Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/06/21

Sabtu, 21 Juni 2014

2 Samuel 9:1-13
Berubah status

Judul: Berubah status
Pada waktu itu, merupakan suatu hal yang lazim bagi seorang raja yang berhasil merebut singgasana untuk menghabisi keturunan atau keluarga dari raja sebelumnya, karena akan dianggap sebagai ancaman. Namun sikap Daud berlawanan dengan kelaziman itu. Ia malah bertanya, "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul?..." (1). Pertanyaan Daud menunjukkan kasihnya yang besar. Seperti kita tahu, Saul sendiri sudah menganggap Daud sebagai musuh. Namun di sisi lain, Daud melakukannya karena ia mengingat hubungan dan perjanjiannya dengan Yonatan (1, bdk. 1Sam. 20:14-15).

Dari Ziba, pelayan di keluarga Saul, Daud mendapat informasi bahwa masih ada Mefiboset, anak Yonatan (2-4). Rupanya selama ini ia bersembunyi demi keamanan dirinya. Namun mau tidak mau, Mefiboset harus menunjukkan diri ketika Daud mencari dia (5-6). Bagaimana reaksi Mefiboset? Ia merasa tidak layak menerima semua kebaikan Daud (8). Bagaimana tidak? Ia tentu tahu riwayat hidupnya dan siapa yang saat itu ada di hadapannya. Meski ia berasal dari keluarga raja yang dulu berkuasa, tetapi saat itu ia bukan siapa-siapa.

Namun Daud menunjukkan kebaikannya secara konkret dengan membiarkan Mefiboset makan semeja dengan Daud, seperti seorang anak raja (7, 11, 13). Selain itu, Daud berjanji bahwa Mefiboset akan menerima segala sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya, yaitu harta milik Saul dan keluarganya (9). Sungguh suatu anugerah bagi Mefiboset.

Gambaran ketidaklayakan ini juga melekat pada kita, saat kita masih berdosa. Walau demikian, Allah memilih untuk mengasihi kita. Maka setelah menyadari keberdosaan kita dan menerima Kristus sebagai Juruselamat kita, barulah segala sesuatunya berubah. Kita tidak lagi najis karena dosa, melainkan menjadi kudus karena darah Anak Domba. Kita tidak lagi menjadi musuh Allah melainkan menjadi anak-anak Allah, dan karena itu menjadi bagian dari keluarga Allah. Dengan status demikian, maka seharusnyalah hidup kita menggambarkan kemuliaan hidup anak-anak Allah. Itulah respons tepat bagi anugerah Allah yang kita terima.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org