Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/04/15 |
|
Sabtu, 15 April 2023 (Minggu ke-1 sesudah Paskah)
|
|
Di sebuah hotel di New York pada 1944, orang-orang mendapati Ernest Hemingway, seorang novelis yang terkenal maskulin, sedang menangis tersedu-sedu. Apa sebabnya? Rupanya ia menangis karena beberapa lukisan dinding (mural) yang dipajang di sana telah menyayat hatinya. Penderitaan yang dirasakan penduduk Yerusalem sangat tragis. Seperti itulah lukisan yang dibentangkan oleh Nabi Yeremia, yang akan menyayat hati orang-orang yang peka. Penduduk Yerusalem berkabung (10-11). Seorang ibu hanya bisa pasrah terhadap kematian anaknya (12). Pengepungan telah menimbulkan kelaparan yang hebat hingga sang ibu terpaksa memakan anaknya. Kehancuran yang terjadi begitu besar hingga imam-imam dibunuh di tempat ibadah (20). Mayat banyak orang, tua maupun muda, bergelimpangan di jalan (21). Di samping itu, sang nabi menyertakan sebuah catatan penjelasan. Di bawah murka Tuhan pun, mereka terus disesatkan oleh nabi-nabi palsu. Nabi-nabi palsu itu memberikan penglihatan dan nubuat palsu yang tidak menegur dosa mereka (14). Perhatikanlah kekristenan pada zaman sekarang! Adakah Anda melihat kemiripan dengan catatan Yeremia? Pernahkah Anda bertemu dengan pengajar yang memopulerkan penafsiran "mutakhir" yang melenceng dari firman Tuhan? Tidaklah berlebihan bila kita senantiasa diingatkan akan bahaya penyesatan, terutama pada zaman media sosial ini. Penyesatan selalu membuahkan penghakiman Allah (Gal. 1:9). Maka, mari kita berjaga-jaga dan saling mengingatkan (Kis. 20:31). Kita tidak menginginkan munculnya lukisan kehancuran yang baru pada zaman kita. Karena itu, berdoalah agar Tuhan membangkitkan dan menguatkan para pengajar Kristen yang sejati-yakni orang-orang yang berani memberitakan kebenaran dan menegur dosa. Inilah yang menjadi tekad kita, yaitu agar orang-orang Kristen disadarkan dari mulut-mulut manis yang menyesatkan. Kritik yang pedas lebih baik daripada dusta yang manis. [PHM] Baca Gali Alkitab 7 Siapakah yang dapat menahan murka Tuhan? Bangsa Yehuda, umat pilihan-Nya, dan Yerusalem, kota kediaman-Nya sekalipun, tidak sanggup menahan murka Tuhan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Tuhan menunggangbalikkan kota yang mereka banggakan. Kota yang seharusnya menjadi tempat di mana nama-Nya dimuliakan malah menjadi kota yang penuh dengan kenajisan. Penulis Kitab Ratapan menyaksikan kehancuran kota dan kesedihan penduduknya yang tidak terkatakan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |