Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/02/17

Sabtu, 17 Februari 2018 (Minggu ke-6 sesudah Epifania)

Markus 9:30-32
Malu Bertanya Sesat di Jalan

Malu bertanya sesat di jalan, terlalu banyak bertanya memalukan. Mungkin jargon ini ada benarnya. Ketika dewasa manusia dituntut lebih kreatif dan inisiatif mencari tahu sesuatu yang ia tidak tahu sebelumnya. Bagaimanapun manusia tidak dapat terlepas dari manusia lainnya. Manusia butuh dicerahkan pikirannya oleh manusia lain agar tidak sesat di jalan. Kebutuhan inilah yang disadari oleh Yesus terhadap murid-murid-Nya.

Kebersamaan Yesus dan para murid adalah masa observasi yang cukup bagi-Nya untuk mempelajari karakter para murid, yang salah satu kelemahannya adalah lambat memahami (32). Oleh karena itu, kegiatan utama Yesus selama Ia mengadakan penyingkiran adalah terus mengajar para murid. Meskipun Dia harus berfokus pada salib yang harus dipikul-Nya, Ia tidak lupa untuk fokus mengajar para murid-Nya (30). Ketika Ia memiliki waktu bersama dengan para murid-Nya, Ia memakainya sebagai kesempatan untuk mengajarkan kebenaran kepada mereka bahwa Mesias harus menderita, tetapi akan bangkit pada hari ketiga. Kerinduan Tuhan adalah selalu mengajarkan kebenaran kepada para murid.

Markus mencatat bahwa ketika Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya tentang penderitaan yang harus dilalui oleh Mesias, para murid tidak mengerti maksud perkataan Yesus, namun mereka segan bertanya kepada-Nya (32). Padahal apa salahnya bertanya, atau interupsi kalau tidak setuju dengan pernyataan Yesus. Kemungkinan besar para murid menganggap perkataan Yesus hanyalah omong kosong belaka. Bagi mereka Mesias adalah seseorang yang akan memberikan pembebasan dari penjajahan bangsa Romawi. Mana mungkin Mesias menderita seperti dikatakan oleh Yesus. Sikap para murid yang tutup telinga, mulut, dan hati merupakan penghalang besar bagi perubahan pola pikir mereka.

Dari sikap para murid, kita bisa belajar bahwa sikap yang mau mendengarkan dan bertanya, serta menyelidiki kebenaran akan membawa perubahan dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Bagaimana dengan Anda? [ETY]


Baca Gali Alkitab 6

Markus 7:1-23

Para murid Yesus dikritik karena tidak mencuci tangan mereka lebih dahulu sebelum makan. Kritikan itu berasal dari pemuka agama Yahudi. Kritikan mereka ini bukan mengenai masalah kebersihan atau masalah kesehatan melainkan masalah keagamaan. Tuhan Yesus memberikan pengajaran-Nya yang tegas akan masalah ini. Dia menempatkan masalah ini pada tempat yang tepat.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang orang Farisi dan ahli Taurat kritik terhadap para murid Tuhan Yesus (5)?
2. Mengapa mereka mengritik seperti itu (3-4)?
3. Bagaimana Yesus menjawab kritik mereka (6-8)?
4. Apa contoh yang Yesus ajukan untuk membuktikan kebenaran kritik tersebut (9-13)?
5. Bagaimana Yesus menjelaskan mengenai masalah kenajisan atau tidak najis (14-23)?
6. Hal-hal apa saja sebenarnya yang dapat menajiskan seseorang (23)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa artinya munafik? Bagaimana menjalankan tradisi bisa menjadi sebuah kemunafikan?
2. Bagaimanakah kita sebagai orang Kristen seharusnya menyikapi tradisi?
3. Hal apa yang penting yang harus menjadi utama dalam menjalani hidup ini?

Apa respons Anda?
1. Tahukah Anda tradisi gereja atau keluarga atau suku/budaya Anda yang Anda sadari tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan?
2. Bagaimana Anda akan menyikapinya?
3. Hal apa yang penting yang akan Anda utamakan dalam hidup ini? Bagaimana Anda akan melakukannya?

Pokok Doa:
Agar gereja lebih fokus pada menyatakan kasih Allah kepada dunia daripada sibuk dengan berbagai tradisi semata.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org