hanya pada saat tertentu yang bisa diatur. Kedua mertua
     dan menantu ini bisa mencegah kekakuan jadwal tertentu untuk
     kunjungan saat liburan, dan berikan kebebasan pada masing-masing
     pihak untuk melakukan rencana apa saja yang tepat bagi mereka.

 10. Jembatani celah di antara Anda.
     Daripada saling menghakimi karena perbedaan-perbedaan yang ada,
     bersikaplah rendah hati dan akuilah bahwa Anda punya banyak hal
     yang bisa diajarkan satu dengan yang lain mengenai
     perbedaan-perbedaan dalam generasi, budaya dan sosial serta
     kelompok ekonomi. Cobalah untuk saling belajar kapan pun Anda
     bisa melakukannya. Mintalah pada Tuhan untuk menolong Anda supaya
     bisa saling menerima. Tunjukkan sikap yang saling menghargai dan
     tulus.(t/Ratri)

  Diambil dan disesuaikan dari buku "The Mother-in-Law Dance: Can Two
  Women Love the Same Man and Still Get Along?", 2004 oleh Annie
  Chapman. Diterbitkan oleh Harvest House Publishers, Eugene,
  www.harvesthousepublishers.com.

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul asli artikel: Build Positive Relationships with Your In-Laws
  Nama situs: Crosswalk.com
  Penulis: Whitney Hopler
  Alamat url: http://www.crosswalk.com/marriage/1297167/page0/
______________________________________________________________________
- EDISI BERIKUTNYA

  Pernikahan. Sebuah kata yang mungkin banyak diperbincangkan oleh
  orang-orang yang ada di sekitar kita. Bagi mereka, terkhusus para
  wanita yang bermukim di perkotaan, atau mereka yang memiliki karier
  yang cukup baik, terkadang pernikahan bukan menjadi prioritas utama
  mereka. Dalam e-Wanita edisi 39 dan 40 mendatang, secara khusus kami
  akan membahas perlukah seseorang menikah dan bagaimana menjaga agar
  kasih dalam pernikahan Anda (bagi mereka yang telah menikah) dapat
  terus terjaga dan terpelihara.

  Kami juga mengajak Sahabat Wanita dan Pelanggan sekalian untuk
  mengirimkan cerita, kesaksian, dan pokok doa. Kiriman Anda akan kami
  publikasikan setiap bulannya melalui kolom Surat Anda, supaya
  menjadi berkat bagi orang lain. Kami tunggu email Anda di meja
  redaksi yang beralamat:

  ==> wanita(at)sabda.org

  Selamat melayani, Tuhan memberkati!
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
< wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org