Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/10/31 |
|
Selasa, 31 Oktober 2023 (Minggu ke-22 sesudah Pentakosta)
|
|
Cognitive science pada dasarnya menunjukkan bahwa manusia lebih merasa dekat dengan orang-orang yang sama dengan dirinya, seperti ras, warna kulit, dan bahasa. Manusia sulit nyaman dengan sesuatu yang asing, berbeda, atau tidak dekat dengan dirinya. Hal semacam itu juga kita lihat di dalam Alkitab. Bangsa Mesir sulit menerima keberadaan orang Israel. Orang Yahudi sulit menerima orang bukan Yahudi. Ketika kita mempelajari Alkitab, mentalitas yang Allah kehendaki untuk dihidupi oleh umat pilihan-Nya bukan seperti itu. Allah terbukti meminta umat-Nya memerhatikan orang asing. Bahkan pada bagian ini dinyatakan bahwa orang asing juga mendapat warisan tanah seperti orang-orang Israel asli (23). Orang asing di sini adalah orang-orang yang tergabung di dalam komunitas Yahudi selama pembuangan. Mereka adalah orang-orang yang juga hidup di dalam hukum yang sama dengan hukum Israel (lih. Im. 19:34; Bil 15:29). Allah menganggap mereka umat-Nya. Allah juga menetapkan batas setiap suku Israel. Kita melihat bahwa sesama anak bangsa, bahkan dari suku yang berbeda pun ada kemungkinan mengalami gesekan. Karena itu, Allah memberikan tanah dengan adil dan batas yang jelas (1-7). Dan tentunya, Allah juga tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang setia dari keturunan Zadokh. Bahkan, untuk hamba-Nya yang pernah tidak setia, Allah tetap memerhatikan mereka dan memberi mereka bagian. Di sini kita kembali menyaksikan kemurahan hati Allah atas umat-Nya, dan ketika kemurahan hati itu nyata, dikatakan bahwa Tuhan hadir bersama umat-Nya. Hal itu menjadi tanda kembalinya hadirat Allah atas umat-Nya, tanda pemuilihan puncak atas umat-Nya. Sebagai umat Allah, kemurahan hati apakah yang sudah kita praktikkan? Apakah kita memberi bawahan kita lebih daripada yang menjadi haknya? Atau, pernahkah kita memberi kepada saudara maupun rekan kita sesuatu yang lebih daripada hak mereka? Mari kita meneladan kemurahan hati Allah yang memberi kita sesuatu yang melampaui hak-hak kita. Bersyukurlah atas kemurahan hati Allah. [JHN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |