Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/03/01 |
|
Sabtu, 1 Maret 2025 (Minggu ke-7 sesudah Epifani)
|
|
Manusia berdosa tidak mungkin datang menyembah Allah yang kudus. Untuk itulah kurban bakaran menjadi penting, supaya dosa umat dapat diampuni dan umat dapat berdamai dengan Allah. Orang yang membawa kurban bakaran harus meletakkan tangannya ke atas kepala kurban (3-4a). Kemudian, dia menyembelih, menguliti, dan memotong kurban tersebut menjadi beberapa bagian tertentu (5a, 6). Di samping itu, imam mempersembahkan darah kurban dan menyiramkannya (5b). Lalu, imam menyalakan api di atas mazbah, mengatur potongan-potongan itu, dan membakar seluruh kurban (8-9). Peletakan tangan pembawa kurban ke atas kepala kurban melambangkan bahwa semua dosanya (dan keluarganya) telah ditumpahkan kepada kurban tersebut. Dengan kata lain, kurban tersebut mewakili dia untuk menerima hukuman dosa. Dengan demikian, ia dan keluarganya dapat menerima pendamaian dengan Allah Yang Mahakudus (4b). Tentu, darah binatang tidak dapat menghapuskan dosa secara sepenuhnya (Ibr. 10:4). Lalu, mengapa umat masih harus mempersembahkan kurban bakaran? Hal itu karena darah hewan kurban merupakan bayang-bayang yang menunjuk kepada darah Kristus (Ibr. 10:1). Umat Perjanjian Lama mempersembahkan kurban bakaran karena pada waktu itu kurban yang sempurna, yaitu Yesus Kristus, Anak Domba Allah, belum dipersembahkan. Sedangkan, kita yang adalah umat masa kini hidup setelah Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai satu kurban yang menyempurnakan untuk selama-lamanya (Ibr. 10: 14). Karenanya, kita tidak perlu lagi memberikan kurban bakaran untuk didamaikan dengan Allah. Cukuplah bagi kita untuk datang kepada Kristus. Pada-Nya ada penghapusan dosa dan penebusan yang sempurna. Bersyukurlah untuk darah Anak Domba Allah, yang telah dicurahkan untuk menggantikan dan menebus kita. Tak perlu lagi kita ditakutkan oleh kutuk dosa dan kematian kekal. Hiduplah dalam damai sejahtera karena anugerah keselamatan-Nya, dan berdoalah agar kita dimampukan untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya. [INT] Baca Gali Alkitab 9 Bagaimana kita menghargai suatu pekerjaan bisa dilihat dari seberapa besar persiapan yang kita lakukan untuk pekerjaan itu. Jika kita menganggapnya tidak penting, kita pasti akan asal-asalan. Namun, jika kita benar-benar memandangnya sebagai sebuah kesempatan dan kehormatan besar untuk bisa melakukannya, tentu kita akan menghitung segala sesuatu, menyiapkan semua bahan, dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk memastikan setiap detail dan memberikan hasil yang terbaik. Hal ini dapat kita amati dalam pembangunan Kemah Suci. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |