Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/128

e-Reformed edisi 128 (30-5-2012)

Diselamatkan dalam Pengharapan (1)

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- Diselamatkan dalam Pengharapan (1)
Edisi 128/Mei 2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: DISELAMATKAN DALAM PENGHARAPAN (1)
STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Dear e-Reformed Netters,

Artikel yang saya tampilkan dalam e-Reformed bulan ini, yaitu
"Diselamatkan dalam Pengharapan", diambil dari buku tulisan Charles
Spurgeon yang berjudul: "Menemukan Kedamaian dalam Badai Kehidupan".
Artikel ini sangat bagus tapi juga sangat panjang, dan pasti akan
menyulitkan Anda yang membacanya lewat alat mobile (HP). Karena itu,
saya akan membaginya menjadi 3 bagian, yang akan diterbitkan dalam 3
edisi, yaitu edisi e-Reformed Mei (28), Juni (29) dan Juli (30).

Supaya Anda tidak menunggu terlalu lama, maka 3 edisi ini akan saya
kirimkan 3 hari berturut-turut, mulai hari ini, sehingga Anda bisa
mendapatkan seluruh artikel walaupun dikirim dalam 3 surat terpisah.

Tulisan Spurgeon ini semoga mengingatkan kita semua, orang-orang
Kristen pada umumnya, yang mulai merasa nyaman tinggal di dunia ini
dan melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu tinggal bersama
Tuhan kita Yesus Kristus di surga. Biarlah kepenuhan keselamatan terus
menjadi pengharapan kita bersama, dan kerinduan untuk bertemu Bapa di
surga menjadi cita-cita utama kita.

Selamat membaca.

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

               ARTIKEL: DISELAMATKAN DALAM PENGHARAPAN (1)

"Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi bagaimana orang
masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan
apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."
(Roma 8:24-25)

Kita -- orang-orang percaya, diselamatkan sekarang juga. Tanpa
ragu-ragu, kita benar-benar diselamatkan. Kita sepenuhnya
diselamatkan dari kesalahan akibat dosa. Tuhan Yesus mengambil dosa
kita dan menanggung itu pada tubuh-Nya di atas kayu salib. Dia
memberikan sebuah penebusan yang berkenan, yang menghapuskan kesalahan
seluruh umat-Nya sekali untuk selamanya. Hukum dosa telah dibayar oleh
Pengganti agung kita dan oleh iman kita telah menerima
pengorbanan-Nya. "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan
dihukum." (Yohanes 3:18)

Saat kita menerima Kristus dengan iman, kita dengan segera
diselamatkan dari kejahatan yang mencemari dan memiliki akses bebas
kepada Allah Bapa kita. Dengan iman, kita diselamatkan dari kuasa dosa
yang menguasai hidup kita. Seperti yang dikatakan di dalam Roma 6:14,
"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Di dalam
hati setiap orang Kristen, mahkota tersebut telah diangkat dari kepala
dosa dan kekuatan lengannya telah dihancurkan oleh kuasa iman. Dosa
berusaha keras untuk memperoleh kendali, tapi dosa tidak bisa menang,
karena mereka yang lahir dari Allah tidak bersuka dalam melakukan
dosa. Mereka tidak melakukan dosa sebagai kebiasaan sehari-hari.
Sebaliknya, orang-orang percaya menjaga dan melindungi diri mereka
supaya si jahat tidak menyentuh mereka.

Ayat firman Tuhan yang akan kita fokuskan sekarang terambil dari Roma
8, 
yang menuliskan, "kita diselamatkan dalam pengharapan". Namun,
kelihatannya ini tidak selaras dengan bagian-bagian lain dari Alkitab.
Di mana pun dalam firman Tuhan, kita diberi tahu bahwa kita
diselamatkan oleh iman. Sebagai contoh, Roma 5:1, "Sebab itu, kita
yang dibenarkan karena iman." Iman bukan pengharapan, yang merupakan
anugerah yang menyelamatkan, kecuali bahwa dalam beberapa hal,
pengharapan sama dengan iman. Di dalam bahasa Yunani, arti dari Roma
8:24 
adalah, "Kita diselamatkan dalam pengharapan." Jika ayat tersebut
diterjemahkan dengan cara ini, maka itu akan mencegah kesalahpahaman,
seperti yang dikatakan oleh Bengel -- komentator terkenal:

"Kata-kata tersebut tidak menggambarkan artinya, tetapi cara dari
keselamatan. Setelah kita diselamatkan, mungkin masih tersisa sesuatu
yang dapat kita harapkan, baik keselamatan maupun kemuliaan."

Orang-orang percaya menerima keselamatan jiwa mereka sebagai puncak
dari iman mereka. Mereka menerima keselamatan oleh iman, sehingga
mereka juga menerimanya dengan kasih karunia. Kita diselamatkan oleh
iman dan dalam pengharapan.

Oleh karena itu, kita bersukacita saat ini di dalam keselamatan yang
telah kita peroleh dan nikmati oleh iman di dalam Kristus Yesus.
Namun, kita sadar bahwa ada sesuatu yang lebih dari ini untuk
diperoleh. Kita akan menerima keselamatan dalam pengertian yang lebih
luas, yang belum kita lihat. Pada saat ini kita menemukan diri kita
sendiri hidup di dalam kemah yang fana -- "Sebab selama masih diam di
dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan." (2 Korintus
5:4) 
Dan di sekeliling kita, makhluk ciptaan dengan jelas mengalami
rasa sakit bekerja. Kita dapat melihat tanda-tanda dari penyusutan
bumi dalam kejadian di alam yang bergolak, rusuh, dan penuh
penderitaan.

Segala sesuatu tidak lagi sesuai dengan bentuk asli saat Tuhan
menciptakannya. Duri-duri bertumbuh di ladang-ladang yang dibajak di
bumi; penyakit menjangkiti bunga-bunganya; ada jamur di atas padinya.
Langit menangis dan memenuhi hasil panen; kedalaman bumi bergerak dan
mengguncangkan kota-kota kita dengan gempa bumi. Berbagai tragedi dan
bencana yang sering kali terjadi memberi pertanda sebuah masa depan
besar akan dilahirkan sebagai hasil dari rasa sakit bekerja ini.

Tidak ada firdaus yang sempurna, yang dapat ditemukan di belahan bumi
mana pun. Bahkan, hal-hal terbaik dari dunia kita menunjuk kepada
sesuatu yang lebih baik. Dan semua makhluk ciptaan mengerang bersama
kita dalam rasa sakit bekerja. Bahkan, kita yang telah menerima buah
sulung dari Roh, diberkati, dan diselamatkan, mengerang di dalam diri
kita sendiri, menantikan sesuatu yang lebih jauh, suatu kemuliaan yang
belum terlihat. Kita belum mencapai keselamatan, tapi sedang
mengejarnya. Kehausan yang pertama dari jiwa kita yang berdosa telah
dipuaskan, tapi kita masih memiliki keinginan-keinginan yang lebih
besar di dalam kita. Kita lapar dan haus akan kebenaran dengan
kerinduan yang tidak pernah puas. Sebelum kita memakan Roti dari
Surga, kita lapar akan sesuatu yang sama dengan makanan babi. Namun
sekarang, sifat dasar kelahiran baru kita telah membawakan kita pada
suatu hasrat yang baru, yang tidak dapat dipuaskan oleh seluruh dunia.

Apakah penyebab dari rasa lapar ini? Itu bukan sebuah pertanyaan yang
sulit dijawab. Dukacita, kerinduan, dan hasrat kita yang tak
terpuaskan mencakup dua area umum. Pertama, kita rindu untuk
sepenuhnya bebas dari dosa dalam setiap bentuk. Kedua, kita rindu
untuk dibebaskan dari tubuh jasmani kita dan menerima tubuh
kebangkitan kita.

Merindukan Kemerdekaan dari Dosa

Kita dibebani oleh kejahatan yang ada di dalam dunia. Kita diganggu
oleh percakapan-percakapan jahat dari orang-orang yang tidak saleh,
dan kita berduka oleh godaan dan penganiayaan mereka. Kenyataannya
adalah "seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yohanes
5:19), 
dan orang-orang yang menolak Kristus dan binasa dalam
ketidakpercayaan itu merupakan sumber dari kesedihan besar bagi kita.
Kita bahkan mungkin berharap untuk hidup di sebuah daerah yang sunyi,
jauh dari peradaban, supaya kita dapat bersekutu dengan Tuhan dalam
damai dan tidak pernah mendengar apa pun tentang hujatan, gosip,
kebejatan moral, dan kejahatan. Dunia ini bukan rumah kita, karena
dunia ini telah tercemar. Kita sedang mencari suatu kelepasan yang
besar, ketika kita akan diambil dari dunia ini untuk tinggal di dalam
persekutuan yang sempurna dengan yang lainnya.

Bahkan, kehadiran orang-orang jahat bisa menjadi sebuah masalah yang
kecil, jika kita dapat sepenuhnya dibebaskan dari dosa di dalam diri
kita sendiri. Ini berada di antara "segala sesuatu yang tidak kita
lihat" (Ibrani 11:1), yang akan digenapi pada waktu yang akan datang.
Jika seseorang dibebaskan dari kecenderungan untuk berbuat dosa, dia
tidak lagi akan mempan terhadap godaan. Dia tidak perlu menjaga diri
terhadapnya. Jika sesuatu tidak mungkin dibakar dan dijadikan abu, api
tidak akan bisa menyakitinya. Namun, kita merasa bahwa kita harus
menghindari godaan karena kita sadar kalau ada balok-balok kayu atau
ranting-ranting kecil di dalam kita, yang dapat dengan mudah tersulut
oleh api. Tuhan kita berkata, "penguasa dunia ini datang dan ia tidak
berkuasa sedikit pun atas diri-Ku" (Yohanes 14:30). Tetapi ketika
musuh menghampiri kita, dia tidak hanya menemukan sesuatu, tapi banyak
yang cocok dengan tujuan-tujuannya. Hati kita semua terlalu mudah
menggemakan suara setan. Ketika dia menyebarkan ilalangnya,
ladang-ladang dari sifat lama kita segera menghasilkan tuaian. Yang
jahat tetap tinggal bahkan di dalam mereka yang telah ditebus, dan itu
menjangkiti kemampuan berpikir mereka.

Oh, seandainya saja kita dapat membuang ingatan akan dosa! Sungguh
suatu siksaan bagi kita mengingat kata-kata kotor dari lagu-lagu
cabul. Seandainya saja pikiran kita dibebaskan dari dosa! Apakah kita
cukup berduka atas dosa-dosa dalam pikiran dan imajinasi kita?
Seseorang bisa berdosa, dan berdosa dengan sangat mengerikan dalam
pikirannya, meskipun dia mungkin tidak berdosa dalam
perbuatan-perbuatannya. Banyak orang telah melakukan perzinahan,
percabulan, pencurian, dan bahkan pembunuhan di dalam imajinasi mereka
dengan menemukan kesenangan ketika memikirkannya, namun mereka mungkin
tidak pernah jatuh ke dalam dosa-dosa ini secara terang-terangan.
Seandainya saja imajinasi dan seluruh sifat-sifat dasar batiniah kita
dibersihkan dari kecemaran yang ada di dalamnya.

Ada sesuatu yang jahat di dalam diri kita, yang membuat kita berseru
dari hari ke hari, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan
aku dari tubuh maut ini?" (Roma 7:24) Jika seseorang yang sedang
membaca buku ini berkata, "Saya tidak pernah merasa seperti itu," saya
berdoa kepada Tuhan agar kiranya dia segera mengalaminya. Mereka yang
puas dengan diri mereka sendiri sangat sedikit tahu tentang
kesempurnaan kerohanian yang sejati. Seorang anak yang sehat
bertumbuh, demikian juga seorang anak Tuhan yang sehat. Semakin dekat
kita kepada kebersihan hati yang sempurna, semakin kita akan berduka
atas noda-noda dosa terkecil sekalipun dan semakin kita akan mengakui
hal-hal berdosa yang dahulu kita maklumi. Orang yang paling serupa
dengan Kristus adalah orang yang paling menyadari tentang
ketidaksempurnaan, dan tidak sabar untuk mengenyahkan dosa yang paling
kecil sekalipun. Ketika seseorang berkata, "Saya telah mencapai tujuan
itu," saya sangat prihatin terhadapnya, karena saya percaya dia bahkan
belum mulai berlari.

