Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/08/10

Senin, 10 Agustus 2015

1 Raja-Raja 22:1-18
Kebenaran atau Kenyamanan?

Judul: Kebenaran atau Kenyamanan?
Dalam dua pasal berturut-turut kematian Ahab dinubuatkan (1Raj. 20:41-42, 21:19). Kali ini lagi-lagi kita menjumpai nabi-nabi. Ada empat ratus orang nabi dikumpulkan. Pada masa itu, nabi-nabi hidup dalam komunitas-komunitas. Profesi nabi tidak serta-merta berarti bahwa mereka menyuarakan suara Tuhan, sebagaimana yang nyata dalam perikop ini.

Yosafat, raja Yehuda yang takut akan Tuhan, meminta Raja Ahab memanggil nabi Tuhan (7). Permintaan ini menunjukkan pembedaan yang diketahui semua orang: orang bisa menjadi nabi atas nama dewa-dewi manapun dan di dalam konteks inilah nabi Tuhan juga hidup dan berkarya. Raja Yosafat merasa tak puas dengan nubuat yang disampaikan oleh sembarang nabi, tetapi ia hanya percaya kepada nabi yang dikirim oleh Tuhan.

Di sini kita masih mendapati sikap Ahab yang kekanak-kanakan: ia tahu bahwa nabi Mikha menyampaikan suara Tuhan yang benar, tetapi ia enggan memanggil Mikha karena ia khawatir ia tidak menyukai apa yang ia dengar. Bahkan ketika yang dipertaruhkan adalah nyawanya, ia lebih memilih mendengar apa yang ia suka daripada apa yang benar. Sungguh tragis!

Mikha rupanya tahu benar tabiat Ahab, maka ia menjawab apa yang Ahab ingin dengar. Namun Ahab merasakan sindiran Mikha sehingga ia menyampaikan sebuah pertanyaan ironis, mengingat ia sendiri tak ingin mendengar kebenaran yang disampaikan Mikha. Sepanjang hidup Ahab, kita melihat sikap tarik-ulurnya terhadap Tuhan.

Kita hidup dalam situasi di mana kesadaran beragama ada di mana-mana. Di atas kertas, setiap orang percaya Tuhan. Namun, benarkah sikap kita sejalan dengan kepercayaan kita? Ahab pun percaya kepada Tuhan, dia bisa menunjukkan penyesalan sejati. Namun dia tidak bisa mempersilakan Tuhan menjadi tuan atas hidupnya. Dia tetap ingin memegang kendali, bahkan begitu ekstrem sampai di ambang kehilangan hidup pun dia tetap memilih memegang hidupnya erat-erat daripada mempersilakan Tuhan menjadi Tuhan. Bagaimana sikap kita terhadap Tuhan? Apakah kita memilih menghiraukan apa yang benar atau apa yang nyaman?

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org