Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/28

e-Wanita edisi 28 (21-1-2010)

Wanita dalam Pelayanan (2)

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
                  Topik: Wanita Dalam Pelayanan (2)
                        Edisi 28/Januari 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Pelayanan
- DUNIA WANITA: Pelayanan dan Pertumbuhan Rohani
- WOMAN TO WOMAN: Malaikat Tuhan dalam Penjara
- EDISI BERIKUTNYA
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Salam dalam kasih Kristus,

  Melanjutkan edisi sebelumnya yang mengangkat topik Wanita Dalam
  Pelayanan, redaksi mengajak para Sahabat Wanita untuk lebih dalam
  memahami arti melayani. Melayani tidak harus dilakukan di gereja
  dengan menjadi pengurus atau terlibat dalam berbagai kegiatan
  gereja. Melayani bisa dilakukan kapan saja, kepada siapa saja, dan
  di mana saja. Yang terpenting adalah pelayanan itu dilakukan dengan
  tulus hati dan hanya untuk kemuliaan Kristus.

  Mari simak artikel-artikel berikut ini yang menjelaskan bahwa
  pelayanan bisa dilakukan melalui banyak hal dan memberikan manfaat
  rohani bagi orang yang melakukannya. Kiranya, edisi ini bisa
  menyemangati para Sahabat Wanita untuk lebih menyala-nyala lagi
  dalam melayani Dia.

  Selamat melayani Tuhan!

  Pimpinan Redaksi e-Wanita,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://wanita.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/wanita/
______________________________________________________________________

      Semakin banyak yang Anda lakukan semakin nyata siapa Anda.
                          (Angie Papadakis)
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                              PELAYANAN

  "... Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah
  hamba-Nya." (1 Korintus 7:22)

  Sebagai seorang misionaris baru, kami menerima banyak nasihat
  tentang melayani. Hingga akhirnya Yun Ssi berada di rumah kami, di
  Korea, selama 6 tahun. Dari pembantu wanita kecil yang tidak pernah
  bersekolah ini, saya belajar tentang pelayanan.

  Kegagalan Yun Ssi melahirkan anak membuat dia harus mengakhiri
  pernikahannya dengan pria yang dia cintai. Secara hukum, dia dapat
  mengangkat anak-anak suaminya, tetapi dia memilih untuk tidak
  menyakiti ibu mereka. Sebaliknya, dia mencurahkan naluri keibuannya
  kepada keempat anak kami. Kesabarannya bisa membuat anak-anak kami
  manja.

  Ketika saya pulang dari rumah sakit setelah melahirkan anak ketiga
  kami, dia berkata, "Saya tadinya berharap Anda memunyai anak kembar,
  satu untuk Anda dan satu untuk saya," tanpa memikirkan popok
  tambahan yang akan diperlukannya.

  Sesegera mungkin, dia menggendong bayi kami di punggungnya, gaya
  "obo", sambil mencuci piring dan mengepel lantai. Kata pertama yang
  diucapkan Bobby, bayi kami, adalah "obo".

  Suatu ketika saya dan suami saya ke luar negeri selama sebulan.
  Teman-teman misionaris dengan sukarela menjaga anak-anak dan bayi
  kami. Yun Ssi terlihat sangat terluka. Kami meninggalkan Beth, anak
  kami yang berusia 2 tahun, bersamanya. Bahkan, untuk masalah kecil
  seperti masalah iritasi karena popok, Yun Ssi memanggil seorang
  sopir untuk mengantarkannya dan Beth ke seorang dokter misionaris.

  Yun Ssi meminta maaf karena tidak bisa berbahasa Inggris. "Itu lebih
  baik," kata kami kepadanya. "Engkau membantu kami belajar bahasa
  Korea." Jadi, ketika seorang anak kami minta minum, Yun Ssi
  mengulanginya dalam bahasa Korea yang sama artinya namun dalam
  bentuk lagu, dia menolak memenuhi permintaan itu hingga anak kami
  meminta lagi dalam bahasa Korea. Di luar rumah, dia membuat
  permainan menghitung tonggak pagar. Dia berbicara ketika anak-anak
  membantu dia memasak. Ketika kami tidak mengerti, dia mengulangi
  lagi sampai kami mengerti. Dia menjelaskan budaya Korea dan
  menengahi kami ketika kami salah.

  Bila ada piring yang pecah, Yun Ssi akan jujur mengatakannya kepada
  saya. Dia tidak pernah mengambil apa pun dari kami, meskipun rumah
  kami tampak kaya. Tugas-tugas rutin dan yang tidak menyenangkan
  menjadi pelayanannya. Ketika listrik padam, dia mencuci pakaian kami
  di sungai. Dia menggosok lantai vinil kami setiap hari untuk
  menghilangkan jelaga. Setelah air kamar mandi mati berhari-hari dia
  membersihkan kamar mandi dengan ceria.

  Yun Ssi selalu ada jika dibutuhkan dan pekerjaannya selalu selesai.
  Bila dia tidak yakin tentang sesuatu, dia bertanya. Dia tidak
  mengambil perasa makanan untuk kue apel atau menggunakan satu kaleng
  lilin impor untuk membersihkan lantai sekaligus, seperti yang
  dilakukan oleh para pembantu lainnya.

  Yun Ssi menyaksikan kekurangan-kekurangan dalam keluarga yang
  biasanya menjadi gosip murahan, namun dia menceritakan tentang kami
  secara lebih baik dari yang seharusnya kami terima.

  Imannya sederhana, personal, dan nyata. Dia dengan rajin membuka
  Alkitabnya setiap hari, untuk membaca "kata-kata Yesus untuk saya,"
  meskipun dia hanya mendapat sedikit pelajaran membaca saat masih
  kecil dari seorang guru yang patut dihormati. Orang tuanya berkata,
  "Kamu harus belajar membaca, meskipun kamu adalah seorang gadis."

  Ketika keluarga kami pulang pada Sabtu tengah malam setelah
  pelayanan sosial misi, coklat panas telah menunggu kami. Ketika kami
  pergi berlibur selama musim hujan dengan bayi kami yang terkena
  disentri, Yun Ssi menyetrika popok bayi kami supaya kering. Lama
  ketika kami kembali lagi ke Korea, dia tidak bisa meninggalkan
  majikan barunya, tetapi setiap beberapa minggu, setelah bekerja
  seharian, dia datang ke rumah kami dengan naik bus -- dan mencuci
  piring dan membuat kue sambil berbincang-bincang.

  Tidak lama sebelum kami meninggalkan Korea, Yun Ssi memandang kami
  dan menjelaskan, "Saya tidak akan ikut ke bandara karena saya akan
  menangis." Bahkan ketika dia berbicara, air mata mulai menetes --
  dan dia mulai terisak. Ketika dia melepas kaos kakinya untuk
  mengusap air matanya, saya mengulurkan saputangan kusut saya
  kepadanya dan meyakinkan dia bahwa saya memahaminya. Tetapi di
  bandara dia menyelipkan sapu tangan yang telah dicuci bersih ke
  tangan saya dan mengikuti kami selama masih diperbolehkan. Air mata
  dan pelukan berbaur menjadi satu. Tidak seorang pun dari kami akan
  pernah melupakan Yun Ssi. Perasaannya pada kami adalah kasih yang
  sejati, pengabdian yang sejati, pelayanan yang sejati.

  Yun Ssi adalah sahabat yang baik. Perjanjian Baru sendiri memberikan
  contoh tokoh-tokoh yang melayani Kristus, seperti Paulus, Timotius,
  Titus, Musa, Yakobus, Petrus, dan Yohanes. Kristus yang menjadikan
  diri-Nya sendiri "sebagai seorang hamba". Suatu hari saya berharap
  akan mendengar, dengan Yun Ssi, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai
  hamba-Ku yang baik dan setia." (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul buku: Close to Home: A Daily Devotional for Women by Women
  Judul artikel: September 27: Servanthood
  Penulis: Madeline S. Johnston
  Penyunting: Rose Ortis
  Penerbit: Review and Herald Publishing Association
  Halaman: 308 -- 309

______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                    PELAYANAN DAN PERTUMBUHAN ROHANI

  Suatu malam yang bersalju pada musim dingin, saya mengumpulkan kayu
  bakar untuk tempat perapian kami. Malam itu amat dingin, tetapi
  segera setelah saya menaruh kayu itu dalam api, ruangan menjadi
  hangat. Kayu itu sendiri berwarna kelabu karena dibiarkan di luar
  dan termakan cuaca selama beberapa musim. Tidak ada keindahan atau
  kehangatan dari kayu itu. Tetapi ketika dibakar, kayu-kayu itu
  menghangatkan rumah dan keluarga kami, dan kami senang akan nyala
  apinya yang bertahan cukup lama.

  Pada saat kita melayani orang lain, kita menjadi seperti kayu bakar
  yang menyala itu. Kita sendiri tidak menarik, tetapi kita
  memperlihatkan kemuliaan Tuhan sewaktu kita dipakai untuk Dia.

  Pada musim gugur, saya dan istri saya menanam beberapa umbi bunga
  tulip dan bunga bakung. Jika Anda pernah menanam bunga ini, Anda
  akan ingat betapa tidak menariknya umbi-umbi itu. Tetapi pada musim
  semi, gumpalan-gumpalan buruk ini mengeluarkan keindahannya, dan
  orang-orang pun kagum pada rupanya yang berwarna-warni.

  Ketika kita melayani orang lain, kita menjadi seperti umbi-umbi
  bunga itu. Walaupun kita sendiri tidak menarik, kita memperlihatkan
  keindahan Yesus ketika kita dipakai untuk Dia.

  Kedua ilustrasi ini menunjukkan betapa kehangatan dan keindahan
  muncul ketika hal-hal biasa dimanfaatkan. Tetapi ilustrasi tersebut
  tidak lengkap. Orang Kristen yang melayani lebih beruntung daripada
  kayu bakar atau umbi bunga itu. Kayu dan umbi itu, bila memakai
  dirinya sendiri untuk menimbulkan kehangatan dan keindahan, tidak
  menjadi lebih menarik, sedangkan orang Kristen ketika mereka
  melayani mereka akan menjadi lebih menarik.

  Pelayanan Kristen membawa Kristus -- keindahan-Nya dan
  kehangatan-Nya -- kepada mereka yang dilayani. Pelayanan Kristen
  juga mendatangkan pemberian Kristus kepada orang yang melayani.
  Melayani Allah dan melayani orang lain adalah laksana menghadiri
  suatu jamuan makan; dalam kesenangan pesta itu kita mendapatkan
  kekuatan dari makanan kita.

  Anak-anak kami semua melayani sebagai konselor atau anggota staf
  dalam berbagai pekan kegiatan Kristen. Sepanjang tahun-tahun ini,
  saya telah mengamati mereka dan kawan-kawan mereka bertumbuh melalui
  pelayanan. Saya yakin bahwa para konselor anggota staf menerima
  pengalaman jauh lebih banyak dari sekadar pengalaman pekan kegiatan
  yang diterima oleh para peserta pekan kegiatan lainnya,
  walaupun para peserta pekan kegiatan juga sangat tertolong.
  Pertumbuhan timbul karena melayani, bukan karena dilayani. Sama
  seperti kekuatan tubuh bertambah dengan olahraga, iman bertumbuh
  saat kita memakainya.

  Meskipun demikian, motif kita melayani Allah dan orang lain jangan
  sekali-kali untuk memperoleh sesuatu dari pelayanan itu. Jika itu
  yang menjadi motif kita, berarti kita tidak memberi dengan hati yang
  "bersih", dan Tuhan tidak akan memberi kita upah dengan berkat yang
  penuh. Tetapi jika kita melayani sebab kita ingin memberi, kita akan
  mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang kita
  berikan. Kita akan semakin mengenal Kristus dan semakin mampu untuk
  melayani dengan lebih efektif lagi.

  Perumpamaan tentang talenta memberi tahu kita tentang upah bagi
  mereka yang melayani dengan efektif (Matius 25:14-30). Hamba yang
  tidak setia tidak diberi upah. Talenta yang tidak ia pakai diambil
  daripadanya, dan ia diusir dari hadapan tuannya. Tetapi hamba-hamba
  yang setia diberi upah, bukan dengan kekayaan yang besar untuk
  mereka simpan sendiri, melainkan dengan kesempatan yang lebih besar
  untuk melayani.

  Orang yang memiliki hati yang suka melayani akan menghargai upah
  semacam ini. Ia menyadari bahwa upah paling baik yang ia terima
  karena melayani Tuhan kita Yesus Kristus adalah kesempatan yang
  lebih besar untuk melayani. Ini disebabkan karena melalui
  pelayananlah kita bisa bertumbuh secara rohani dan menjadi alat yang
  lebih besar lagi untuk memberitakan firman-Nya kepada mereka yang
  membutuhkan.

  Jikalau kita melayani hanya karena upah, maka upah itu tidak akan
  berupa pelayanan yang lebih besar, karena kita tentu melayani dengan
  motif yang rendah. Tetapi jika kita melayani Kristus oleh karena
  kita ingin menyenangkan Dia, maka Ia akan memberi kita upah yang
  terbesar, yaitu kesempatan untuk melayani Dia dengan lebih efektif.
  Dalam melayani Dia, kita sendiri akan bertumbuh secara rohani. Kita
  akan menjadi hamba yang lebih efektif, yang dipersiapkan untuk
  pelayanan lebih besar yang akan Ia berikan kepada kita. Pertumbuhan
  rohani bukan berarti jumlah kesalehan yang lebih besar, melainkan
  kemampuan yang lebih besar untuk melayani Yesus. Waktu kita
  melayani, kita menjadi lebih menyerupai Dia, diperlengkapi secara
  lebih baik untuk melaksanakan Amanat Agung-Nya.

  Sesuatu yang indah terjadi ketika kita menjadi alat yang lebih
  efektif untuk membawa berkat Tuhan kepada orang lain. Karena
  diciptakan menurut gambar-Nya, kita bertumbuh semakin menyerupai Dia
  waktu kita melakukan pekerjaan-Nya. Orang yang dewasa rohaninya akan
  bersifat menawan dan menarik, dengan membawa ciri-ciri Kristus.
  Tidak ada upah yang lebih besar daripada hal ini.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pola Hidup Kristen
  Penulis artikel: Gilbert Beers
  Penerbit: Kerja sama antara Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam
            Hidup, Bandung; dan YAKIN, Surabaya 2002
  Halaman: 120 -- 124

  Artikel ini pernah diterbitkan di publikasi e-BinaAnak edisi 269
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/269/

______________________________________________________________________
- WOMAN TO WOMAN

                     MALAIKAT TUHAN DALAM PENJARA

  Dua orang perempuan Kristen dari Iran, Maryam dan Marzieh dipenjara
  sejak tahun 2007 karena iman mereka dalam Kristus. Mereka adalah
  umat Kristen dari latar belakang agama lain (MBB) dan ketika berada
  dalam penjara mereka menerima kejutan indah. "Haleluya, Tuhan tidak
  melupakan kita!" demikian curahan hati mereka.

  Dalam kesaksian mereka, keduanya menuturkan, "Kami ditempatkan dalam
  satu blok bersama tahanan perempuan lain. Suatu hari kami melihat
  seseorang yang belum pernah kami lihat sebelumnya di blok tersebut.
  Ia datang dengan tiba-tiba lalu menghilang dengan cepat -- seperti
  malaikat. Kami berdua sempat bercakap-cakap dengannya."

  "Ya, kami adalah pengikut Kristus sama sepertimu!" demikian
  dikatakan Maryam dan Marzieh pada orang tersebut. "Namun, bagaimana
  mungkin mereka memperbolehkanmu untuk masuk kemari dan bertemu
  dengan kami sementara pemerintah tidak mengizinkan ada orang Kristen
  dalam penjara ini. Mereka juga tidak memperbolehkan kami berhubungan
  dengan orang Kristen lain. Apakah engkau malaikat Tuhan?"

  Malaikat itu berkata pada Maryam dan Marzieh, "Seluruh dunia berdoa
  bagi kalian." Namun Maryam dan Marzieh masih bertanya-tanya,
  "Betulkah? Pemerintah menunjukkan pada kami dokumen yang berisi
  fakta bahwa tidak ada seorang pun yang peduli pada kami dalam
  penjara." Malaikat itu berkata lagi, "Mereka berdusta. Dokumen itu
  palsu. Banyak umat Kristen di seluruh dunia berdoa dan bergumul
  untuk kalian berdua." Maryam dan Marzieh mulai menangis, "Kami tahu
  Tuhan tidak akan meninggalkan dan melupakan kami. Ia bahkan
  mengirimkan malaikat ke dalam penjara."

  Maryam dan Marzieh dibebaskan dari penjara pada hari Rabu, 18
  November 2009.

  Maryam dan Marzieh sangat dikuatkan melalui kunjungan tersebut.
  Mereka juga dikuatkan ketika mengetahui banyak umat Kristen berdoa
  bagi mereka. "Tetaplah berdoa bagi kami," mereka berpesan. "Kami
  sudah keluar dari penjara, tapi kami masih terus bergantung pada
  perlindungan Tuhan. Terima kasih Tuhan, karena Engkau mengirimkan
  malaikat-Mu."

  Catatan: Women to Women adalah pelayanan kaum perempuan Open Doors,
  menggerakkan kaum perempuan untuk berdoa dan melayani kaum perempuan
  dari gereja yang teraniaya. Hubungi Open Doors
  < http://www.opendoors.org/ > hari ini untuk mendapatkan informasi
  dan keterangan bagaimana pelayanan kaum perempuan di gereja Anda
  dapat dikuatkan dan diberkati melalui kesaksian dari kaum perempuan
  dari gereja yang teraniaya.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buletin: Open Doors, Januari -- Februari 2010
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Halaman: --

______________________________________________________________________
- EDISI BERIKUTNYA

  Sahabat Wanita, e-Wanita bulan Februari mendatang akan hadir dengan
  mengangkat topik Tokoh-Tokoh Wanita Dunia. Ingin tahu siapa saja dan
  tokoh-tokoh apa saja yang akan e-Wanita tampilkan? Nantikan edisi
  e-Wanita 29 dan 30 di mailbox Anda.

  Kami juga mengajak Sahabat Wanita dan Pelanggan sekalian untuk
  mengirimkan cerita, kesaksian, dan pokok doa Anda. Kiriman Anda akan
  kami publikasikan setiap bulannya melalui kolom Surat Anda, agar
  dapat menjadi berkat bagi orang lain. Kami tunggu email Anda di meja
  redaksi yang beralamat di:

  ==> wanita(at)sabda.org

  Selamat melayani, Tuhan memberkati!
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org