Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/03/23

Sabtu, 23 Maret 2019 (Minggu Pra-Paskah 2)

Imamat 6:14-23
Kekudusan Pekerja Tuhan

Allah yang kudus harus juga dilayani oleh mereka yang kudus. Persoalannya, manusia mustahil dapat menguduskan dirinya sendiri. Hanya Allah yang bisa membersihkan dosa manusia. Di dalam konteks Kitab Imamat, salah satu caranya adalah dengan memakan bagian mahakudus dari kurban sajian.

Anak-anak Harun membawa kurban sajian dari umat ke hadapan Allah, ke depan mazbah (14). Kurban sajian terdiri atas segenggam tepung terbaik serta minyak. Seluruh kurban itu tersaji bersama kemenyan. Semuanya dibakar di atas mazbah sebagai bau yang menyenangkan Allah (15). Lalu selebihnya dari kurban sajian itu diolah menjadi roti tak beragi. Harun dan setiap keturunan laki-lakinya kemudian akan memakannya (16, 18). Tempat memakannya pun khusus. Roti itu dimakan di tempat kudus, yaitu pelataran Kemah Pertemuan. Alkitab menulis, setiap orang yang tersentuh bagian mahakudus akan serta-merta menjadi kudus.

Keturunan Harun yang cacat dilarang mendekati mazbah untuk mempersembahkan kurban kepada Allah (21:16-21). Akan tetapi, mereka boleh (dan wajib) memakan persembahan kudus dan mahakudus (21:22). Hal itu termasuk juga kurban sajian yang diberikan untuk Harun dan keturunannya.

Inilah maksudnya bahwa setiap orang yang terkena kurban tersebut akan menjadi kudus (6:18). Ini salah satu cara Allah menguduskan keturunan Harun, walau tidak semua mereka boleh melayani mazbah.

Para pekerja Tuhan haruslah kudus. Ini juga berlaku bagi kita. Bahkan bisa dikatakan ini adalah sebuah prinsip universal. Sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Tentu saja cara pengudusan kita berbeda dengan keturunan Harun. Kita sekarang dikuduskan oleh karya Roh Kudus. Kekudusan itu akan tampak tatkala kita menjalankan apa perintah Tuhan (1Pet.1:14-16). Hanya dengan kekudusan hiduplah, pelayanan kita menjadi bau yang menyenangkan-Nya. Marilah berupaya untuk hidup kudus supaya pelayanan kita berkenan kepada-Nya dan menjadi berkat.

Doa: Tuhan, tolonglah kami agar hidup kudus, sehingga layak melayani-Mu. [IT]


Baca Gali Alkitab 4

Imamat 6:8-13

Kekudusan Allah merupakan tema terpenting sepanjang Kitab Imamat. Allah sendiri yang menentukan bagaimana umat memperlakukan kekudusan-Nya. Artinya, umat Israel tidak boleh sembarangan dalam menghormati kekudusan Allah.

Salah satu cara yang diatur Allah adalah dalam upacara membakar kurban bakaran. Imam harus mengikuti setiap instruksi dengan terperinci. Jika tidak, itu akan dianggap sebagai sebuah pelanggaran.

Lalu, bagaimana kita sebagai masyarakat modern, memaknai kekudusan Allah itu?

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang diperintahkan Tuhan kepada Harun (8-9a)?
2. Bagaimana kurban bakaran itu diperlakukan (9b)?
3. Apa yang harus dilakukan imam saat membuang abu sisa pembakaran kurban (10-11)?
4. Apa yang harus dilakukan para imam terkait api yang di atas mazbah (12-13)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana para imam menempatkan diri pada kekudusan Allah?
2. Api di atas mazbah harus menyala setiap hari. Apa yang Anda pikirkan terkait dengan hal ini?

Apa respons Anda?
1. Dalam dunia modern sekarang, bagaimana sikap kita berhadapan dengan kekudusan Allah? Masihkah kekudusan hanya dimaknai dalam dimensi ritual? Jelaskan pendapat Anda!

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org