Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/11/22

Selasa, 22 November 2022 (Minggu ke-24 sesudah Pentakosta)

Ulangan 12:15-28
Di Balik Boleh dan Tidak Boleh

Umat beragama sering kali diperhadapkan pada hal yang "boleh" dan "tidak boleh" menurut Kitab Suci. Dua aspek tersebut meliputi segala sesuatu di dalam kehidupan manusia, tak terkecuali orang Kristen.

Perihal "boleh" atau "tidak boleh" tentu tidaklah salah. Namun, jika kita hanya berfokus pada kedua hal ini, maka kelak cara beragama kita akan menjadi penuh kekangan dan ketegangan. Umat beriman yang seharusnya dapat hidup dalam sukacita atas anugerah-Nya, justru akan terpaku pada hukum tanpa mencoba memahami apa yang ada di balik hukum itu.

Berkaitan dengan hal itu, pembaca pada masa kini akan sangat mudah menafsirkan perikop kali ini dan mengerucutkannya pada hal yang "boleh" atau "tidak boleh" semata. Padahal, ada maksud Tuhan yang lebih luas yang dapat kita renungkan dengan lebih mendalam.

Perikop kali ini kembali membahas ketetapan yang harus dijalankan oleh bangsa Israel saat nanti memasuki tanah yang dijanjikan (15). Mereka diperkenan mengonsumsi ternak di mana pun mereka tinggal. Semuanya boleh memakannya dengan catatan darah dari ternak tersebut tidak boleh mereka makan (16, 23).

Perintah tidak boleh mengonsumsi darah ini sejatinya berkaitan dengan pemahaman bahwa darah adalah lambang dari kehidupan, hanya Tuhan saja yang berkuasa untuk menciptakan atau mengakhiri kehidupan. Dalam rangka menghormati kehidupan itulah, darah tidak boleh dikonsumsi.

Persembahan persepuluhan dari hasil pertanian mereka juga tidak boleh dikonsumsi (16). Itu karena hasil pertanian digunakan untuk menciptakan persaudaraan di tengah bangsa tersebut, dan mengingat suku Lewi yang hidup berdasarkan hasil persembahan itu karena mereka tidak punya tanah.

Rupanya ada prinsip mendasar di balik apa yang "boleh" dan "tidak boleh". Pada bacaan kali ini, prinsip yang hendak dibangun adalah penghargaan atas kehidupan dan keadilan. Maka dari itu, kita memerlukan hikmat Tuhan untuk menemukan prinsip tersebut dan mengaplikasikannya dalam hidup kita sehari-hari. [WDN]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org