Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/03/14 |
|
Jumat, 14 Maret 2025 (Minggu Pra-Paskah 1)
|
|
Sepintas, jika kita membaca nas hari ini, mungkin sebagian dari kita akan merasa ngeri dan mempertanyakan karakter Allah. Apakah Allah pemarah, atau bahkan kejam? Kisah Nadab dan Abihu yang mati di hadapan TUHAN dalam sekejap mata saat mereka membawa persembahan terkesan kejam (2). Apa yang salah dari persembahan itu? Dijelaskan bahwa persembahan yang mereka bawa adalah api lain yang tidak diperintahkan TUHAN kepada mereka (1b). Di sinilah letak kesalahan fatal yang dilakukan oleh Nadab dan Abihu. Dalam pasal sebelumnya, jelas bahwa pada waktu itu sudah ada api yang menyala di atas mazbah. Api itu adalah api yang asalnya dari TUHAN sendiri (lih. Im. 9:24). Namun, entah kenapa, mereka malah datang lagi membawa api dari perbaraan mereka (1a). Pada zaman Perjanjian Lama segala sesuatu diatur menurut ketetapan Taurat. Semua diatur sedemikian rupa agar umat teratur dalam beribadah kepada Allah; tidak ada yang boleh bertindak sesuka hati. Nadab dan Abihu melakukan tugasnya sesuka hati tanpa mengindahkan aturan, seakan-akan selaku anak imam mereka boleh bertindak tanpa perlu diatur-atur. Tidak taat sama dengan tidak hormat dan sikap tidak hormat inilah yang mendatangkan akibat buruk. Sikap Nadab dan Abihu kadang mencerminkan sikap kita, bukan? Entah karena kesibukan yang menumpuk atau karena rutinitas yang membuat jenuh, kita lupa bahwa pengurapan itu asalnya dari Tuhan, lalu kita mulai sesuka hati mengatur pelayanan bagi-Nya. Tanpa disadari kita membuat api tandingan seperti yang dibuat Nadab dan Abihu. Kita bukannya menjadi hamba Tuhan yang melayani dengan ketaatan penuh, malah menjadi saingan Tuhan di dalam gereja, seakan-akan kita sudah cukup berkuasa dan berotoritas untuk mengubah perintah Tuhan. Dalam hal apa kita pernah melakukan hal ini? Tempatkanlah Tuhan pada posisi-Nya sebagai penentu dan kita sebagai hamba-Nya, agar api yang melahap bukan lagi api yang mematikan, tetapi api yang memancarkan kebesaran dan kekudusan Tuhan. [WWO]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |