Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/03/15

Sabtu, 15 Maret 2025 (Minggu Pra-Paskah 1)

Imamat 10:8-20
Pengalaman Adalah Guru yang Baik

Pengalaman buruk dapat mematahkan semangat, dan kegagalan pahit dalam pelayanan dapat membuat orang berkata, "Bagaimana mungkin kami menjadi pendamai umat dengan Tuhan, sedangkan kami sendiri belum berdamai dengan Tuhan?"

Mungkin itulah yang terlintas dalam benak Harun saat Musa marah kepada kedua anaknya, Eleazar dan Itamar, karena mereka tidak makan daging kurban penghapus dosa di tempat yang kudus (16-18). Harun, bukannya ikut menegur dan mengingatkan mereka, ia malah berusaha menenangkan Musa. Dengan alasan bahwa dua anaknya yang lain baru saja mati (Nadab dan Abihu), mereka pun memandang diri mereka tidak layak untuk melakukan tugas keimaman mereka (19).

Karena hal-hal seperti pengalaman traumatis, kekecewaan terhadap diri, dan ketakutan akan kesalahan yang sama, ada cukup banyak anak Tuhan yang kehilangan harapan dan mengundurkan diri dari ibadah maupun pelayanan.

Melalui kisah ini, kita diingatkan tentang pentingnya pengendalian diri dalam hal pikiran. Janganlah akibat pergumulan, kita yang seharusnya makin dekat dengan Tuhan malah sebaliknya makin menjauh dari-Nya karena kita merasa diri kita telah gagal.

Dalam iman kita meyakini bahwa kita adalah manusia yang terbatas, tetapi Tuhan amat mengasihi kita. Jadikanlah pengalaman hidup yang suram menjadi pelajaran penting untuk makin mengenal kehendak Tuhan dan makin bergantung pada kebaikan-Nya.

Jika Tuhan yang memilih kita, Ia tentu akan menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Ketika muncul rasa bersalah, sebaiknya kita mengarahkannya untuk makin wawas diri. Kita dapat mengambil waktu jeda untuk menenangkan diri dan memiliki waktu teduh bersama Tuhan, tetapi janganlah kita berhenti dari komitmen pelayanan kita. Perasaan gagal dapat menghantui, tetapi jangan kita mengurungkan tekad untuk setia melayani Tuhan, jangan juga kita memakainya untuk meninggalkan tugas kita.

Upayakanlah untuk tetap dekat dengan Tuhan agar kita dipulihkan dan dimampukan oleh-Nya. [WWO]


Baca Gali Alkitab 11

Imamat 7:22-27

Kalimat sindiran, "Enak ya, jadi orang Kristen, boleh makan daging babi, " kadang terdengar lewat media sosial, bahkan tak jarang menjadi bahan candaan kita. Memang perbincangan tentang makanan halal dan haram selalu mengingatkan kita pada daging babi dan alkohol. Namun, tahukah Anda bahwa ada larangan dari memakan lemak dan darah di dalam Alkitab? Ya, larangan itu ada di dalam Kitab Imamat. Jika benar demikian, mengapa kita tidak lagi dilarang untuk makan itu? Untuk mengerti hal ini, mari kita melihat pesan yang sesungguhnya ingin Tuhan sampaikan kepada umat-Nya, pada masa dahulu maupun masa sekarang.

Apa saja yang Anda baca?
1. Kepada siapa Tuhan berfirman, dan apa yang harus Musa lakukan? (22-23a)
2. Apa yang tidak boleh dimakan oleh orang Israel? (23b-24, 26)
3. Apa yang harus dilakukan terhadap setiap orang yang memakannya? (25, 27)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa lemak tidak boleh dimakan? Bagaimana lemak digambarkan di dalam perikop ini?
2. Mengapa darah tidak boleh dimakan? Apa yang dilambangkan melalui darah?
3. Mengapa hukuman atas pelanggaran perintah ini begitu berat?
4. Apa yang menjadi bagian milik Tuhan yang dapat kita ambil untuk diri kita sendiri?

Apa respons Anda?
1. Apa saja yang selama ini kita nikmati dalam hidup kita, dan adakah kita mengucap syukur secara tulus kepada Tuhan selagi kita menikmatinya?
2. Bagaimana kita dapat memberikan kembali segala milik Tuhan kepada-Nya?

Pokok Doa:
Memohon agar Tuhan memberkati kita dengan apa yang baik dan mengisi hati kita dengan kecukupan.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org