Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/05/26

Senin, 26 Mei 2014

1 Samuel 22:6-23
Awas pengkhianat!

Judul: Awas pengkhianat!
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Musibah yang menimpa keluarga Ahimelekh tidak bisa dibatalkan, betapapun Daud menyesalinya. Hanya satu cara yang Daud bisa lakukan untuk ‘memperbaiki’ situasi, yaitu dengan melindungi Abyatar, satu-satunya anggota keluarga Ahimelekh yang luput dari pembantaian Saul melalui tangan Doeg.

Si pengkhianat itu memang bukan orang Israel (9; 1Sam. 21:7). Bangsa Edom memang dari dahulu berseteru dengan bangsa Israel. Sebenarnya tidak ada alasan buat Doeg untuk memfitnah Ahimelekh. Bukankah ia sendiri mendengar bahwa Daudlah yang menipu Ahimelekh. Cukup bagi Doeg untuk melaporkan tindakan Daud. Ternyata Doeg memakai kesempatan itu untuk mendapatkan nama di mata Saul. Ia ingin memupuk jasa di hadapan raja agar kariernya di pemerintahan menanjak. Tidak segan-segan ia menyembelih keluarga imam ini dengan tangannya sendiri (18). Bukan hanya keluarga sang imam yang dibantai, penduduk kota Nob pun dibinasakan (19). Bagi Doeg, yang penting kesempatan untuk meningkatkan diri tidak boleh dilewatkan, walau harus mengorbankan orang lain!

Saul sendiri rupanya telah dikendalikan oleh nafsu dendamnya, sehingga melakukan tindakan bejat tersebut tanpa rasa bersalah. Betapa dalamnya Saul telah jatuh. Saul lebih dari seorang pengkhianat, karena ia telah berkhianat kepada Tuhan dengan membunuh orang yang tidak bersalah secara massal.

Mengapa orang seperti Doeg atau Saul tidak langsung saja dihukum Tuhan. Dunia ini akan jauh lebih baik tanpa kehadiran mereka. Di sini kita belajar kebesaran Tuhan. Dia masih memberikan kesempatan Saul untuk bertobat dari kesalahannya. Tuhan juga berdaulat, kebebalan Saul dipakai Tuhan untuk membentuk dan mempersiapkan Daud menggantikan Saul kelak. Daud belajar bagaimana dengan kepala dingin memperlakukan ‘musuh’, juga lebih peduli pada rakyat daripada kesejahteraan sendiri. Kita belajar melalui kisah ini untuk tidak membiarkan diri dikendalikan nafsu marah atau nafsu kedagingan lainnya!

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org