Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/09/12

Kamis, 12 September 2013

Hakim-hakim 12:1-7
Belajar dari Yefta

Judul: Belajar dari Yefta
Ada kecenderungan pada sebagian orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang membuat mereka dihargai. Bila pekerjaan itu tidak dipandang orang lain, maka akan sedikit orang yang bersedia melakukannya.

Kemenangan Yefta atas bani Amon ternyata tidak membuat semua orang senang. Ada orang Efraim yang merasa diabaikan karena tak disertakan dalam peperangan. Mereka marah karena tidak mendapat peranan penting dalam peperangan itu. Bahkan mereka sampai mengancam akan membakar Yafet dan rumahnya (1). Bagi orang Efraim, suksesnya peperangan itu tidak sepenting keterlibatan mereka di dalamnya. Suku yang sombong itu ingin dihormati oleh saudara mereka. Sebaliknya, mereka menganggap orang Gilead sebagai pelarian (4).

Menurut Yefta, ia sudah meminta pertolongan mereka, tetapi mereka tidak merespons (2). Jadi Allah memberikan kemenangan melalui dia. Orang Efraim sebenarnya memiliki kesempatan untuk menolong, tetapi mereka diam saja. Setelah perang usai dan Allah dipermuliakan, barulah mereka komplain. Maka Yefta merespons komplain orang Efraim dengan perang. Lalu orang Gilead menutup perbatasan dengan menduduki tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan (5). Untuk mengenali orang Efraim, mereka memakai kata sandi "syibolet" yang harus diucapkan oleh setiap orang yang menyeberang. Orang yang menjawab "sibbolet" adalah orang Efraim, karena itu harus dibunuh. Sebab orang Efaim tidak bisa menyebut "sy" (6)

Akhir perang memperlihatkan bahwa orang Efraim lebih bisa komplain daripada berperang. Terbukti orang Gilead dapat mengalahkan mereka dengan mudah sehingga empat puluh dua ribu orang Efraim tewas dalam kesia-siaan karena gila hormat. Berbeda dengan Yefta. Meski semula ia menjadi orang terbuang, tetapi kesediaan untuk dipakai Allah membuat hidupnya berarti, walau ada banyak hal yang harus ia pelajari dari kesalahan-kesalahannya. Kematian setelah masa enam tahun melayani sebagai hakim (7), tidaklah sia-sia. Kita harus menarik pelajaran dari Yefta.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/09/12/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org