Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/03/17

Kamis, 17 Maret 2016

Markus 14:32-42
Jadilah KehendakMu, Bukan Kehendakku

Menjelang penyalibanNya, Yesus berdoa di taman Getsemani (32). Markus menggambarkan pergumulan Yesus dengan sangat tajam: Ia sangat takut dan gentar (33), hati-Nya sangat sedih seperti mau mati rasanya (34), Ia berdoa sungguh-sungguh sampai merebahkan diri ke tanah (35). Apakah ini artinya Ia ingin mundur dari karya penyaliban itu? Tidak. Yohanes 12:27 membuktikan betapa Yesus tahu jelas apa yang harus Ia hadapi dan Ia tidak berencana mundur. Lalu mengapa Yesus meminta agar cawan itu berlalu daripada-Nya?

Mari kita meninjaunya dari sisi relasi. Yesus dan Bapa memiliki relasi yang sangat intim, dekat, dan penuh kasih (Mat. 11:27; Yoh. 3:35, 10:1517, 30, 38). Tapi apa yang akan terjadi di salib? Allah Bapa harus memalingkan wajah-Nya karena Yesus menanggung seluruh cawan murka Allah yang seharusnya kita tanggung. Begitu gentarnya, hingga malaikat pun tidak bisa menguatkan hati Yesus (Luk. 22:43) dan peluhNya menjadi seperti titik darah yang menetes (Luk. 22:44). Yesus tahu bahwa di salib itulah Ia akan berteriak: "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mrk. 15:34). Inilah puncak penderitaan Yesus, yaitu ketika Allah Bapa memalingkan wajah dari-Nya. Belum lagi ditambah dengan kegelapan yang meliputi seluruh daerah itu dan tabir Bait Allah terbelah (Mrk. 15:33, 38). Meski demikian, Yesus mengakhiri doanya dengan sikap penyerahan total pada kehendak Bapa (36). Artinya, Ia rela terpisah dengan Allah Bapa demi menebus dosa kita dan menanggung cawan murka Allah.

Ironisnya, kita umat yang telah ditebus-Nya sering menganggap enteng hubungan kita dengan Allah. Kita tidak mau peduli dengan kondisi kerohanian kita. Kita tidak mau tahu apa kehendak-Nya. Kita justru sibuk memenuhi kehendak sendiri. Kiranya firman hari ini menjadi teguran yang tajam bagi kita semua. Yesus rela jauh dari Bapa agar kita dekat dengan-Nya.

Renungkan: Marilah kita berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara membangun kedekatan kita dengan Allah. [MF]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org