Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/06/24 |
|
Sabtu, 24 Juni 2023 (Minggu ke-3 sesudah Pentakosta)
|
|
Misalkan atasan Anda berjanji: "Kalau proyek besar ini sukses, kamu akan mendapat bonus gaji dan cuti sebulan." Saya yakin, Anda tidak akan keberatan untuk bekerja lembur tiap malam sampai hari itu tiba. Nas bacaan hari ini mengutarakan hal yang serupa: jika kita berusaha dengan setia, kita akan masuk ke dalam hari perhentian (Sabat) Allah, yaitu persekutuan kekal dan bahagia bersama Allah di surga (9-11). Apa yang diperlukan agar kita dapat menikmati Sabat itu? Jawabannya adalah "iman" (3). Penulis membandingkan nasib orang beriman dan orang Israel pada zaman Musa (2). Mereka sama-sama mendengarkan janji Allah, mengaku percaya kepada-Nya, tetapi dikatakan bahwa orang Israel tidak masuk ke dalam perhentian Allah. Mengapa? Sebab mereka tidak taat seumur hidup mereka (6; Ibr. 3:15-19). Bagian ini mengingatkan kita bahwa iman memang dikaruniakan (lih. Ef. 2:8). Namun, pembuktiannya, yaitu ketaatan kepada Allah, menuntut kerja keras dari kita. Iman bukan sekadar pengakuan sesaat, melainkan kepercayaan sepenuh hati kepada Allah yang menghasilkan ketaatan seumur hidup. Kalau kita tidak percaya kepada atasan kita, tidak mungkin kita mau bekerja lembur. Kalau kita tidak beriman kepada Allah, manalah mungkin kita mau menaati perintah-Nya. Hari perhentian Allah bagi kita tersedia pada masa depan. Marilah kita mengimani janji-Nya. Firman Allah penuh kuasa dan di hadapan-Nya tidak ada tempat untuk sembunyi (12-13). Hari perhentian kekal itu pasti! Iman kepada Allah harus dibuktikan dengan ketaatan kepada-Nya. Ketaatan paling terlihat melalui perbuatan. Meski demikian, kita bertanggung jawab dalam segala hal, termasuk pemikiran dan pertimbangan kita. Untuk itu, pikiran kita harus ditundukkan kepada firman-Nya. Kita harus menghindari sungut-sungut dan mulai mengucapkan, "Saya mau melakukannya, Tuhan!" Adakah yang lebih menyenangkan Tuhan daripada ketaatan kita kepada-Nya? Buktikanlah imanmu melalui ketaatanmu, sampai hari perhentian itu tiba! [PHM] Baca Gali Alkitab 8 Yesus Kristus dikatakan sebagai Imam Besar Agung karena Dialah Perantara antara manusia dengan Allah. Dia tidak mempersembahkan kurban binatang, melainkan diri-Nya sendirilah yang menjadi kurban penghapusan dosa bagi seluruh umat manusia dari segala zaman. Sebagai Imam Besar Agung, Ia tidak hanya menjadi Pendoa bagi kita, tetapi Ia juga turut merasakan penderitaan umat-Nya, dan Dia sendiri jugalah yang menjadi jawaban atas doa-doa itu. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |