Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/12/02

Sabtu, 2 Desember 2017 (Minggu ke-25 sesudah Pentakosta)

Daniel 5:17-30
Mengutamakan Kewajiban

Ketika Daniel mendengar bahwa Raja Belsyazar akan memberikan banyak hadiah kepadanya, ia memohon agar raja mengurungkan niatnya. Daniel meminta Belsyazar memberikan hadiah tersebut kepada orang lain saja (17). Di sini terlihat jelas bahwa ia bekerja dan melayani raja bukan karena imbalan, melainkan suatu kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang hamba. Lagi pula ia tidak akan mengotori karunia Allah yang diberikan kepadanya hanya untuk kesenangan duniawi.

Sebelum Daniel menjelaskan makna dari penglihatan Belsyazar, ia terlebih dahulu menceritakan kisah kelam Raja Nebukadnezar. Menurut Daniel, Allah yang Mahatinggi telah memberikan kekuasaan kepada Nebukadnezar (18-19). Namun ia menjadi tinggi hati karena ia merasa kekuasaan mutlak ada di tangannya. Kesombongannya telah membawa Nebukadnezar jatuh ke tempat yang paling rendah dan hina seperti binatang (20-21).

Rupanya Belsyazar mengikuti jejak kesombongan ayahnya. Sifat buruknya telah mendorong Belsyazar bertindak kurang ajar terhadap segala perkakas Bait Suci untuk dipakai sebagai cawan anggur untuk pesta pora. Tindakannya itu telah menodai kesucian Allah yang Mahatinggi (23). Setelah itu, Daniel membaca dan mengartikan tulisan tersebut sebagai berikut: Mene, Mene, tekel ufarsin, yang artinya masa pemerintahan Raja Belsyazar dihitung dan diakhiri oleh Allah serta kerajaannya akan dipecah dan diberikan kepada bangsa Media dan Persia (25-27). Penghukuman Allah memperlihatkan ketidaklayakan Belsyazar sebagai pemimpin. Lalu raja menganugerahkan hadiah dan mengangkat Daniel sebagai orang ketiga yang memiliki kekuasaan besar di seluruh wilayah Babel (29). Dan semua yang dikatakan Daniel menjadi kenyataan (30).

Mengutamakan kewajiban merupakan prinsip dan ajaran moral yang sangat penting. Banyak orang menuntut haknya, namun mengabaikan kewajibannya. Saat ini kita ditantang untuk meneladani tindakan Daniel dengan mengutamakan kewajiban daripada hak. [WSP]


Baca Gali Alkitab 5

Daniel 5:10-16

Seorang ibu yang bijaksana tidak mengambil tindakan memarahi anaknya yang melakukan kesalahan. Ibu yang baik akan melakukan pendampingan untuk mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Walaupun anaknya bersalah, seorang ibu akan menghindari perbuatan menghakimi, sebalinya ia mengajak anaknya untuk dialog dari hati ke hati.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan oleh permaisuri raja dalam ruangan perjamuan (10)?
2. Nasihat seperti apa yang diberikan permaisuri kepada anaknya (11)?
3. Saran apa yang diberikan permaisuri kepada Belsyazar (12)?
4. Perkataan apa yang terucap pada mulut raja saat ia melihat Daniel datang menghadap ke istananya (13)?
5. Saat raja berkata-kata kepada Daniel, apakah itu bentuk pujian atau keraguan? Apa janji raja kepada Daniel (14-16)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana cara kerja Allah untuk mempromosikan orang yang berkenan kepada-Nya di hadapan manusia?
2. Mengapa Daniel menolak hadiah raja? Apakah Daniel sedang melakukan taktik pencitraan diri?

Apa respons Anda?
1. Ketika Anda diberikan nasihat oleh orangtua atau pun orang lain, apa bentuk ucapan terima kasih Anda kepada mereka?

Pokok Doa:
Agar kita senantiasa mawas diri dalam perkataan dan tindakan, baik terhadap sesama maupun Allah.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org