Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/10/24 |
|
Selasa, 24 Oktober 2017 (Minggu ke-20 sesudah Pentakosta)
|
|
Salah satu bentuk kesombongan adalah sok pamer. Hal ini terlihat jelas pada perempuan-perempuan Yehuda. Mereka berjalan dengan langkah yang dibuat-buat, genit, dan suka main mata (16). Tubuh mereka dibaluti dengan berbagai macam perhiasan, dari kaki hingga kepala dipenuhi pernak-pernik perhiasan yang mencolok (18-23). Ditambah lagi wewangian yang harum semerbak. Perilaku seperti ini sangat dibenci oleh Tuhan. Perhatian Nabi Yesaya juga ditujukan pada kehidupan sosial sehari-hari. Kali ini Yesaya menyoroti kehidupan para istri orang kaya di Yehuda. Mereka seperti toko perhiasan berjalan. Apa yang mereka kenakan tidak mencerminkan kepedulian sosial terhadap orang lain. Mereka bersaing saling menonjolkan diri lewat kekayaan. Selain itu, tingkah laku mereka pun jauh dari norma moral yang berlaku. Saat berjalan mereka menegakkan lehernya sebagai tanda kesombongan. Langkah mereka dibuat-buat agar tampak anggun dan memesona. Sambil berjalan mata mereka menatap dengan tatapan genit. Hal itu memuakkan Allah. Yesaya menubuatkan bahwa pada waktunya akan terjadi hal yang sebaliknya. Hiasan di pinggang akan diganti dengan seutas tali pengikat, rambut yang indah terawat menjadi gundul, dan tubuh yang molek akan penuh kudis. Gambaran itu menunjukkan bahwa mereka akan menjadi budak. Pakaian yang mereka pakai adalah baju seorang budak dan disertai tanda selar atau cap pada tubuh seorang budak. Wewanginan tubuh mereka menjadi bau busuk yang menyengat (24). Tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dari tubuh dan pakaian mereka. Sampai detik ini, kecenderungan manusia untuk mempertontonkan apa yang dimilikinya tak kunjung hilang, misalnya pamer gaya hidup, kekayaan, operasi plastik demi kecantikan, dan sebagainya. Penghargaan pada tubuh sebagai nilai keindahan dan kesucian telah bergeser menjadi komoditas yang diumbar sekehendak hati. Marilah kita menerima tubuh sendiri apa adanya. Martabat kita tidak tergantung pada aksesoris yang melekat pada tubuh, melainkan pada diri Allah. [ASP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |