|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/12/13 |
|
Sabtu, 13 Desember 2025 (Minggu Adven ke-2)
|
|
|
Saat kita pulang dari bepergian, salah satu hal yang pertama-tama dilakukan adalah membersihkan diri. Baik itu mencuci tangan, kaki, dan muka, bahkan langsung mandi keramas. Hal itu dilakukan karena kita tidak ingin kotoran dan kuman dari luar rumah terbawa masuk ke dalam rumah, apalagi menempel di tempat tempat privat seperti tempat tidur. Bisa mengakibatkan kotor dan penyakit. Kalau sedemikian rupa kita memperlakukan kotoran yang menempel di tubuh, terlebih lagi Allah memperlakukan "kotoran" yang ada di tengah umat-Nya. Anak yang degil dan membangkang dihukum mati (18-21). Mungkin tampak sangat kejam. Tetapi, menghormati ayah dan ibu adalah salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan. Tak hanya itu, jikalau seseorang sudah terbiasa membangkang, bahkan kepada orang tua, orang terdekatnya, apa yang bisa diharapkan dari hidupnya? Kemungkinan besar, dia juga akan menjadi pembangkang dari segala aturan, termasuk dari Tuhannya. Tindakannya akan mengotori seluruh bangsa. Mayat yang tergantung menajiskan tanah yang diberikan Allah sehingga harus segera dikuburkan (22-23). Tentunya, bukan karena mayatnya saja, tetapi untuk apa menempatkan orang yang mendapatkan hukuman sebagai tontonan yang bisa jadi malah menginspirasi orang melakukan hal yang sama? Kejahatan mesti segera dihapuskan. Cara-cara yang dilakukan saat itu memang kejam jika dipandang dari kacamata saat ini. Namun, yang mau kita lihat adalah bahwa "kebersihan" harus dijaga. Bukan dengan menyingkirkan orang lain, tetapi melihat kepada diri kita sendiri. Apakah ada hal-hal yang membuat kita "kotor"? Apakah ada kata-kata yang menyakiti, tindakan yang mencelakakan, rencana jahat, bahkan niat curang dalam diri kita? Semua hal yang membuat diri kita "kotor", kita mesti membersihkannya. Semua "kotoran" itu mesti "dirajam sampai mati, digantung, dan dikuburkan" sehingga tidak memiliki tempat lagi dalam hidup kita. Hidup kita anugerah Tuhan, kita telah dibersihkan-Nya dari dosa. Sudah semestinya kita jaga kebersihannya. [KRS] Baca Gali Alkitab 11 Musa mengulang arahan tentang bagaimana bangsa Israel harus menangani anak yang keras kepala dan tidak mau taat, serta hukuman yang dijatuhkan untuk pelanggaran serius. Aturan keras ini sebenarnya menegaskan pentingnya menjaga ketertiban, keadilan, dan kekudusan dalam keluarga besar umat Allah. Teks ini mengingatkan bahwa ketertiban dalam keluarga dan komunitas adalah fondasi yang dikehendaki Tuhan. Orang tua dipanggil untuk mendidik anak dengan bijaksana, penuh kasih, dan disiplin. Hukuman ekstrem dalam konteks Perjanjian Lama memang tidak berlaku lagi dalam era kasih karunia, tetapi tanggung jawab mendidik dan membimbing anak tetap relevan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |