Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/07/13 |
|
Sabtu, 13 Juli 2024 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Ketika Yakub dan keluarganya menetap di tanah Sikhem, daerah Kanaan (lih. Kej. 33:18-19), terjadilah peristiwa nahas yang menimpa Dina. Perbuatan Sikhem tentu adalah kejahatan, dan perbuatan ini bukan hanya melukai Dina, tetapi juga saudara-saudara kandungnya (7). Akibatnya, mereka melampiaskan kemarahan mereka dengan perbuatan yang keji. Pertama, mereka menipu Sikhem dan Hemor (13-17). Kemudian, mereka menyerang kota itu dan membunuh Sikhem, Hemor, beserta seluruh laki-laki di kota itu (25-26). Terakhir, anak-anak Yakub menawan wanita dan anak-anak penduduk kota itu serta merampas harta benda mereka (27-29). Sebetulnya, adalah hal yang wajar bagi saudara-saudara Dina untuk marah. Namun sayangnya, kemarahan itu dilampiaskan dengan cara yang salah. Mereka bukan hanya membalas Sikhem dan Hemor, tetapi juga berbuat jahat kepada orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan peristiwa itu. Mereka bahkan melanjutkan kekejian dendam itu dengan merampas harta milik orang lain. Dosa yang satu membawa mereka kepada dosa yang lainnya. Kemarahan anak-anak Yakub yang tak terkendali mengakibatkan kekacauan dan kekejian. Kemarahan itu sendiri pada dasarnya bukanlah perasaan yang terlarang. Ketika kita melihat dosa dan ketidakadilan, tentu saja kita harus marah. Namun, tindakan apa yang kita pilih sebagai tindak lanjut dari kemarahan itu? Apakah kita memilih untuk menyimpan dendam dan melampiaskannya dengan menghalalkan segala cara? Atau, apakah kita memilih untuk menyerahkan sakit hati kita kepada Tuhan, satu-satunya Pribadi yang mampu menolong kita dan layak menghukum mereka yang berbuat jahat? Berhati-hatilah dengan kemarahan kita, sebab jika tidak ditangani dengan benar, emosi akan membawa kita kepada dosa. Ketika kita mendapat perlakuan tidak adil atau disakiti oleh sesama kita, datanglah kepada Tuhan. Ungkapkanlah kemarahan kita dengan jujur di hadapan Tuhan dan percayalah bahwa Ia akan bertindak menyatakan kebenaran tepat pada waktunya. [STG] Baca Gali Alkitab 2 Sebagaimana perjalanan ke suatu tempat asing bisa menjadi sulit dan penuh gejolak, demikian pula perjalanan pulang ke tempat asal. Setelah berpisah dengan Laban dalam damai, Yakub harus mengantisipasi pertemuan dengan Esau, bergumul dengan Allah, berdamai dengan Esau, dan mendengar tentang kejahatan anak-anaknya (lih. Kej. 31:43-34:31). Dalam keadaan yang tidak berjalan dengan lancar, justru Allah hendak menampakkan diri-Nya dan memberikan berkat-Nya kepada Yakub. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |