Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/157

e-Reformed edisi 157 (23-10-2014)

Keutamaan Pengajaran Pengampunan

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- Keutamaan Pengajaran Pengampunan
Edisi 157/Oktober 2014

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: KEUTAMAAN PENGAJARAN PENGAMPUNAN

Dear e-Reformed Netters,

Pengampunan merupakan salah satu topik yang sering didengungkan dan
didengar, tetapi jarang dijalankan dengan baik. Sebagai orang Kristen,
kita tahu bahwa kita sudah diampuni, dan karena itu kita juga wajib
untuk mengampuni. Namun, untuk melakoninya dibutuhkan kedewasaan iman
dan kedewasaan karakter. Faktanya, kita lebih sering mengabaikannya
dan lebih senang menuruti harga diri dan keakuan kita. Sesulit apa
pun, menurut Sung Jin (Peter)  Kim, penulis artikel di bawah ini,
mengampuni bukanlah sebuah pilihan. Pengampunan adalah perintah Allah
yang harus kita jalankan sebagai murid Kristus. Kristus sendiri telah
memberikan teladan kepada kita melalui peristiwa salib. Bagi Anda, dan
juga saya, yang masih sering bergumul dengan persoalan pengampunan,
edisi e-Reformed Oktober 2014 ini akan menolong kita semua merenungkan
lebih dalam tentang arti pengampunan. Selamat menyimak, kiranya kita
semakin rindu untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Staf Redaksi e-Reformed,
N. Risanti
< http://reformed.sabda.org >


               ARTIKEL: KEUTAMAAN PENGAJARAN PENGAMPUNAN

Yang pertama dan terutama yang harus didengar agar kita dapat
mengampuni adalah kita harus mengetahui tanggung jawab pribadi dari
dosa kita. Mazmur 51  merupakan tanggapan pribadi dan mendalam dari
Daud untuk dosanya sendiri.

- Kasihanilah aku, ya Allah (ayat 3).
- Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
 dari dosaku (ayat 4).
- Sebab, aku sendiri sadar akan pelanggaranku (ayat 5).
- Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan
 melakukan apa yang Kauanggap jahat (ayat 6).

Cara baik mempelajari dosa Daud adalah dari satu cerita dalam 2 Samuel
12. 
Nabi Natan, melalui satu cerita, mengungkapkan dosa yang sangat
keji dari sang raja. Dalam cerita ini, ada seseorang yang kaya raya
dan seseorang yang miskin. Orang kaya itu mempunyai banyak domba.
Orang miskin itu mempunyai satu domba yang sangat dihargai. Dia
mengasihinya. Keluarganya mengasihinya. Suatu hari, seorang pelancong
datang ke rumah orang kaya itu. Si kaya ingin menjamu makan si
pelancong, tetapi alih-alih mengambil seekor domba dari ternaknya
sendiri, ia pergi kepada orang miskin itu dan mengambil dombanya. Dia
menyembelihnya dan memasaknya.

Ketika mendengar cerita itu, Daud menjadi sangat marah. Dia
menginterupsi cerita Natan dan berkata, "Demi TUHAN yang hidup:  orang
yang melakukan itu harus dihukum mati. Dan anak domba betina itu harus
dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu
dan oleh karena ia tidak kenal belas-kasihan" (ayat 5-6). Kemudian,
datanglah perkataan Natan kepada raja: "Engkaulah orang itu" (ayat 7).

Daud berkata, "Aku sudah berdosa kepada TUHAN" (ayat 13). Dia menerima
tanggung jawab pribadinya. Jadi, Daud memulai Mazmur penyesalannya
dengan berkata, "Kasihanilah aku, ya Allah." Daud juga mengakui bahwa
ia berdosa karena apa yang oleh Agustinus disebut sebagai "dosa asal",
karena dia mengakui bahwa ia tidak hanya berdosa, tetapi bahwa dia
adalah seorang pendosa:   "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku
diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku".

Kaum Reformasi menyebutnya sebagai "kebejatan total". Artinya, ada
satu kehancuran serta pemberontakan bawaan terhadap Allah. Kita bukan
pendosa karena kita berbuat dosa, kita berbuat dosa karena kita
pendosa.

Richard John Neuhaus dalam karyanya, "Death on A Friday Afternoon"
menuliskan, "Sesuatu telah sangat salah dengan dunia dan dengan kita
yang ada di dunia. Segala sesuatu telah kehabisan pukulan. Bukan
semuanya merupakan kesalahan kita, tetapi itu adalah kesalahan kita.
Kita tidak dapat menyalahkan orang tua kita yang jauh pada sore hari
yang sangat menentukan di taman itu karena kita juga ada di sana. Kita
juga telah memetik buah terlarang itu  .... Sebagian besar dari kita
tidak melakukannya, tetapi sebagian melakukannya, berdiri di puncak
satu gunung dan mengacung-acungkan tinju melawan langit yang berbadai,
mengutuki Allah  .... Sesuatu yang sangat buruk telah terjadi dalam
bentuk daftar yang suram dan panjang dari sejarah yang mengerikan,
mulai dari kamp konsentrasi sampai penyiksaan anak-anak yang tidak
berdosa sampai mati ... kebenaran yang sudah pasti digambarkan dalam
cara yang tak terbilang jumlahnya, dari Auschwitz sampai ke stoples
kue yang hancur berantakan di lantai dapur."

Jadi, pengampunan tidak akan ada sampai kita mengetahui pengampunan
dari Allah. Untuk mengetahui pengampunan, kita harus mengetahui dan
mengakui bahwa ada stoples kue yang hancur dalam hidup kita. Lebih
dari itu, ada sesuatu dalam diri kita yang sangat membutuhkan obat
ilahi, jika tidak, kita akan terus memecahkan stoples kue.

Menyadari keadaan bahwa  "Semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah", Allah kita bukan hanya sibuk memunguti
pecahan-pecahan stoples kue, atau bekerja menguatkan kelemahan kita,
tetapi Dia membuat kita lahir baru ke dalam satu pengharapan yang
hidup; dosa asal itu sudah dicabut, dipamerkan, dan diampuni;  lalu,
Anda tahu bahwa Anda dapat mengampuni orang lain karena mereka juga
pendosa-pendosa seperti Anda.

Hal Penting Pertama

Keharusan untuk mengetahui konsekuensi-konsekuensi dosa yang
mengerikan itu. Daud membeberkan peristiwanya sendiri ketika ia
mengatakan, "Tahirkanlah aku dari dosaku," kita mengakui rasa malu
karena dosa yang tidak kemanusiaan, yang membuat karat hidup kita."
Dia membutuhkan pembersihan sebagai seorang pribadi. Lalu, ia juga
berkata, "Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa
bergumul dengan dosaku." Kita mengerti bagaimana rasa bersalah itu
melumpuhkan hidup kita. Jika kita jujur, kita dapat melihat masyarakat
kafir yang mempersembahkan korban binatang pada masa kini, sesuatu
harus dilakukan!

Juga ketika berkata, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku
telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat ...."  Kita
merasakan pengucilan yang menimpa Kain pada saat ia melarikan diri
dari semua manusia karena dosa memisahkan kita dari orang-orang yang
kita kasihi dan merusak citra Allah dalam hidup kita. Lalu, juga
"Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang
Kauremukkan bersorak-sorak kembali!  .... Janganlah membuang aku dari
hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang Kudus dari padaku!
Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada
-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela" (Mazmur 51:10-14).

Betapa hebat rasa nyeri yang ada dalam orang percaya yang jatuh ke
dalam dosa. "... jalan orang durhaka itu sukar adanya" (Amsal  13:15,
TL).

Dalam buku H.G. Wells, "The Time Machine", seorang profesor berkelana
ke masa yang jauh di depan, dan dia tercengang oleh apa yang dilakukan
manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap dunia. Terkadang, kita
berharap bahwa orang-orang yang percaya, mereka dapat terus berbuat
dosa tanpa ada konsekuensinya berani masuk ke dalam mesin waktu itu
untuk membawa mereka ke masa depan. Mereka akan melihat konsekuensi
-konsekuensi dosa, dan apa yang dapat dilakukan oleh dosa-dosa mereka
yang tidak diakui kepada mereka dan kepada dunia.

Dosa Daud mendatangkan kedukaan ke dalam rumahnya, perselisihan dalam
keluarganya, penyiksaan dan pembunuhan, dan juga pemberontakan
terhadap Daud oleh putranya sendiri, Absalom. Hal itu menuntun kepada
perpecahan dari kerajaan yang besar itu. Apa yang dapat kita pelajari
dari dosa Daud ialah bahwa jatuhnya kerajaan Daud dimulai dari dosa di
dalam hati Daud dan melihat perempuan yang bukan istrinya.

Ada kenikmatan yang lewat, tetapi itu segera menjadi terasa asam, dan
akhirnya pahit di dalam jiwa. Itu menyengat, membusukkan, dan
menjangkiti sisa hidup kita. Hubungan-hubungan, harapan-harapan,
mimpi-mimpi, talenta-talenta, bahkan seluruh hidup kita terinfeksi
olehnya. Jika kita diselamatkan dari konsekuensi-konsekuensi seperti
itu, kita juga ingin menghentikannya dari orang-orang lain.

Hal Penting Kedua

Untuk mengampuni, kita harus mengetahui dalamnya kasih karunia Allah
yang tidak terselami!

Daud berdoa kepada Allah dari kasih yang tetap setia. Ini berasal dari
kata Ibrani yang indah, hesed. Hesed adalah perjanjian kasih dari
Allah. Itu adalah perjanjian kasih karunia, saat Allah akan melakukan
bagi kita apa yang kita sendiri tidak mampu melaksanakannya. Inilah
Injil Yesus Kristus, kasih Allah, belas kasihan Allah.

Ada satu kiasan indah yang digunakan Daud di sini: "Bersihkanlah aku
dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku,
maka aku menjadi lebih putih dari salju!" Hisop adalah sebuah tanaman
dengan batang-batang kecil dan panjang yang tumbuh seperti tumbuhan
ivy karena dikatakan bahwa hisop itu tumbuh pada dinding batu (1  Raj.
4:33). 
Tanaman ini digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk memercikkan
darah domba pada tiang pintu sehingga malaikat maut melewati rumah itu
selama Paskah yang pertama (Kel. 12:22). Hisop juga digunakan untuk
menahirkan orang-orang kusta. Hisop digunakan untuk menahirkan orang
yang sudah terkena mayat. Daud menunjukkan dirinya sendiri sebagai
pendosa, dicemari oleh dosa, dan memerlukan hisop Allah untuk
menyucikannya, untuk membasuhnya. Inilah yang membuat penulis kidung
pujian besar, William Cowper, menulis,  "Yesus mencurah darah-Nya
dengan kelimpahan; Genap yang berdosa oleh-Nya boleh disucikan."

Untuk membatalkan utang, kita perlu memandang diri sendiri sebagai
orang yang bersalah, yang busuk, yang dijadikan najis oleh dosa kita,
tetapi dicuci oleh darah Yesus Kristus, Anak Domba Allah, yang
disembelih bagi dosa-dosa kita. Kemudian, kita dapat mengampuni. Kasih
karunia Yesus Kristus tidak meninggalkan tempat yang tidak diampuni
dalam hidup Anda.

Hal Penting Ketiga

Harus mengetahui berkat-berkat menyenangkan dari pengampunan Allah!
Dalam hal ini, Daud tidak didorong untuk datang kepada Allah hanya
oleh dosanya, tetapi oleh keinginannya yang kudus untuk mengetahui
pengampunan Allah. Apakah berkat-berkat pengampunan itu?

Untuk mengetahui hikmat (ayat 6b): Dengan bertobat dan diampuni, Daud
akan menikmati hati yang terbuka untuk menerima firman Allah. Di mana
dosa menghalangi penerapan Firman, pengampunan menciptakan ruang
rahasia di relung-relung hati yang terbuka untuk pengajaran, yang
membawa hidup.

Sukacita dan kegembiraan (ayat  8) diketahui saat dosa yang membawa
kesedihan diganti menjadi hidup baru yang membawa sukacita. Dari
pengalaman pribadi, saya tidak pernah bersukacita sebesar ketika saya
berdoa untuk menerima kasih karunia Allah dan meminta pengampunan atas
dosa-dosa saya; dan melemparkan apa yang saya kira merupakan pekerjaan
kebenaran ke atas tumpukan abu pengakuan dosa, dan hanya memandang
kepada Allah Tuhan saja untuk keselamatan. Kemudian, bersukacita dan
bergembira; itu tidak pernah meninggalkan saya!

Untuk mengetahui roh yang benar, yaitu hati nurani yang bersih  (ayat
10). Untuk mengetahui hadirat Allah yang adikodrati, yang memimpin,
membimbing  (bukan permohonan yang meragukan kuasa Allah, melainkan
permohonan untuk memulihkan hubungan), untuk mengarahkan dan menghibur
(ayat 11). Diampuni berarti dipulihkan. Jika Anda, seorang kudus yang
berdosa, mengetahui hadirat Allah yang menghiburkan dalam hidup Anda,
Anda bukan lagi seorang pelarian dari Tuhan dalam hati Anda, melainkan
seorang anak yang dibawa ke pelukan Bapamu.

Untuk mengetahui sukacita keselamatan (ayat 12): Bertobat dan kembali
kepada Tuhan adalah sama dengan membuang rokok dan mulai merasakan
lagi kue apel atau es krim pisang setelah lama berdiet makanan yang
hambar. Ini adalah merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita sendiri,
seolah-olah itu adalah yang pertama kalinya.

Agar dipergunakan Allah untuk memberitakan Injil, dari pengalaman
pribadi atas kasih karunia Allah kepada orang lain, karena kita
membaca, "Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang
melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu"
(ayat 15). Puji Allah karena Ia menggunakan orang-orang yang datang
kepada-Nya dalam pertobatan dan iman dalam karya-Nya yang sudah tuntas
di kayu salib. Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah yang
mengatakan bahwa ia telah berbuat dosa yang sangat besar. Ia
kehilangan mimbarnya. Ia kehilangan semuanya. Ia mengatakan bahwa ia
telah melarikan diri dari Allah, tetapi Allah mengejarnya sampai ia
mengakui dosanya. Ia mengatakan bahwa setelah itu, ia ingin
memberitakan lebih dari sebelumnya. Ia menjadi seorang pengkhotbah di
jalan-jalan yang hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang jalanan.
Ia terpusat dan bahagia.

Hal Penting Keempat

Untuk mengampuni, kita harus mengetahui secara pribadi cinta tak
terbayangkan Yesus Kristus! Ketika Daud pergi kepada Allah perjanjian
itu. Ia berdoa kepada Allah untuk membebaskannya, dan dia menyebut Dia
sebagai,  "Allah keselamatanku". Kita tahu Allah ini adalah Yesus
Kristus. Bagi Daud, mengetahui Juru Selamatnya berarti mengetahui
pengampunan yang utuh. Dia yang memanggil kita untuk berdoa memohon
pengampunan, sama seperti kita juga mengampuni orang lain, adalah Dia
yang tergantung di kayu salib, yang memanjatkan doa pertama dari
ketujuh doa-Nya, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat."

Mendengar perkataan ini dari Yesus di dalam hati Anda hari ini adalah
mendengar Yesus secara pribadi. Itu adalah mengetahui bahwa Dia telah
mengampuni Anda secara pribadi atas dosa-dosa yang diketahui dan dosa
-dosa yang tidak Anda ketahui. Mendengar pengampunan seperti itu
adalah diampuni, mengampuni diri sendiri, dan mengampuni orang lain.
Hubungan pengampunan kita atas perjumpaan secara pribadi dengan Yesus
dengan pengampunan kita atas seseorang sebagai satu pribadi sangatlah
penting. Kita mengampuni karena Kristus telah mengampuni kita.

Beberapa dari kita ingat kesaksian dramatis Corrie Ten Boon, wanita
Kristen Belanda terkenal yang hidup sebagai tahanan perang di sebuah
kamp Nazi, yang menjadi terkenal dalam buku "The Hiding Place". Satu
hal paling menakjubkan yang pernah terjadi antara Corrie Ten Boon dan
penjaga kamp konsentrasi Nazi terjadi di Munich bertahun-tahun setelah
Perang Dunia II.

Di sebuah gereja di Jerman, ia berbicara tentang bagaimana Tuhan
mengampuni orang, apa pun dosanya ketika orang itu mengakuinya dan
berpaling kepada-Nya. Setelah pelayanan itu, dia berdiri berhadapan
muka dengan seorang lelaki yang jelas telah tersentuh oleh khotbahnya.
Lelaki itu bertanya, "Fraulein Ten Boon, apakah Anda mengingat saya?"
Mengingat dia! Dia telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mencoba
melupakan dia! Ia adalah salah satu penjaga penjaranya! "Ya, saya
ingat Anda,"  katanya dingin. Dengan emosi yang menyesakkan, mantan
Nazi yang bertanya,  "Apakah benar bahwa Allah dapat mengampuni saya
setelah semua hal mengerikan yang telah saya lakukan itu?" "Ya, Allah
akan mengampuni Anda pada saat Anda menyerahkan hidup Anda kepada
-Nya." "Oh, ini adalah kabar yang sungguh baik!" katanya dengan mata
penuh air mata. "Fraulein Ten Boon, apakah Anda akan mengampuni saya?"
Corrie menatapnya dan berpikir,  "Pertanyaannya apakah saya akan
mengampuni Anda, melainkan apakah saya dapat mengampuni Anda?"
Jawabannya adalah jelas: "Tidak!  Tidak, saya tidak dapat mengampuni
Anda karena saya tidak mempunyai kasih yang sebesar itu." Namun, dia
tahu, demi mereka berdua, dia harus memaafkannya. Jadi, ia berdoa
diam-diam,  "Tuhan, saya tidak suka orang ini. Saya tidak bisa
memaafkannya. Berilah saya kasih-Mu supaya melalui Engkau, saya dapat
mulai mengampuninya sehingga dia dan saya dapat menemukan penyembuhan
yang sama-sama kami butuhkan."

Itu bukan sekadar pengampunan. Itu adalah pengampunan yang utuh. Itu
adalah pengampunan yang diberikan Kristus kepada orang-orang berdosa,
yang kemudian dapat mengampuni orang-orang berdosa yang lainnya.
Pengampunan membebaskan Anda untuk membebaskan orang lain.

                              PENUTUP

Apakah Anda mengetahui pengampunan Yesus dalam hidup Anda seperti ini?
Saya tidak meminta Anda untuk melihat Anda memaafkan orang lain dengan
cara ini. Saya meminta Anda untuk menerima pengampunan Yesus bagi Anda
dengan cara ini. Sesudah itu, dan hanya sesudah itu, Anda dapat
membayangkan pengampunan seperti itu bagi orang lain. Apakah Anda
mengenal pengampunan-Nya?  Maka, Anda bebas untuk mengampuni musuh
-musuh Anda ... dan teman-teman Anda.

Diambil dan disunting dari:
Judul jurnal: Stulos, vol. 11 no. 2 September 2012
Judul bab: Tentang Pengampunan: Fondasi Alkitabiah Dalam Pembelajaran Cerita-Cerita
Penulis: Sung Jin (Peter) Kim
Penerbit: STT Bandung, Bandung 1996
Halaman: 257 -- 266


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, Ryan, dan N. Risanti
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org