Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/09/18

Sabtu, 18 September 2010

Ezra 9:3-6
Sikap dalam berdoa

Judul: Sikap dalam berdoa
Rasanya kurang sreg berdoa sambil menyilangkan kaki, atau membuka mata. Bagaimana sikap tubuh yang layak di hadapan Tuhan waktu kita berdoa? Suatu ketika saya menyaksikan film dan di dalamnya ada adegan di mana seorang (Yahudi) berdoa. Ia berdoa sambil berdiri, mata terbuka, tangan bergerak teracung serasi isi dan nada doanya. Seolah orang sedang bicara dengan lawan bicara yang nyata, dan dalam sikap tubuh riil, apa adanya. Tidak dibuat rohani menurut kaidah "rohani" kita. Ini membuat sorotan Injil tentang kritik Yesus terhadap kemunafikan doa orang Farisi menjadi makin tajam. Apa gunanya bersikap tubuh sangat saleh, sementara sikap hati dan konsentrasi jiwa tidak sepadan?

Jika kita sadar bahwa berdoa bukan sedang melakukan suatu peran atau aksi rohani tertentu, melainkan bagian wajar dari relasi riil kita dengan Allah, maka sikap dalam berdoa tak usah jadi masalah. Tentu saja dalam relasi riil kita dengan Allah, kita menyadari siapa kita dan siapa Allah; bagaimana posisi kita dan bagaimana Ia memposisikan diri-Nya kepada kita. Ini membuat kita selalu menyadari paradoks hormat-akrab, gentar-nyaman, orang berdosa-anak yang dicintai, dalam sikap doa kita di hadapan Allah. Posisi rohani kita sebagai anak Allah tidak berubah, tetapi keadaan rohani kita berubah-ubah bergantung pada pilihan sendiri maupun keadaan sekitar. Maka tanpa mengubah sikap dasar paradoks tadi, keadaan berubah-ubah ini wajar mendorong terjadinya sikap doa yang berubah-ubah juga. Ada saat kita mendekat Allah dengan gembira, penuh keberanian iman dan kasih; ada saat kita tertunduk takut dan malu. Ada saat kita bicara terbuka kepada Tuhan; ada juga saat kita butuh dorongan Roh sebelum mengutarakan keadaan batin terdalam. Ada saat seolah ingin menari penuh luapan suka cita seperti Daud dalam iringan memindahkan tabut perjanjian; ada juga waktu ketika hati tercabik sampai ingin melepaskan apa saja demi membuka hati hancur dan mempersilakan Ia masuk ke dalam situasi gelap kita.

Kita tidak membuat-buat aneka sikap itu dalam doa. Jika kita sejati berelasi dengan Allah, itulah ragam sikap benar kita dalam doa.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org