Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/02/08 |
|
Sabtu, 8 Februari 2025 (Minggu ke-4 sesudah Epifani)
|
|
Ada saja orang yang beranggapan bahwa selama mereka sudah mengikuti ibadah dan memberi persembahan, mereka adalah orang Kristen yang baik dan taat. Apakah hanya begitu yang diinginkan Tuhan dari umat-Nya? Tentu tidak! Dalam bacaan kita, TUHAN memerintah Musa untuk membuat mazbah tempat pembakaran dupa dan menaruhnya di dalam ruang kudus (1-6); ini merupakan ruang sebelum ruang maha kudus. Makna dari kata kudus adalah yang dipisahkan atau dikhususkan bagi Allah. Di bagian dalam ini tidak ada kurban sembelihan dan TUHAN meminta dupa wangi yang kudus (7-9). Sejatinya, bukannya Allah membutuhkan semua itu. Ia adalah Pencipta alam semesta dan Pemilik segala sesuatu yang ada di bumi ini. Apa yang Ia kehendaki adalah dupa yang wangi bagi-Nya. Dupa melambangkan kehidupan umat-Nya yang dikhususkan dan didedikasikan kepada Dia. Kehidupan mereka sudah selayaknya seperti dupa yang harum semerbak, yang melegakan, menyegarkan, dan menenangkan. Hal ini juga disuarakan oleh Paulus, "... bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus" (2Kor. 2:15). Allah meminta agar kita menjaga kehidupan kita untuk terus memancarkan keharuman-Nya secara nyata baik dalam ibadah mingguan kita di gereja maupun di dalam keseharian di mana pun kita berada. Mari kita berhenti berpikir seakan-akan asal ada yang kita berikan, Tuhan akan senang dan semua akan baik-baik saja. Tuhan tidak menginginkan relasi yang demikian. Ia ingin agar kita berelasi dengan-Nya dalam kelegaan, kesegaran, dan ketenangan, tanpa adanya keterpaksaan atau kecemaran dosa yang tercampur. Bagaikan dupa yang senantiasa menyala dan menyebarkan aroma harum semerbak, kehidupan kita selayaknya menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Bahkan, ketika keadaan makin sulit dan kacau, kiranya kita tetap menjadi pribadi-pribadi yang menghadirkan aroma wangi yang menenangkan sesama dan menyenangkan Tuhan. [JHN] Baca Gali Alkitab 6 Meja barangkali merupakan benda yang sangat biasa, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa semua orang butuh meja. Entah untuk bekerja, untuk makan, atau untuk keperluan lainnya, orang pasti akan mencari meja yang terbaik baginya. Jika bahan, ukuran, dan aksesorinya tidak cocok dengan kebutuhannya, tentu wajar apabila orang merasa tidak puas. Orang itu akan terus mencari, di mana pun toko yang harus didatangi dan berapa pun harganya, sampai dia mendapatkan meja yang dia senangi. Jika sebesar itu upaya kita untuk mencari meja demi kebutuhan sehari-hari kita sendiri, seberapa besar kita perlu berupaya untuk mengucapkan syukur kita kepada Tuhan? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |