Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/10/16 |
|
Senin, 16 Oktober 2017 (Minggu ke-19 sesudah Pentakosta)
|
|
Melihat gejolak yang sering kali terjadi pada pemilihan kepala daerah menunjukkan bahwa masyarakat kesulitan untuk memilih pemimpin yang terbaik. Ada banyak godaan yang disampaikan sehingga suara rakyat menjadi terpecah-pecah. Padahal baik atau tidaknya pemimpin bukan dilihat diawal, melainkan dinilai setelah masa baktinya selesai. Seorang pemimpin yang baik tentulah besar jasanya kepada bangsa dan rakyatnya. Bagaimana dia akan melindungi rakyatnya? Bagaimana dirinya akan memberikan yang terbaik untuk kemajuan bagi daerah maupun negaranya. Jasa-jasanya itu yang akan selalu dikenang. Raja Ahasyweros termasuk raja yang dikenang baik oleh rakyatnya. Dia mampu memberikan perlindungan kepada semua orang dibawah pemerintahan kerajaan Persia. Kondisi ini juga diingat oleh kisah raja-raja di Media dan Persia. Itu artinya kisahnya bukan hanya isapan jempol semata, tetapi sungguh-sungguh menjadi kisah hidup bagi kehidupan masyarakatnya. Dia tidak hanya memercayai bangsanya sendiri, bahkan berani memberikan kewenangan yang besar kepada bangsa terjajah seperti Mordekhai. Padahal biasanya untuk menjaga kelanggengan kekuasaannya, seorang raja hanya akan merekrut orang terdekatnya, atau orang dari bangsanya sendiri. Keterbukaan inilah yang memberi gambaran kebesaran Ahasyweros yang patut dikenang. Selain itu, Raja Ahasyweros adalah raja yang mampu memimpin dinamika keragaman di wilayah kekuasaannya. Dengan demikian semakin menunjukkan bahwa kepemimpinannya mampu melindungi siapa pun, bahkan yang berbeda bangsa darinya. Ia memiliki kemampuan untuk mewadahi siapa pun. Inilah citra pemimpin yang seharusnya dihadirkan di manapun. Seseorang menjadi pemimpin karena memiliki kemampuan mendengar masukan dari rakyatnya. Dia mampu membangun soliditas dan merawat solidaritas antarbangsa dan antaretnis. Semoga kita juga dapat menjadi pemimpin yang mengayomi, tetapi juga tegas dan benar dalam kehidupan kita. [TRW] Pengantar Kitab Yesaya "Lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam" (5:2). Kebun anggur itu merupakan gambaran orang-orang Israel dan Yehuda pada abad ke-8 sM. Ketika Yesaya tampil pada th. 740 sM kerajaan Israel di bagian Utara masih ada. Bahkan kerajaan itu mengalami masa kemakmuran dan kejahteraan. Namun, kemakmuran itu disertai kemorosotan akhlak: ketidakadilan dan pemerasan dari pihak kalangan atas terhadap rakyat kecil merajalela (lih. 1:23). Kelihatannya Sang Nabi berharap, kerajaan Yehuda, yang merupakan tanam-tanaman kegemaran Allah, akan lebih baik ketimbang Israel Utara. Namun, Yehuda ternyata sama saja! Yesaya juga mengecam ibadah yang tidak disertai dengan kelakuan sepadan. Ibadah meriah, tapi kejahatan pun marak. Yesaya dengan lugas menyatakan kecaman Allah: "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan.... Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan" (Yes. 1:11, 13). Ibadah semacam ini tidak berjiwa, hampa, dan kosong. Bahkan Yesaya menyatakan dengan tegas kegusaran Allah terhadap umat-Nya: "Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya" (1:3). Keadaan inilah yang diungkapkan Nabi Yesaya sebagai anggur asam. Akibatnya, Sang Pemilik mencanangkan penghancuran kebun anggurnya dengan cara mengizinkan negara-negara besar untuk menghancurkan Israel dan membawa umat Tuhan ke pembuangan di Babel. Namun, Allah tidak akan membiarkan umat-Nya terus-menerus dalam pembuangan. Yesaya bernubuat: "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku... tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni" (40:1-2). Inilah Kabar Baik itu! Kitab Yesaya bisa disebut pula Injil Perjanjian Lama. Kitab Yesaya juga berisi nubuat tentang hamba Tuhan, yang semestinya menjadi teladan bagi umat Israel selepas keluar dari pembuangan. Dan nubuat itu digenapi dalam diri Yesus Orang Nazaret ketika Dia membacakan Yesaya 61:1-2 di rumah ibadat orang Yahudi (Luk. 3:21).
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |