Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/04/19

Selasa, 19 April 2011

Lukas 23:1-12
Kambing hitam

Judul: Kambing hitam
Kambing hitam adalah seekor kambing yang dilepaskan ke padang gurun sebagai bagian dari upacara Yom Kippur, Hari Pendamaian dalam Yudaisme pada masa Bait Suci di Yerusalem. Ritus ini dilukiskan di dalam Imamat 16. Dewasa ini, kambing hitam lebih sering digunakan sebagai metafora, yang merujuk kepada seseorang yang dipersalahkan untuk suatu kemalangan, biasanya sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari sebab-sebab yang sesungguhnya. Misalnya pemain sepak bola Kolumbia, Andres Escobar, dikambing hitamkan karena gol bunuh dirinya di Piala Dunia 1994 sehingga ia ditembak mati saat kembali ke tanah airnya.

Pengkambinghitaman itulah yang dilakukan oleh seluruh sidang jemaah terhadap Tuhan Yesus. Setelah mereka tahu bahwa mereka tidak mampu lagi mendakwa Dia lebih lanjut di persidangan yang mereka adakan, mereka tetap membawa Dia ke Pilatus, meskipun saat itu bukan hari persidangan. Mereka membuat tuduhan palsu bagi Yesus agar mereka dapat memakai kekuasaan Romawi untuk menghancurkan Dia. Dakwaan-dakwaan yang mereka sampaikan (2) merupakan bagian dari sandiwara mereka untuk menghancurkan Tuhan Yesus. Mereka berpura-pura manis, memihak kepada Pilatus dan seakan-akan membela kaisar. Padahal, ini semata-mata disebabkan oleh kedengkian mereka terhadap Tuhan Yesus.

Ketika Adam gagal menepati perintah Allah, ia mengkambinghitamkan Hawa, istrinya. Hawa sendiri kemudian mengkambinghitamkan ular. Tujuannya adalah untuk mengelakkan tanggung jawab dan menghindari konsekuensi yang harus diterima. Hal yang sama terjadi kepada Yesus. Dia menjadi kambing hitam kepengecutan Pilatus dan para tokoh agama yang ada pada saat itu. Yesus menjadi kambing hitam yang sempurna bagi ambisi orang-orang tersebut.

Mengkambinghitamkan orang lain memang mudah dan enak, karena kita dapat terhindar dari tudingan. Perasaan kita pun jadi nyaman, walau mungkin kita tidak bisa tutup telinga dari suara hati kita. Kiranya kita bersedia belajar untuk berani bertanggung jawab.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/04/19/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org