Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/01/13 |
|
Sabtu, 13 Januari 2024 (Minggu ke-1 sesudah Epifani)
|
|
Pada hari sebelumnya, Yesus baru saja melakukan pelayanan panjang dengan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan. Kemudian, Injil Markus mengarahkan pembaca kepada perbuatan Yesus yang sekilas terkesan biasa, tetapi berdampak besar. Di kala sebagian besar orang masih beristirahat-barangkali sedang tidur-Yesus memilih untuk bangun dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Pertanyaannya, mengapa catatan ini perlu dimasukkan ke dalam rentetan pelayanan awal Yesus? Karena Markus ingin menunjukkan satu aspek penting dari kehidupan Yesus, yaitu Ia menyisih untuk berdoa, menyingkir sejenak dari ramainya kerumunan dan padatnya pelayanan. Catatan ini menunjukkan pilihan Yesus yang tidak didikte oleh keadaan (bdk. Mrk. 6:31-32, 46, 14:32-36). Buahnya terlihat dalam kesadaran Yesus akan siapa diri-Nya dan untuk apa Ia hadir (38), serta bagaimana Ia harus menuntaskan misi-Nya di tengah dunia (39). Ia bahkan meninggalkan penduduk Kapernaum yang mencari-cari Dia (37). Menyisih adalah salah satu praktik rohani yang patut dilakukan para murid Yesus. Di tengah kepadatan aktivitas, kebisingan dunia, dan kecepatan ritme hidup, menyisih merupakan tekad yang perlu dimiliki. Sama seperti Yesus, kita perlu memprioritaskan waktu untuk menyisih. Kita harus berani untuk berhenti dan menarik diri dari kesibukan kita yang terus ada tanpa henti. Kita perlu menyisih untuk berdoa agar kita mendapat kekuatan dari Allah dan dikuatkan bagi Allah. Ini adalah ruang yang kita berikan kepada Allah untuk menemui kita dan sebaliknya. Hanya dengan menyisih, kita makin menyadari akan siapa kita, untuk apa kita hadir di tengah lingkungan kita, dan bagaimana kita sepatutnya menjalani kehidupan ini. Karena itu, pilihlah satu waktu terbaik untuk menghentikan ritme pekerjaan, upaya pencapaian hidup, dan kegiatan pelayanan untuk menikmati relasi dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan firman-Nya yang tenang. Lakukanlah mulai hari ini! [JMH] Baca Gali Alkitab 2 Bolehkah kita mengunjungi orang yang menderita penyakit menular seperti penyakit kulit? Bagaimana seandainya kita tertular, lalu kita menularkannya kepada orang lain juga? Ketakutan demikian juga dialami oleh orang-orang Yahudi pada masa Perjanjian Baru. Pada masa itu penderita penyakit kulit akan diasingkan dan disingkirkan dari lingkungannya. Mereka biasanya tinggal di luar perkotaan atau perkampungan. Hal itu karena mereka dipandang najis secara jasmani maupun rohani, dan juga karena penyakitnya memang menular. Namun, Yesus dalam pelayanan-Nya beberapa kali bersentuhan dengan para penderita penyakit kulit. Ia justru menerima orang-orang itu tanpa perasaan takut atau jijik. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |