Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2001/11/09 |
|
Jumat, 9 November 2001 (Minggu Ke-22 sesudah Pentakosta)
|
|
Di mana kasih setia Allah? Ada saat-saat di dalam hidup kita ketika kita merasa begitu mengenal Allah, menikmati kasih-Nya, dan hidup bersyukur kepada-Nya. Namun, seringkali pula Allah yang kita percayai tidak menjawab realitas hidup kita setiap hari. Awal bacaan kita hari ini (ayat 20-38) masih merupakan pengembangan ide mengenai Daud yang ada dalam ayat 4-5. Ada 4 hal di sini yang dapat diamati. Pertama, keluarga kerajaan Daud bisa berdiri karena pemilihan Allah yang penuh anugerah (ayat 20). Kedua, masa depan dinasti Daud didasarkan atas janji-janji Allah (ayat 22-26). Ketiga, perjanjian antara Daud dengan Allah merupakan hubungan yang khusus, ketika Daud diangkat menjadi anak Allah yang sulung (ayat 28). Dengan demikian, Daud memiliki hak yang lebih daripada raja-raja lain di dunia. Keempat, hubungan ini tidak akan pernah dapat dipatahkan karena didasarkan pada sumpah Allah sendiri (ayat 36). Betapa luar biasanya kasih setia Allah! Namun, mazmur yang mengagungkan kasih setia Allah ini juga menimbulkan pertanyaan, "Di mana kasih setia Allah?" Pemazmur menemukan kontradiksi. Allah yang berjanji itu juga yang seakan-akan mengingkari ucapan-Nya sendiri. Allah menolak Daud. Takhtanya ditumbangkan, kota serta benteng-bentengnya diruntuhkan. Sesuatu yang ironis mencuat: tangan kanan Allah yang berkuasa (ayat 14) kini tidak lagi memerintah, tetapi justru tangan kanan musuh-musuh Daud yang ditinggikan (ayat 43). Maka, ratapan pemazmur mengalir keluar dari mulutnya, "Berapa lama lagi?" Pemazmur tidak dapat mengerti apa yang terjadi. Kenyataan pahit yang dilihatnya membuat ia berbicara mengenai kesia-siaan hidup (ayat 48). Namun, misteri ini tidak terpecahkan. Jawaban itu akan muncul ketika Kristus menggenapi janji Allah dengan mengokohkan takhta Daud selamanya. Apa yang dapat dilakukan pemazmur waktu itu di dalam ketidaktahuannya? Ia hanya dapat memuji Allah (ayat 53). Dalam situasi seperti itu, mungkin pujian yang singkatlah yang paling tepat dinaikkan. Renungkan: Banyak perkara yang tidak dapat kita mengerti. Allah kadang begitu sulit ditebak. Dalam situasi seperti itu, kita diajar untuk tetap mengimani janji Allah dan bersyukur pada-Nya.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |