Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/09/11

Senin, 11 September 2017 (Minggu ke-14 sesudah Pentakosta)

Obaja 1:17-21
Pemulihan Tuhan

Dalam perikop ini terlihat ada dua nubuat yang ingin disampaikan oleh Nabi Obaja, yakni: nubuat hukuman dan keselamatan. Nubuat hukuman dialamatkan kepada Edom, bangsa yang bermegah atas kemalangan Yehuda. Sedangkan nubuat keselamatan disampaikan kepada Yehuda yang telah mengalami berbagai peristiwa yang mendukakan hati, termasuk ketika Edom merebut sebagian tanah dan menjarah harta milik mereka.

Nubuat keselamatan itu memuat harapan bahwa tidak selamanya bangsa Yehuda terpuruk dan mengalami peristiwa yang menyedihkan. Ada saatnya Allah akan memulihkan kondisi mereka, yaitu pengembalian hak Yehuda, tanah untuk ditinggali (20), dan pembangunan kembali kota-kota mereka (bdk. Mzm. 69:36).

Selain pesan keselamatan, Nabi Obaja juga menyampaikan kabar penghukuman. Allah akan mengadili bangsa-bangsa. Mungkin saja sulit bagi bangsa Yehuda yang ada dalam pembuangan untuk percaya. Pada kenyataannya, bangsa Edom terus-menerus meraih kesenangan demi kesenangan, sementara Yehuda harus menjalani kesengsaraan hidup di tanah asing sebagai budak. Mereka dibuang di negeri asing yang jauh dari tanah leluhur mereka. Namun, dalam nubuatan itu juga terkandung harapan. Itulah yang sepatutnya dilihat oleh umat Allah bahwa Allah adalah harapan satu-satunya yang memungkinkan mereka kembali ke negerinya.

Manusia harus memiliki harapan dalam dirinya. Tanpa harapan, mungkin tidak ada alasan yang mendasar bagi seseorang untuk hidup di dunia. Hal ini dialami secara nyata pada orang-orang Yahudi yang selamat dari kamp konsentrasi pada zaman Hitler. Mereka bisa bertahan karena adanya harapan sebagai pemacu semangat hidup, sekalipun mengalami siksaan yang tak tertanggungkan.

Apa pun penderitaan, kesengsaraan, dan ketidakadilan yang kita alami dalam hidup ini, jangan sampai kita kehilangan harapan pada janji-janji Allah. Janji-Nya adalah pengingat, penguat, dan penghibur orang percaya bahwa Allah pasti memulihkan umat-Nya. [LL]

Pengantar Kitab Habakuk

"Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: 'Penindasan!' tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kezaliman?" (Hab. 1:2-3). Demikianlah ratapan Nabi Habakuk.

Habakuk hidup pada masa sulit. Sebagai nabi dia merasa sedih dan kecewa menyaksikan rendahnya kualitas moral umat Israel karena ulah pemimpin bangsa yang tidak becus mengelola pemerintahannya. Yoyakim, penguasa Yehuda pada masa itu, tidak hidup sebagaimana Yosia, ayahnya, yang melakukan pembaruan di bidang etika dan moral. Habakuk sadar, kehancuran Israel telah diambang pintu. Bagaimanapun, Allah tidak dapat dipermainkan! Dosa harus dihukum! Dan Allah akan menyelenggarakan hukuman itu melalui serangan Nebukadnezar, raja Babel, yang diikuti oleh pembuangan bangsa Israel ke Babel.

Menarik disimak, setelah meratap Habakuk mengambil inisiatif: "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku" (Hab. 2:1). Yang dilakukan Habakuk adalah berkomunikasi dengan Allah. Dan Allah berfirman, "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya" (Hab 2:2). Allah meminta Habakuk untuk menulis dengan jelas dan lugas agar orang dapat memahaminya meski membacanya sambil lalu. Inilah jawaban jitu dari situasi negeri yang parah. Intensnya komunikasi dengan Tuhan niscaya membuat umat semakin yakin bahwa "orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (Hab. 2:4). Nas ini pulalah yang dikutip Paulus (Rm. 1:17).

Selanjutnya, bersama Habakuk umat Allah bisa menetapkan hati dan berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku" (Hab. 3:17-18).

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org