Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/03/04

Sabtu, 4 Maret 2017 (Minggu ke-8 sesudah Epifania)

Matius 19:1-15
Perkawinan dan Perceraian

Perceraian adalah masalah klasik yang telah berlangsung sejak dahulu sampai sekarang. Pada masa lampau, alasan perceraian adalah seorang suami atau istri selingkuh atau melakukan perzinaan. Sedangkan di masa kini, alasan perceraian selalu dikaitkan dengan ketidakcocokan satu dengan lainnya.

Kemana pun Yesus mengajar dan melakukan penyembuhan, Ia selalu diganggu oleh rohaniwan Yahudi. Salah satunya adalah kelompok Farisi. Kaum Farisi yang datang mencobai Yesus berasal dari aliran yang berbeda, yakni: aliran Shammai dan Hillel. Mereka mengajukan pertanyaan yang menjebak tentang perceraian dengan menambah kata "dengan alasan apa saja" (1-3). Dengan kata tersebut seolah-olah perceraian mudah mendapat dasar hukumnya.

Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka, melainkan mengembalikan fungsi utama sebuah perkawinan dalam konteks penciptaan (4-6). Di sini, Yesus mengingatkan kaum Farisi bahwa perkawinan bukan kontrak sosial, melainkan memiliki unsur kerohanian yang diikat dalam kekudusan nama Allah. Karena kedegilan hati manusia, perceraian seolah-olah "diizinkan" Allah, padahal tidak sama sekali (7-9). Menanggapi kerumitan dalam perkawinan, para murid Yesus menyarankan lebih baik selibat saja (10). Persoalan seseorang memilih tidak menikah bukan perkara mudah. Banyak faktor lain yang menjadi sebab musababnya (12). Jadi, tidak bisa serta-merta melihat satu persoalan yang rumit dengan menarik kesimpulan yang dangkal. Di sini harus ada hikmat Allah untuk dapat memahami hal itu (11).

Tujuan Allah menciptakan manusia sepasang bukan untuk memiliki keturunan saja, tetapi juga menemukan belahan jiwanya. Dengan pasangannya, mereka dapat bertumbuh dalam kasih, keadilan, dan kebenaran Allah menjadi keluarga yang kudus dan diperkenan Allah. Jika prinsip ini diterapkan sepenuh hati, mustahil terjadi perceraian.

Bagaimana kondisi keluarga Anda? Harmonis atau bergejolak atau hampir karam? Berdoalah agar Allah memulihkan relasi di antara keluarga Anda! [TG]

Matius 19:1-15


Baca Gali Alkitab 1

Perceraian tidak pernah menjadi kehendak Allah. Sejak awal penciptaan, Allah merancang laki-laki dan perempuan membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Karena kekerasan hati manusia berdosalah perceraian bisa terjadi atas dalil apa pun.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Yesus lakukan di daerah Yudea (1-2)?
2. Siapakah yang mencobai Yesus dan apa pertanyaan yang mereka ajukan (3)?
3. Apa jawaban yang Yesus berikan soal perkawinan (4-6)?
4. Apa sanggahan Yesus soal surat cerai dari Musa (7-8)?
5. Dalam konteks apa perceraian diizinkan (9)?
6. Apa jawaban Yesus tentang pernyataan para murid-Nya (10-12)?
7. Apa yang Yesus lakukan terhadap seorang anak kecil dan apa yang dikatakan-Nya (13-15)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan?
2. Mengapa perceraian bukan kehendak Allah?

Apa respons Anda?
1. Jika dalam gereja Anda ada orang yang meminta saran tentang perceraian, apa yang Anda katakan dan apa tindakan Anda?
2. Andai Anda menghadapi problem ketidakharmonisan dalam keluarga yang berujung pada perceraian, apa tindakan pencegahan yang Anda upayakan?

Pokok Doa:
Memohon kepada Allah agar Ia menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga umat-Nya.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org