Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/09/21

Sabtu, 21 September 2013

Hakim-hakim 17:1-13
Kacau tanpa firman

Judul: Kacau tanpa firman
Pasal-pasal berikut tidak berbicara tentang para hakim-hakim melainkan tentang kemurtadan rohani yang terjadi pada masa itu dan efeknya pada bangsa Israel. Maksud kisah ini dituliskan adalah agar orang beroleh gambaran tentang betapa rendah standar moral waktu itu.

Mikha mencuri uang ibunya sejumlah seribu seratus uang perak. Uang sebesar ini dapat menghidupi orang seumur hidup di Israel (bdk. ayat 10). Dikemudian hari, Mikha mengakui perbuatannya dan mengembalikan uang itu kepada ibunya. Mungkin karena ia takut kutukan ibunya (2). Bagaimana reaksi ibunya? Ibunya justru memberkati dia. Suatu reaksi yang tidak biasa mengingat jumlah uang yang dicuri. Mungkin si ibu berpikir bahwa berkat itu dapat membatalkan kutuk yang telah dia ucapkan. Lalu si ibu bermaksud mempersembahkan uang itu kepada Tuhan. Namun yang jadi diberikan berjumlah dua ratus uang perak. Itu pun digunakan untuk membuat patung. Padahal sebelumnya ia berjanji memberikan semuanya. Perhatikanlah, si ibu mencuri uang dari Tuhan dan anaknya mencuri uang dari ibunya. Mungkin Mikha mempelajari dosa itu dari orang tuanya.

Dosa berikutnya, mereka mengabaikan hukum Allah berkaitan dengan pembuatan patung pahatan (Kel. 20:4, 23). Mereka melupakan pengalaman Israel yang tragis berkaitan dengan patung lembu emas di gunung sinai (Kel. 32:19-35). Lalu Mikha meminta seorang Lewi untuk menjadi imam di kuil yang dia buat (5). Tampaknya ia ingin melegitimasi perbuatannya (13). Padahal orang Lewi seharusnya tinggal di tempat yang Allah sudah tetapkan dan mendapat penghasilan sesuai dengan pengaturan Allah, bukan dari bayaran orang.

Benarlah apa yang dikatakan di ayat 6 bahwa pada masa itu "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Padahal sebenarnya ada firman Tuhan yang dapat menjadi tuntunan. Memang, bila firman Tuhan tidak menjadi pedoman maka hidup dan tatanannya dapat menjadi kacau. Maka berpegang pada firman adalah keharusan bila kita ingin hidup kita beres menurut Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/09/21/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org