Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/09/15

Kamis, 15 September 2011

Amsal 4:10-27
Berpegang pada hikmat

Judul: Berpegang pada hikmat
Hikmat dihasilkan melalui suatu keputusan yang diikuti disiplin seumur hidup. Tidak mengherankan dalam teks hari ini kita melihat sang ayah menasihati dan mendorong sang anak untuk terus berpegang pada didikan hikmat dan tidak boleh melepaskannya (13).

Karena begitu penting untuk berpegang pada hikmat, sang ayah berulang kali meminta si anak untuk berjalan dalam hikmat (10-13, 20-21, 25-27). Pentingnya pengulangan nasihat ini adalah karena orang fasik selalu berusaha membuat orang lain tersandung. Mereka tidak dapat tidur jika tidak mencelakai orang lain (16). Maka jika tidak berhati-hati orang benar pun bisa terjatuh bila mengikuti jalan orang fasik (14-15).

Pentingnya hikmat dapat dilihat dari keuntungan yang didapat. Misalnya, tahun hidup orang yang berhikmat akan menjadi banyak (10), hikmat akan membuat orang bebas melangkah terus dan tidak terhambat (12), hikmat akan memimpin orang pada hidup yang dikehendaki Tuhan (13).

Yang terpenting dalam menjalankan hikmat adalah menjaga hati dengan segala kewaspadaan (23 a). Hati dalam konsep Ibrani adalah pusat keberadaan seseorang, mencakup akal budi, perasaan, dan kehendak. Hikmat bukanlah respons yang bersifat lahiriah saja. Perkataan dan tindakan akan lahir dari hati orang, dan dari situlah terpancar kehidupan (23). Sebagai proses dalam menjaga hati, seseorang harus menghindari mulut yang serong (24). Tidak jelas apakah yang dimaksud adalah menjaga perkataan sendiri atau jangan mendengarkan perkataan serong dari orang lain. Mungkin kedua-duanya yang dimaksudkan. Termasuk dalam nasihat ini adalah jangan menyebar kelaliman, dusta, mengumpat, dan perbantahan (10:6, 18, 22:10). Sesungguhnya orang yang dapat menjaga lidahnya adalah orang yang sempurna, yang dapat mengendalikan seluruh tubuhnya (Yak. 3:2).

Tidak mudah untuk memilih jalan hikmat karena godaan dari orang fasik sangat besar. Namun kita harus terus berpegang dan bertekun dalam hikmat karena hanya dalam hikmatlah kita beroleh hidup yang berkenan kepada Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/09/15/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org