Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/06/17 |
|
Sabtu, 17 Juni 2023 (Minggu ke-2 sesudah Pentakosta)
|
|
Penderitaan yang dialami Ayub merupakan tragedi yang sangat ironis. Iman Ayub diguncang habis-habisan. Orang yang saleh seperti Ayub pun merasa terpuruk sehingga keluhan menjadi tak tertahankan dan keluar dari mulutnya, sampai akhirnya Tuhan memberikan jawaban-Nya. Tuhan marah terhadap ketiga sahabat Ayub yang telah menyalahkan sahabat mereka itu. Maka, agar mereka terbebas dari hukuman, Tuhan menyuruh mereka untuk mempersembahkan kurban bakaran dan meminta Ayub untuk mendoakan mereka (7-9). Tuhan pun mengakhiri penderitaan Ayub dengan sebuah kemenangan mutlak. Di depan sahabat-sahabatnya, Tuhan menyebut Ayub sebagai "hamba-Ku", dan ini membuktikan kesetiaan Ayub kepada-Nya (7). Bagi Ayub sendiri, sebagai akhir dari ujian yang begitu berat, Tuhan memulihkan keadaan Ayub, termasuk harta benda dan anak-anaknya (10-15). Bahkan, Ayub diberkati dengan umur panjang dan akhir hidup yang penuh damai (16-17). Di hadapan Tuhan, Ayub telah menang atas Iblis dengan membuktikan kemurnian imannya. Iman Ayub kembali dikuatkan saat ia melihat semua kebaikan yang Tuhan berikan kepadanya. Karena itulah, Ayub kembali merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan menyembah-Nya dengan hati yang berserah. Tuhan yang mengizinkan penderitaan terjadi atas Ayub; Tuhan juga yang memberkati Ayub dengan lebih lagi. Hal ini merupakan bukti kemahakuasaan Tuhan untuk menguji seberapa besar iman umat-Nya. Dari kisah hidup Ayub, kiranya kita disadarkan bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala hal yang kita alami. Tuhan menunjukkan bahwa jalan-Nya itu unik dan tak terselami oleh akal manusia. Kadang Ia mengizinkan kesulitan terjadi pada kita, bahkan mengizinkan kita terjatuh, untuk menguji seberapa besar iman kita kepadanya. Namun, di balik itu semua, Ia merancangkan yang terbaik untuk kita, yaitu iman yang murni, yang lebih kuat daripada penderitaan. [SLM] Baca Gali Alkitab 7 "Ada pelangi sesudah hujan." Kalimat ini sering digunakan sebagai kalimat penghiburan kepada orang yang sedang mengalami pergumulan atau dukacita. Mudah untuk mengucapkannya, tetapi sesungguhnya tidak mudah bagi mereka yang sedang bergumul dan berduka. Demikian juga ketika kita melihat keadaan Ayub yang dipulihkan. Seolah-olah hal itu terjadi semudah membalikkan telapak tangan. Padahal, Ayub harus mengampuni sahabat-sahabatnya yang sudah menuduhnya; juga, ada banyak perjuangan lain yang harus dia jalani sebelum mendapat berkat pemulihan dari Tuhan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |