Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/06/30 |
|
Minggu, 30 Juni 2024 (Minggu ke-6 sesudah Pentakosta)
|
|
Di dalam falsafah Jawa ada ungkapan "Wani ngalah luhur wekasane" (siapa berani mengalah akan mulia pada akhirnya). Ungkapan tersebut diterapkan dalam menghadapi pihak lain yang jika dipaksakan maju, akan terjadi konflik, atau ketika kita diserang, diganggu, dihina, dicaci maki, dan difitnah. Di dalam kondisi seperti itu, kita diajak untuk berani mengalah. Mengapa keberanian diperlukan untuk mengalah? Karena kita harus keluar dari rasa ingin menang sendiri dan dorongan untuk ngotot. Semua itu memerlukan perjuangan untuk menekan ego, bersabar, dan tak memaksakan kehendak. Namun, itu bukan berarti orang menjadi pasrah dan tidak mau melakukan apa-apa lagi. Ungkapan itu tetap mengandung optimisme dan harapan untuk meraih kemenangan. Jadi, tetap ada upaya untuk melakukan yang terbaik. Itu pula yang terjadi pada Ishak. Diceritakan bahwa Ishak berani mengalah terhadap Abimelekh. Ia sangat diberkati Tuhan dengan segala hasil ladang dan ternaknya (12-14). Ia menjadi lebih kaya daripada Abimelekh. Akibatnya, mereka diminta untuk pergi dari Gerar, dan Ishak pun pergi. Ishak tidak ngotot agar ia bisa tetap tinggal di tempat yang sudah ia usahakan. Bahkan, tatkala mereka sudah pergi dan menempati lembah Gerar, mereka pun masih diganggu. Dua kali mereka mau mengalah terkait dengan sumur yang mereka gali dan menunjukkan kerelaan untuk pindah ke tempat lain. Pada akhirnya, pada penggalian sumur ketiga, mereka tidak diganggu lagi. Kita bersyukur saat ini kita diingatkan supaya kita mau berani mengalah. Kita tak perlu takut atau khawatir jika kita harus mengalah. Sebab, jika kita mau mengalah, ada hal yang lebih baik, mulia, dan luhur yang akan kita dapatkan. Untuk melakukan semua itu memang tidak mudah, tetapi kita pasti bisa karena kita dikaruniai Roh Kudus yang menolong kita untuk bisa mengendalikan diri atau ego kita, untuk bersikap sabar dan bijaksana, untuk tidak ngotot. Mari kita terus meminta kasih dan penyertaan Tuhan dalam segala keadaan agar kita dibentuk menjadi pribadi yang sabar, mampu mengendalikan diri, dan tidak ngotot. [MTH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |