|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-wanita/140 |
|
e-Wanita edisi 140 (21-5-2015)
|
|
______________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen______________
TOPIK: Kecantikan Lahiriah
Edisi 140/Mei 2015
e-Wanita -- Kecantikan Lahiriah
Edisi 140/Mei 2015
Salam kasih dalam Kristus,
Apa arti kecantikan lahiriah bagi Anda, Sahabat Wanita? Banyak dari
kita memiliki pengertian yang berbeda mengenai arti dari kecantikan
lahiriah, yang bisa sangat beragam dan bertolak belakang satu dengan
yang lain. Dalam edisi kali ini, kami akan mengulas topik mengenai
kecantikan lahiriah dari sudut pandang Alkitab; bagaimana seharusnya
kita memandang dan mendefinisikan kecantikan lahiriah itu. Kami
sungguh berharap, apa yang kami sajikan kali ini akan memberi
inspirasi yang berguna bagi Sahabat Wanita semua. Selamat membaca,
Tuhan Yesus memberkati!
"Kamu akan menjadi mahkota keindahan di tangan TUHAN, dan mahkota
kerajaan di tangan Allahmu." (Yesaya 62:3, AYT Draft)
Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >
RENUNGAN WANITA: BUNGA RUMPUT JUGA INDAH
Oleh: N. Risanti
Dulu, sebagai seorang remaja, saya tidak pernah percaya diri dengan
kulit saya yang hitam, badan yang terlampau kurus, atau rambut yang
sangat lurus dan tipis. Ditambah dengan sering mengonsumsi majalah
remaja yang selalu menampilkan kecantikan fisik dan penampilan,
semakin merosotlah pandangan saya terhadap diri sendiri. Ibarat bunga,
saya merasa bahwa saya ini hanyalah "bunga rumput" yang biasa-biasa
saja dan tidak tampak indah. Siapa yang akan memandang bunga rumput
yang sederhana dan tidak semarak warnanya itu?
Seiring berjalannya waktu, pemikiran itu hilang dari pandangan dan
perasaan saya. Setelah mengalami berbagai tahap dan proses dalam
kehidupan, saya menyadari bahwa saya telah memiliki konsep diri yang
salah mengenai penampilan fisik, yang saya rasa juga dialami oleh
banyak remaja dan banyak wanita Kristen. Kita begitu terpaku pada
penampilan luar, dan memiliki standar yang salah dalam menilai
kecantikan. Dibanding dengan menilai diri kita sebagai "gambar dan
rupa Allah" yang mulia (Kejadian 1:26), dan berupaya untuk
mengembangkan perhiasan "... manusia batiniah yang tersembunyi dengan
perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut
dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah" (1 Petrus 3:4), kita
malahan terlampau sibuk mendandani perhiasan lahiriah kita, yang
sesungguhnya bersifat fana dan tidak menjadi sumber kepuasan dan
sukacita yang sejati. Padahal, hanya dengan hidup di dekat Allah saja,
serta dengan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, kita akan
beroleh sukacita dan kepuasan yang sejati.
Kini, saya tidak lagi memandang kecantikan hanya sebatas fisik semata,
apalagi berdasarkan standar dunia yang sering kali mengelabui dan
menjebak kita ke dalam perasaan dan konsep diri yang salah. Kecantikan
akan terpancar dengan sendirinya ketika kita memiliki relasi yang
dekat dengan Allah, senantiasa bersyukur, dan mengembangkan semua
pikiran dan sifat yang baik, seperti yang sudah diteladankan oleh
Tuhan Yesus. Lagi pula, hidup yang sudah Tuhan berikan ini juga
terlalu besar dan luas untuk sekadar mementingkan dan memerhatikan
masalah fisik dan penampilan semata. Ada banyak pekerjaan Tuhan yang
menanti, yang bisa kita kerjakan untuk membuat hidup ini menjadi
berarti, berguna, dan indah.
Jadi, siapa bilang bunga rumput tidak indah dan berguna? Di tangan
yang tepat, ia akan menjadi sebuah rangkaian yang indah dan cantik,
yang akan sangat bernilai dan disukai banyak orang. Di tangan Tuhan
pun, kita dapat menjadi indah dan menjadi alat yang berguna untuk
menarik banyak orang kepada-Nya, asalkan kita mau menyediakan hati dan
hidup senantiasa kepada-Nya. Amin.
DUNIA WANITA: APAKAH KECANTIKAN FISIK PENTING?
Pesan ini merupakan salah satu budaya kita yang dengan sungguh-sungguh
diajarkan kepada anak perempuan dan para perempuan, dan dimulai pada
masa awal kanak-kanak. Muncul kepada kita dari hampir segala sisi:
televisi, film, musik, majalah, buku, dan iklan. Dalam kekompakan yang
hampir sempurna, mereka melukiskan gambaran apa yang sebenarnya
penting bagi kita. Akibatnya, para wanita bersikeras bahwa apa yang
paling penting bagi mereka adalah keindahan-keindahan fisik. Bahkan,
orang tua, saudara, guru, dan teman-teman kadang-kadang tanpa disadari
menambahkan perbuatan yang senantiasa diulang: anak-anak "tersayang"
mendapatkan ooh, aah, dan perhatian yang memuja, sementara anak-anak
yang kurang menarik, kelebihan berat badan, atau kurus, mungkin
menjadi sasaran kata-kata yang tidak baik, ketidakpedulian, atau
bahkan penolakan secara terbuka.
Saya percaya bahwa kesukaan kita dengan penampilan luar akan kembali
kepada wanita pertama. Apakah Anda ingat pada apa yang menarik Hawa
kepada buah terlarang?
"Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya ...."
(Kejadian 3:6)
Buah itu memiliki daya tarik fungsional (itu "baik untuk dimakan");
juga menarik keinginannya untuk memiliki kebijaksanaan. Akan tetapi,
yang sama pentingnya adalah fakta bahwa buah itu "enak dipandang" --
artinya, menarik secara fisik.
Musuh berhasil memengaruhi wanita untuk menghargai penampilan fisik
lebih tinggi daripada kualitas diri yang kurang terlihat secara kasat
mata, seperti kepercayaan dan ketaatan. Masalahnya bukan karena buah
itu "indah" -- Tuhan telah membuat seperti itu. Juga tidaklah salah
bagi Hawa untuk menikmati dan menghargai keindahan ciptaan Tuhan.
Masalahnya adalah karena Hawa memberi penekanan yang berlebihan pada
tampilan luar. Dalam melakukannya, ia percaya dan bertindak
berdasarkan kebohongan. Prioritas yang Hawa letakkan pada daya tarik
fisik menjadi pola yang kemudian diterima oleh semua manusia.
Sejak saat itu, ia dan suaminya melihat diri dan tubuh fisik mereka
sendiri melalui mata yang berbeda. Mereka menjadi sadar diri dan malu
akan tubuh mereka -- tubuh yang telah dibentuk oleh Sang Ahli,
Pencipta yang penuh kasih. Mereka segera berusaha untuk menutupi tubuh
mereka, takut dengan risiko terlihat satu dengan yang lain.
Penipuan bahwa kecantikan fisik harus dihargai di atas keindahan hati,
jiwa, dan kehidupan, membuat pria maupun wanita merasa tidak menarik,
malu, dan terus merasa berputus asa.
Ironisnya, mengejar kecantikan fisik selalu menjadi tak terjangkau,
sulit dipahami, tujuan yang selalu berada di luar jangkauan.
Orang mungkin bertanya, berapa banyak kerusakan yang diakibatkan jika
kita menempatkan nilai yang berlebihan pada fisik dan kecantikan
eksternal? Mari kita kembali ke premis kita: Apa yang kita percaya
akhirnya menentukan bagaimana kita hidup. Jika kita percaya sesuatu
yang tidak benar, cepat atau lambat, kita akan bertindak atas
kebohongan itu; percaya dan bertindak atas kebohongan membawa kita ke
dalam perbudakan.
Kutipan-kutipan di bawah ini berasal dari beberapa wanita yang percaya
ada sesuatu mengenai keindahan yang tidak benar. Apa yang mereka
percaya berdampak pada cara mereka merasa tentang diri mereka sendiri,
dan menyebabkan mereka membuat pilihan yang menempatkan diri mereka
dalam perbudakan.
"Saya percaya bahwa kecantikan luar (tubuh saya) adalah hal yang
berharga tentang saya terhadap siapa pun, terutama laki-laki. Saya
memilih untuk mengambil keuntungan dari kecantikan itu demi
mendapatkan perhatian yang begitu saya dambakan. Saya pun menjadi
seorang pecandu seks."
"Saya punya saudari yang cantik, yang saya puja, tetapi saya biasa-
biasa saja. Saya selalu percaya bahwa diri saya berada di bawah, dan
bahwa saya harus tampil untuk diterima oleh orang lain. Saya melihat
bahwa orang-orang yang cantik mendapatkan keuntungan dalam hidup. Saya
hanya dapat menerima bahwa saya tidak akan menjadi seperti itu, dan
saya terikat pada persepsi dari penampilan saya."
"Sepanjang hidup, saya percaya bahwa harga diri saya didasarkan pada
penampilan, dan tentu saja saya tidak pernah tampil seperti yang dunia
syaratkan, jadi saya selalu memiliki harga diri yang rendah. Saya
mengembangkan kebiasaan makan yang salah, seorang pecandu makanan, dan
berjuang dalam pernikahan saya dengan persepsi bahwa saya tidak
menarik, dan bahwa suami saya selalu melihat wanita lain yang menarik
baginya."
Membanding-bandingkan, iri hati, persaingan, pergaulan bebas,
kecanduan seksual, gangguan makan, mengenakan gaun yang tidak sopan,
perilaku yang genit, dan masih banyak lagi daftar sikap dan perilaku
yang berakar pada pandangan palsu tentang keindahan. Apa yang dapat
membebaskan wanita dari perbudakan ini? Hanya kebenaran yang dapat
mengatasi kebohongan yang kita percaya. Firman Allah memberitahukan
kepada kita kebenaran tentang sifat fana dari kecantikan fisik dan
pentingnya mengejar kecantikan dari dalam yang abadi:
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri
yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30)
"Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang
rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang
indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh
yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan,
yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah
...." (1 Petrus 3:3-5)
Ayat-ayat ini tidak mengajarkan bahwa kecantikan fisik bagaimanapun
bersifat dosa, atau adalah salah untuk memperhatikan penampilan luar
kita, seperti yang dipikirkan oleh beberapa orang. Itu sama halnya
dengan kebohongan yang menempatkan penekanan yang berlebihan pada
kecantikan luar.
Tidak satu pun ayat Alkitab mengutuk kecantikan fisik atau yang
menyarankan bahwa penampilan luar tidak penting. Yang dikutuk adalah
rasa bangga dalam kecantikan fisik yang diberikan Tuhan, memberi
perhatian berlebihan kepada kecantikan fisik, atau menekankan pada
hal-hal fisik, dan mengabaikan masalah-masalah hati.
Salah satu strategi Setan adalah supaya kita berpindah dari satu hal
ekstrem ke hal ekstrem lainnya. Ada keengganan yang tumbuh di budaya
kita untuk hal kerapian, ketertiban, dan daya tarik dalam pakaian dan
penampilan fisik. Saya kadang-kadang ingin berkata kepada wanita
Kristen, "Apakah Anda tahu siapa Anda? Tuhan membuat Anda seorang
wanita. Terimalah karunia-Nya. Jangan takut untuk menjadi feminin dan
menambahkan keindahan fisik serta spiritual, pada kenyataan di tempat
Dia telah menempatkan Anda. Anda adalah anak Tuhan. Anda adalah bagian
dari mempelai Kristus. Anda adalah kepunyaan Raja -- Anda sudah
dibayar lunas. Berpakaianlah dan lakukan hal-hal yang mencerminkan
panggilan Anda yang tinggi dan suci tersebut. Allah telah memanggil
Anda keluar dari sistem dunia ini -- jangan biarkan dunia menekan Anda
ke dalam cetakannya. Jangan berpikir, berpakaian, atau bertindak
seperti dunia. Secara lahiriah maupun batiniah, biarkan orang lain
melihat perbedaan yang dibuat-Nya dalam hidup Anda."
Kita sebagai wanita Kristen harus berusaha mencerminkan keindahan,
ketertiban, keunggulan, dan kasih karunia Allah melalui kepribadian
kita, baik dalam penampilan luar maupun dalam.
Para istri kristiani bahkan lebih banyak memiliki alasan untuk
menemukan keseimbangan yang tepat dalam hal ini. "Istri yang saleh"
dalam Amsal 31 adalah istri yang sehat secara fisik, maupun dalam
berpenampilan (ayat 17, 22). Dia menjadi pujian bagi suaminya. Jika
istri berpenampilan dengan cara yang buruk dan berantakan, jika dia
tidak peduli atas penampilan fisiknya, dia mencerminkan hal yang
negatif pada suaminya (dan pada Mempelai Pria surgawi).
Selanjutnya, jika dia tidak mencoba untuk secara fisik tampil menarik
untuk suaminya, Anda dapat merasa yakin bahwa wanita lain di luar sana
akan berdiri dalam antrean untuk mendapatkan perhatian suaminya.
Ketika Rasul Paulus menulis kepada Timotius tentang bagaimana hal-hal
seharusnya berlaku di dalam gereja, ia juga memperhatikan tentang cara
berpakaian wanita. Perintahnya menunjukkan keseimbangan antara sikap
batin hati wanita dan penampilan dan perilakunya. Paulus mendesak
perempuan untuk:
"... Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana,
rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara
ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan
perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah."
(1 Timotius 2:9-10)
Kata-kata yang diterjemahkan sebagai "menghias" dan "sederhana" dalam
teks ini berarti "tertib, diatur dengan baik, layak". Itu semua
berbicara tentang "pengaturan yang harmonis".
Penampilan luar dari wanita Kristen adalah untuk mencerminkan hati
yang sederhana, murni, dan tertata baik. Pakaian dan gaya rambutnya
tidak boleh mengganggu atau menarik perhatian pada dirinya sendiri
dengan menjadi boros, ekstrem, atau tidak senonoh. Dengan cara ini, ia
mencerminkan kondisi sebenarnya dari hatinya serta hubungannya dengan
Tuhan, dan dia membuat Injil menarik bagi dunia. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Revive Our Hearts
Alamat URL: https://www.reviveourhearts.com/articles/does-physical-beauty-matter/
Judul asli artikel: Does Physical Beauty Matter?
Penulis artikel: Nancy Leigh DeMoss
Tanggal akses: 23 Oktober 2014
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK KISAH!
Anda mencari komunitas seputar kesaksian cinta kasih Allah? Mari
bergabung dalam Facebook KISAH, Anda akan menemukan sebuah komunitas
yang di dalamnya terdapat banyak kesaksian dari saudara-saudari
seiman, sehingga ada banyak berkat lagi yang akan Anda dapatkan dalam
komunitas ini.
Silakan bergabung ke < http://fb.sabda.org/kisah >.
Tuhan Yesus memberkati.
Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Mei
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |