Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/09/18 |
|
Senin, 18 September 2023 (Minggu ke-16 sesudah Pentakosta)
|
|
Tak jarang kita menyalahkan orang lain atas peristiwa buruk yang terjadi di dalam keluarga kita. Kita pun mudah mengatakan bahwa kerusakan anak kita terjadi karena pengaruh lingkungan. Namun, apakah memang demikian? Firman hari ini menuliskan ratapan mengenai raja Israel (1) dengan menggunakan gambaran anak singa (2-9) dan pohon anggur (10-14). Gambaran anak singa menunjukkan betapa perkasanya raja Israel (3, 6, 7). Namun, pada akhirnya, dikalahkan oleh Mesir (4) dan Babel (9). Ada kekuatan dari luar yang mengalahkan Israel, yaitu Mesir dan Babel, dua kerajaan yang lebih kuat daripada Israel. Ada pula gambaran pohon anggur yang terbakar karena ada api yang keluar dari cabangnya (14). Hal ini menunjukkan terjadinya kerusakan karena penyebab dari dalam, kemungkinan menunjuk kepada pemberontakan Zedekia yang membuat Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem. Tindakan dari dalam memicu terjadinya kerusakan bagi Israel. Pengalaman Israel itu menjadi teguran bagi kita dalam menjalani hidup. Benar bahwa kerusakan dapat disebabkan oleh pihak luar. Hal itu bisa dalam wujud pengaruh-pengaruh buruk. Misalnya, ada teman yang mengajak untuk membolos, korupsi waktu, atau mengonsumsi narkoba. Bisa pula mewujud dalam tindakan yang memang sengaja mencelakai. Misalnya, memfitnah atau melukai. Namun, tidak semua tindakan orang lain serta-merta akan merusak diri kita. Sikap dan tindakan kita pun sangat berpengaruh atas kerusakan diri kita. Kalaupun orang lain memberi pengaruh buruk, tetapi pendirian kita teguh, tentu kita tidak akan terpengaruh keburukan mereka. Kalau kita memiliki relasi yang baik dengan orang lain, tak banyak orang yang hendak mencelakai kita. Tuhan memberi kita kemampuan untuk memilah dan memilih tindakan yang benar. Jadi, daripada menyalahkan orang lain atau lingkungan atas ketidakbaikan atau kerusakan yang terjadi dalam diri atau keluarga kita, jauh lebih baik kita mewawas diri. Bertanyalah kepada diri kita, "Bagaimanakah aku hidup selama ini?" [KRS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |