Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/01/15 |
|
Rabu, 15 Januari 2025 (Minggu ke-1 sesudah Epifani)
|
|
Sebagai manusia, gesekan dengan sesama merupakan hal yang tidak terelakkan. Dalam gesekan tidak jarang muncul konflik, dan tidak sedikit konflik yang akhirnya menjadi permusuhan. Orang Yahudi pada masa itu memiliki satu musuh besar, yakni orang Romawi. Tidak mengherankan, bangsa Romawi telah menguasai dan menindas mereka dengan keras sejak lama. Memang melalui Hukum Taurat mereka telah diajar untuk mengasihi sesama (lih. Im. 19:18), tetapi lain halnya dengan bangsa asing yang menjajah mereka. Maka, mereka berpikir bahwa patutlah untuk mengasihi sesama Yahudi dan membenci musuh yang membenci mereka (bdk. Mat. 5:43). Namun, kepada semua orang yang mendengarkan, Yesus mengajarkan agar mereka mengasihi musuh. Mengasihi di sini bukan hanya berbicara mengenai perasaan sentimental semata-mata, tetapi tindakan nyata. Mengasihi musuh dapat dilakukan dengan berbuat baik dan berdoa bagi mereka (27-28; bdk. Mat. 5:44), juga dengan memikirkan strategi praktis dalam mengimplementasikan tindakan kasih yang sejati dan nyata (29-35a). Ajaran Yesus bukanlah ajaran populer, tetapi itu bukan berarti ajaran-Nya tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita. Sebagaimana Yesus telah mengasihi musuh dengan berdoa bagi orang-orang yang menyalibkan Dia (Luk. 23:34), Ia memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita. Dalam kehidupan, ketika gesekan dan konflik terjadi, hadirnya musuh menjadi hal yang sulit dipungkiri. Namun, alih-alih balas mengutuk, melawan, atau membenci mereka, inilah perintah Yesus, Tuhan kita: Kasihilah musuh-musuhmu! Di sini kita diperintahkan, bukan sekadar diminta ataupun diajak, untuk memberkati dan memberikan apa yang dapat kita berikan, yaitu kasih. Dengan melakukan hal ini kita menghangatkan dan melunakkan hati mereka (Rm. 12:20). Mari kita belajar untuk mengasihi semua sesama, bukan sebatas orang-orang yang kita kasihi, tetapi juga mereka yang membenci kita. Dengan demikian, kita dapat disebut murid Kristus. [PMS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |