Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/09/10

Sabtu, 10 September 2011

Amsal 3:1-10
Pentingnya mengingat

Judul: Pentingnya mengingat
Mengingat merupakan unsur penting dalam proses pendidikan. Orang tua atau guru tentu senang sekali bila anak atau murid mengingat segala pengajaran yang diberikan. Tindakan mengingat memperlihatkan penghargaan anak didik kepada orang tua atau guru yang mengajar dia. Namun yang terutama, hal itu menunjukkan bahwa segala pengajaran yang telah mereka berikan tidak sia-sia.

Penulis amsal menghimbau anak didiknya agar mengingat dan memelihara segala pengajaran yang telah dia sampaikan (1). Tindakan mengingat sebenarnya dimulai dengan sebuah minat. Bila orang berminat pada apa yang dia dengar maka dia akan mengingatnya dengan baik. Maka tindakan mengingat bukan bicara masalah memori semata-mata melainkan masalah keinginan untuk memelihara dan hidup sesuai pengajaran itu.

Mengingat dan memelihara pengajaran dalam ketaatan membuat ajaran itu tertanam di dalam diri (3, 5-6); bagai fondasi bagi bangunan atau akar bagi sebatang pohon, yang membuat bangunan atau pohon itu tegak berdiri dan dapat bertahan melawan ancaman badai. Maka lebih dari sebuah penghargaan kepada si pengajar, tindakan mengingat ajaran sangat bermanfaat dan menjadi berkat bagi diri si anak didik itu sendiri. Disebutkan di sini bahwa orang yang mau mengingat ajaran akan menikmati panjang umur dan sejahtera (2). Ia juga akan dikasihi Allah dan manusia (4). Memang jika orang menyimpan hikmat di dalam hatinya maka hikmat itu akan mempengaruhi hidup dan karakternya.

Lalu ajaran atau hikmat apa yang musti diingat oleh setiap orang yang mau belajar? Bahwa hidup yang menyenangkan Allah adalah hidup yang percaya dan bersandar kepada Dia (5-8). Percaya berarti menempatkan diri sepenuhnya pada kasih karunia Allah. Bersandar berarti bergantung secara total. Bersandar pada diri sendiri bagaikan penolakan terhadap keberadaan Tuhan. Dapat juga berarti bahwa kita menempatkan diri sebagai ilah, sama seperti Tuhan. Salah satu ujian apakah kita sungguh-sungguh memercayai Tuhan adalah dengan melihat persembahan kita kepada Dia (9-10).

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/09/10/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org