Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/11/19

Sabtu, 19 November 2016 (Minggu ke-27 sesudah Pentakosta)

Roma 15:1-13
Si kuat dan Si lemah

Ada pepatah Jawa: "Asu gedhe menang kerahe", yang artinya 'anjing besar menang dalam perkelahian'. Anak kecil pun pasti tahu akan hal ini. Namun, bacaan hari ini justru sebaliknya: "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat" (1). Itu berarti kita yang sungguh-sungguh yakin akan apa yang kita percayai, haruslah bersabar terhadap keberatan-keberatan orang yang tidak terlalu yakin dengan apa yang dipercayainya.

Paulus melarang kita untuk menyenangkan diri sendiri. Sebaliknya, Sang Rasul menasihati warga jemaat di Roma untuk menyenangkan hati orang lain. Tentu saja bukan hanya menyenangkannya, tetapi alasan yang paling mendasar adalah demi kebaikan orang itu sendiri agar semakin dibangun dalam imannya. Alasan Paulus-mengutip Mazmur 69:10-adalah sebagai pengikut Kristus semestinya kita meneladani Dia yang tidak mencari kesenangan-Nya sendiri.

Memang bukan persoalan mudah sehingga kita mesti meminta pertolongan Allah agar Dia memberikan karunia kerukunan kepada umat-Nya, yang berujung pada kemuliaan Allah! Menarik disimak bahwa kerukunan umat Allah tidak dimaksudkan untuk kemuliaan sendiri, tetapi dimaksudkan untuk kemuliaan Allah.

Karena itu, Paulus melanjutkan: "terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah" (7). Inilah cara untuk mencapai kesatuan di antara umat Allah-yang kuat menerima yang lemah sama halnya dengan Kristus yang telah menerima baik yang kuat maupun yang lemah imannya. Dengan kalimat yang lain, Barret menyatakan: "Aku mengatakan kepadamu, orang Kristen yang kuat, agar kamu bersabar memikul keanehan orang yang lemah, sama seperti sikap Kristus: Ia menjadi pelayan dari bangsa yang paling aneh dalam keagamaan, yaitu bangsa Yahudi."

Kebenaran yang ditekankan Paulus bukan suatu "kekecualian" karena sudah ada contohnya-yakni Kristus sendiri. Itulah yang harus kita perhatikan sebagai pelajaran! Memang tidak mudah. Karena itulah kita bertekun! [CC]


Baca Gali Alkitab 3

Roma 15:1-13

Hidup rukun dalam kasih merupakan ciri khas komunitas umat percaya. Melalui kebersamaan, tenggang rasa, dan kesatuan, nama Allah dipermuliakan di antara bangsa-bangsa. Hal itu dapat terjadi apabila setiap orang percaya tidak egois, memikirkan untuk kebaikan bersama, menguatkan serta membangun satu sama lain dalam iman dan pengharapan.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa kewajiban setiap orang percaya dalam komunitasnya (1-2)?
2. Apa landasan yang patut dihayati oleh komunitas Kristiani (3-4)?
3. Apa harapan Paulus terhadap orang-orang percaya di Roma (5-7)?
4. Apa artinya menerima satu akan yang lain dalam Kristus (8)?
5. Apa tujuan hidup dalam kebenaran Allah (9)?
6. Apa imbauan Paulus terhadap orang-orang non-Yahudi (10-13)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa kesatuan dalam Kristus sangat penting bagi Paulus?
2. Apa yang terjadi jika kebersamaan terwujud dalam diri orang-orang percaya?

Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan untuk memuliakan Allah? Apa komitmen Anda?

Pokok Doa:
Umat Tuhan seharusnya bersyukur memiliki Allah yang kekal dan perkasa dalam setiap tindakan-Nya.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org