Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/02/06

Sabtu, 6 Februari 2021 (Minggu ke-4 sesudah Epifani)

Bilangan 34
Berkat dan Batasan

Kita mungkin pernah mendengar kalimat "Berkat Tuhan tidak terbatas bagi umat-Nya". Hal inilah yang kerap menjadi motivasi seseorang untuk berdoa memohon berkat Tuhan. Apakah berkat Tuhan didasarkan pada kita yang meminta atau pada Tuhan yang memberi?

Sebelum bangsa Israel memasuki tanah perjanjian, Tuhan menyatakan dengan jelas melalui Musa batasan-batasan tanah perjanjian itu (1). Selain batasan dengan bangsa asing, Tuhan juga menetapkan batasan di antara umat Tuhan sendiri (13). Tuhan menuntun umat-Nya keluar dari Mesir untuk menggenapi perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan tidak melupakan perjanjian-Nya. Tetapi dalam kemurahan-Nya, Ia juga menetapkan batasan-batasan baik dengan bangsa lain maupun di antara mereka. Berkat dan anugerah Tuhan mengandung ketertiban hidup.

Bangsa Israel diberi tanah perjanjian dengan batasan yang jelas. Jadi, sejak awal mereka tidak diperintahkan untuk merebut daerah itu sesuai keinginan hati mereka. Allah mengkhususkan tanah perjanjian yang ditetapkan-Nya bagi bangsa Israel sebagai umat kepunyaan-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya. Bangsa Israel menerima tanah perjanjian dengan batasan-batasan yang sangat jelas. Jadi, anugerah dan berkat Tuhan tidak berdasarkan pada keinginan manusia, tetapi berdasarkan pada kehendak dan kedaulatan Tuhan. Umat Tuhan hanya menerima setiap batasan yang telah ditetapkan-Nya. Berkat dan anugerah tidak diberikan sesuai keinginan manusia yang tanpa batasan.

Lalu, bagaimana sikap kita pada saat memohon berkat Tuhan? Bagaimana juga sikap kita pada saat menerima berkat Tuhan? Kita seharusnya bersedia menerima batasan-batasan yang telah Tuhan tetapkan, yaitu batasan sebagai manusia, baik secara individu maupun sosial. Dengan batasan itu, manusia memiliki ketertiban hidup. Orang lain pun sebenarnya memperoleh berkat-Nya. Orang yang makin diberkati Tuhan adalah orang yang hidup tertib dan menghormati hak-hak orang lain. Mari kita belajar menerima batasan yang ada di dalam diri kita. [RGD]


Baca Gali Alkitab 6

Bilangan 34

Allah memberikan batas-batas tanah Kanaan untuk didiami oleh bangsa Israel. Batas sebelah selatan adalah padang gurun di selatan Kadesh. Batas sebelah barat adalah Laut Mediterania. Batas sebelah utara kemungkinan adalah Libanon bagian selatan. Batas sebelah timur adalah Sungai Yordan, Danau Galilea, dan garis yang membentang ke utara. Bangsa Israel memperoleh jaminan dari Allah terkait dengan batas-batas tanah yang didiaminya.

Allah memberikan perintah terkait nama-nama orang yang membagikan tanah itu kepada bangsa Israel. Imam Eleazar dan Yosua dipilih untuk melaksanakan tugas itu. Setiap suku memilih pemimpinnya masing-masing untuk menerima dan membagi tanah itu ke kaumnya masing-masing.

Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa yang memerintahkan Musa untuk membagi batas-batas tanah Kanaan? (1-2)
2. Apa saja batas-batas tanah milik pusaka bangsa Israel? (3-12)
3. Dengan cara bagaimana suku-suku Israel menerima tanah milik pusaka mereka? (13)
4. Suku-suku Israel mana saja yang sudah menerima tanah milik pusaka mereka? (14-15)
5. Siapa yang bertanggung jawab melaksanakan pembagian tanah milik pusaka Israel? (16-17)
6. Siapa yang bertanggung jawab membagi milik pusaka setiap suku Israel di tanah Kanaan? (18-29)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa Allah membatasi milik pusaka bangsa Israel?
2. Apa saja keterbatasan yang Anda miliki? Uraikanlah!

Apa respons Anda?
1. Bagaimana cara Anda mengatasi keterbatasan pada diri Anda agar dapat melayani Allah secara lebih optimal?

Pokok Doa:
Mengucap syukur atas talenta yang diberikan oleh Allah dan mempergunakannya untuk memuliakan nama-Nya.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org