Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2003/10/17 |
|
Jumat, 17 Oktober 2003 (Minggu ke-19 sesudah Pentakosta)
|
|
Ketika Allah marah. Mungkinkah Allah marah? Bukankah Allah memiliki sifat yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia, pengampun dan memahami kelemahan-kelemahan kita? Bukankah kita adalah orang-orang yang tak berdaya terhadap dosa-dosa kita? Bukankah kita selalu menyesalkan dosa-dosa yang selalu kita ulangi? Mengapa Allah masih marah? Kalau kita melihat logika Alkitab, kita akan menemukan bahwa kelemahan dan keterbatasan kita bukanlah alasan untuk tidak berubah. Hidup selalu merupakan pilihan. Kesalahan Yehuda adalah keras kepala dan tidak mau berubah. Hal ini berbeda sekali dengan orang-orang yang mengakui bahwa mereka berdosa dan ingin berubah, namun masih jatuh-bangun dalam dosanya. Sampai empat kali dikatakan bahwa "sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut dan tangan-Nya masih teracung" (ayat 11,16,21, 10:4). Kita melihat bahwa hukuman dan peringatan tidak juga membuat orang Yehuda bertobat (bdk. 2Raj. 17:13-18). Mereka bahkan melawan Tuhan. Bagaimana jiwa manusia bisa memiliki pemberontakan seperti itu? Pemberontakan Yehuda dilihat oleh Tuhan dalam kaitan perjanjian antara diri-Nya dengan umat-Nya. Bangsa Yehuda pernah diselamatkan Allah dari Mesir dengan tangan-Nya yang teracung (Kel. 6:5). Kini tangan yang membebaskan itu akan menyesah bangsa Yehuda. Mereka telah melanggar perjanjian yang dibuat dengan penuh kasih oleh Allah. Kesombongan mereka nyata dengan ungkapan- ungkapan bahwa mereka adalah pembuat kejahatan dan pembohong, pembenci keadilan dan kebenaran. Bagi orang-orang semacam ini, tidak ada pilihan lain kecuali penghukuman. Renungkan: Anda mungkin selama ini telah mendukakan Allah dengan kebiasaan- kebiasaan dosa Anda, entah dalam masalah keuangan, seks, atau apa pun. Lembutkanlah hati Anda dan senantiasalah meminta anugerah Tuhan untuk berubah.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |