Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/1999/08/26 |
|
Kamis, 26 Agustus 1999 (Minggu ke-14 sesudah Pentakosta)
|
|
Firman Tuhan memberi hikmat. Tak ada hikmat yang lebih tinggi daripada hikmat Allah. Seorang yang ingin memiliki hikmat-Nya, harus hidup seturut firman-Nya. Pemazmur meyakini bahwa ia menjadi lebih berakal budi, lebih mengerti, dan lebih bijaksana, karena kuasa hikmat firman-Nya. Hikmat tidak tergantung pada pendidikan, usia, kedudukan, dlsb., tetapi pada firman Tuhan. Firman yang menghidupkan. Dalam keadaan sangat tertindas, permohonan pemazmur kepada Tuhan menyatakan suatu pemahaman bahwa ketergantungan hidupnya hanya kepada Tuhan. Ia tidak berharap kepada yang lain, tetapi kepada Tuhan yang sanggup menghidupkannya sesuai dengan firman-Nya. Itulah sebabnya lahir puji-pujian di sela-sela pergumulannya mempertaruhkan nyawa karena orang-orang fasik yang telah memasang jerat terhadapnya. Firman Tuhan menjadi milik pusakanya untuk selama-lamanya. Kehidupan seorang yang sangat bergantung pada firman-Nya akan nyata dalam sikap imannya; ketika ia mengalami penderitaan dan penindasan, Tuhan semata yang menjadi pusat kehidupannya. Doa: Ya Tuhan, frman-Mu yang memberi hikmat dan yang menghidupkan, kiranya mewujudnyatakan iman pengharapanku kepada-Mu dalam segala situasi.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |