Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/08/17 |
|
Sabtu, 17 Agustus 2024 (Minggu ke-12 sesudah Pentakosta)
|
|
Mazmur ini diawali dengan pujian dan diakhiri dengan seruan. Ini menunjukkan bahwa pemazmur sedang mengalami masalah serius. Sang pemazmur menyebut dirinya "sengsara dan miskin" (18). Frasa ini mengekspresikan keadaan seseorang yang menderita, tercela, dan tidak mampu membebaskan dirinya sendiri. Masalahnya banyak. Itu terlihat dari ungkapan: "tidak terbilang banyaknya", juga dari perbandingan dengan jumlah rambut di kepalanya (13). Dalam keadaan inilah pemazmur menanti-nantikan Tuhan yang telah mengubah hidupnya pada masa lampau (2-4). Masalahnya besar, tetapi Tuhan lebih besar lagi. Hal itu terlihat dari penggunaan kata "banyak" untuk perbuatan Tuhan, dan dari tiadanya perbandingan yang dapat digunakan untuk kebesaran Tuhan (6). Ia percaya, Allah yang membalikkan keadaannya pada masa lampau akan mengubah keadaannya sekarang maupun pada masa yang akan datang. Di satu sisi, pemazmur menderita sengsara. Di sisi lain, ia memegang teguh kepercayaannya. Ia adalah orang yang tidak bergantung pada siapa pun selain Allah (5), yang melakukan apa yang berkenan di hadapan Allah, yaitu hidup sesuai kehendak dan Taurat Tuhan (7-9), serta mengenalkan siapa Allah dan karya-Nya kepada orang lain (10-12). Mazmur ini mengundang kita untuk bergantung penuh pada satu-satunya Allah yang mampu menolong kita. Allah pasti mampu melepaskan dan meluputkan kita dari banyaknya masalah serius. Selain itu, mazmur ini tak hanya cocok untuk perenungan kita secara pribadi, tetapi juga untuk kebaikan negara kita secara komunal. Atas kemerdekaan Indonesia, kita layak berkata kepada Allah yang memerdekakan kita, "Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku!" (6). Kiranya Allah dengan kuasa-Nya mengubah keadaan Indonesia. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi pada hari-hari mendatang. Namun, yang pasti adalah Allah yang telah memerdekakan kita akan melepaskan kita dari banyak masalah serius yang sedang maupun akan terjadi. [JMH] Baca Gali Alkitab 7 Sewaktu kita sakit, tentu rasanya tidak enak, bahkan menderita. Namun, rupanya ada lagi yang lebih menekan daripada penyakit itu sendiri, yakni sikap orang-orang di sekitar kita. Biasanya orang tak dikenal akan menyindir, sedangkan teman kita akan mendukung dan menguatkan kita. Namun, bagaimana kita tahu bahwa orang-orang yang menjenguk kita datang dengan niat tulus? Apa jadinya jika di luar teman kita malah menyebarkan berita yang tidak-tidak tentang kondisi kita? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |