Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/06/10

Senin, 10 Juni 2019 (Minggu ke-1 sesudah Pentakosta)

Lukas 7:1-10
Rendah Hati

Semangat penjajahan bangsa Eropa bisa jadi mewariskan arogansi dalam kekristenan. Misalnya, banyak orang Kristen mengaku sudah diselamatkan sehingga merasa lebih baik daripada orang lain. Semangat ini kian kental saat mereka membandingkan diri dengan orang yang belum percaya. Fenomena ini membuat kita bertanya-tanya, ”Apakah sikap seperti ini dibenarkan?”

Dalam nas ini, kita membaca kisah seorang perwira Romawi yang takut akan Allah dan sangat mengasihi orang Yahudi. Setidaknya, ini dibuktikannya ketika ia mau menanggung biaya pembangunan rumah Ibadat (4-6). Perwira ini juga sangat mengasihi hambanya. Ketika hambanya sakit, melalui tua-tua Yahudi, ia meminta agar Yesus datang untuk menyembuhkan (2-3).

Kejadian aneh pun muncul. Ketika Yesus sudah mendekat, perwira itu malah meminta sahabatnya menghalangi-Nya (6). Sekilas, perlakuan ini sungguh tidak sopan. Namun, alasan dari tindakan ini sangat mengharukan. Ia melakukan itu karena merasa tidak layak menerima dan menjamu Yesus. Mungkin, perwira itu merasa sangat berdosa sehingga tidak pantas menerima tamu semulia Yesus. Yesus mengagumi iman perwira ini (9). ”Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai... di antara orang Israel, ” kata-Nya. Setelah orang-orang suruhan itu kembali ke rumah, mukjizat pun terjadi. Mereka mendapati bahwa hamba sang perwira telah sehat.

Kisah ini mengajarkan kita tentang cara bersikap terhadap sesama. Walau status sosial perwira itu hebat, namun ia tidak angkuh. Pertama, ia tetap mengasihi hambanya; kasihnya tidak dibangun berdasarkan status sosial dan ekonomi. Kedua, walaupun berjabatan perwira, ia tetap sadar diri di hadapan Yesus. Ia menunjukkan bahwa jabatan bukanlah elemen utama dalam memberi penghormatan.

Perwira ini memberi kita contoh tentang sikap rendah hati. Ia tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain. Ia menghormati Yesus dan mengasihi sesamanya dengan tulus. Apakah kita memiliki sikap seperti perwira ini?

Doa: Tuhan, ajar kami untuk rendah hati. [JN]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org