Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/03/18

Rabu, 18 Maret 2020 (Minggu Pra Paskah 3)

Lukas 20:27-40
Keabadian versi Allah

Beberapa orang Saduki bertanya kepada Yesus: "Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristrikan dia, " (27).

Pertanyaan itu timbul bukan karena keingintahuan. Mereka hanya ingin mendapatkan peneguhan atas kepercayaan yang dianut. Orang Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan (30). Mereka yakin kasus yang mereka ajukan akan membuat Yesus tidak mengakui kebangkitan orang mati. Dengan pertanyaan itu, mereka ingin Yesus melegalkan ajaran mereka.

Pada waktu itu, masyarakat Yahudi terbagi dalam tiga golongan. Pertama, golongan Farisi yang sangat detail menaati perintah Taurat. Kedua, golongan Eseni yang mengundurkan diri dari keramaian untuk menyatukan diri dengan Allah lewat doa dan meditasi. Ketiga, golongan Saduki yang terkesan lebih liberal, kerap melanggar Taurat, dan tidak memercayai kebangkitan orang mati. Yesus berkata, "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup" (38). Dengan penjelasan ini, tampaknya Yesus hendak mengatakan bahwa orang Saduki berpikir menurut pikiran manusia yang masih hidup di bumi dan mempersoalkan hubungan suami istri. Padahal di surga, orang-orang hidup dalam hubungan yang sama sekali baru (35-36).

Dalam Alkitab BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini), Yesus menjelaskan, "Nah, Allah itu bukan Allah orang mati! Ia Allah orang-orang yang hidup! Sebab untuk Allah, semua orang hidup." Dengan kata lain, orang yang hidup di dunia untuk Allah akan mengalami hidup kekal yang ditujukan bagi Allah. Mereka hidup abadi untuk Allah. Itu artinya, hidup seturut versi Allah.

Di sinilah masalahnya, orang Saduki tidak ingin hidup seturut Allah. Hal ini membuat mereka mengembangkan ajaran tidak adanya kebangkitan. Karena itu, Yesus menegaskan bahwa mereka salah.

Oleh karena itu, kita perlu memahami keabadian dari sudut pandang Allah. [YMI]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org