Untuk saya sendiri, saya menanggung banyak penderitaan yang semakin
bertumbuh, dan merasa sangat kurang disenangkan dengan diri saya
sendiri daripada yang dulu saya rasakan. Saya memiliki pengharapan
yang kuat akan sesuatu yang lebih baik, tapi jika bukan karena
pengharapan, saya akan menganggap diri saya benar-benar tidak bahagia
karena menjadi begitu sadar akan kebutuhan saya dan begitu tersiksa
dengan keinginan-keinginan. Oleh karena itu, ini adalah satu sumber
utama dari erangan rohani kita. Kita diselamatkan, tapi kita tidak
sepenuhnya dibebaskan dari kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat
dosa. Kita juga belum mencapai kekudusan penuh. "Dari negeri ini masih
amat banyak yang belum diduduki." (Yosua 13:1)

Merindukan Tubuh Kebangkitan Kita

Alasan lainnya untuk "ketidakpuasan kita" adalah tubuh kita. Paulus
menyebut tubuh tersebut "hina" (Filipi 3:21), dan memang demikian
ketika dibandingkan dengan akan menjadi apa tubuh itu ketika dibentuk
di dalam gambar Yesus Kristus. Tubuh itu sendiri tidak hina, dipandang
sebagai ciptaan Tuhan, karena tubuh itu diciptakan dengan dahsyat dan
ajaib (Mazmur 139:14). Ada sesuatu yang sangat mulia mengenai tubuh
manusia, yang telah diciptakan untuk berjalan dengan dua kaki dan
untuk melihat ke atas dan memandang ke surga. Sebuah tubuh yang telah
dipersiapkan dengan begitu mengagumkan untuk menjadi tempat kediaman
pikiran dan untuk menaati perintah-perintah jiwa, bukan untuk
dipandang hina. Sebuah tubuh yang dapat menjadi bait Roh Kudus
bukanlah struktur rendahan; oleh karenanya, biarlah kita tidak
memandangnya dengan hina. Kita seharusnya selalu bersyukur, bahwa kita
telah diciptakan sebagai manusia -- yang artinya kita juga telah
dibuat menjadi ciptaan baru di dalam Kristus Yesus dan telah
"mengenakan manusia baru" (Efesus 4:24). Tubuh sekarang berada di
bawah kuasa maut karena "kejatuhan" manusia dalam dosa, dan itu tetap
tinggal di bawah kuasanya. Karena itu cepat atau lambat, tubuh
tersebut ditujukan untuk mati, kecuali jika Tuhan secara tiba-tiba
datang kembali. Dan bahkan pada waktu itu, tubuh tersebut harus
diubahkan, karena darah dan daging, dalam keadaannya saat ini, tidak
dapat mewarisi kerajaan Allah.

Demikian juga tubuh kita yang lemah, tidak cocok dengan jiwa kita yang
lahir baru, karena mereka belum dilahirkan kembali. Tubuh kita adalah
tempat tinggal yang membosankan dan suram bagi roh yang dilahirkan
oleh surga! Dengan rasa sakit dan penderitaan, mereka mengalami
kelelahan dan kelemahan; kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tidur;
rentan terhadap sesuatu yang dingin, panas, kecelakaan, dan kerusakan,
dan juga terhadap kerja yang berlebihan dan kerja keras yang
melelahkan, mereka dengan menyedihkan tidak mampu melayani orang-orang
yang dikuduskan. Mereka menarik turun dan menghalangi roh yang
sebenarnya dapat membumbung sangat tinggi. Pikirkan betapa seringnya
kesehatan yang buruk memadamkan kobaran mulia yang dihasilkan oleh
keteguhan hati yang kuat dan keinginan-keinginan yang kudus. Pikirkan
betapa seringnya penderitaan dan kelemahan membekukan aliran jiwa yang
gembira. Kapan kita akan dibebaskan dari rantai tubuh alamiah ini dan
mengenakan pakaian pengantin tubuh rohaniah? Karena dosa tinggal di
dalam hati kita dan kita berada dalam tubuh tanah liat yang fana, kita
bersuka karena keselamatan kita lebih dekat pada kita sekarang
daripada ketika kita percaya pertama kali, dan kita rindu untuk masuk
ke dalam kenikmatan yang dihasilkan olehnya.

Ayat Alkitab memberikan kita sejumlah dorongan mengenai ini. Akan tiba
suatu waktu, di mana kita akan sepenuhnya dibebaskan dari penyebab
kita mengerang saat ini. Kita akan menerima sebuah keselamatan yang
begitu besar, sehingga itu akan menutupi semua kebutuhan kita dan
bahkan semua keinginan kita. Sebuah keselamatan menantikan kita yang
batasannya kekal dan sangat luas. Apa pun yang dapat kita harapkan
tercakup di dalamnya. Inilah yang sedang dibicarakan oleh ayat kita
ketika dikatakan, "kita diselamatkan dalam pengharapan." Dengan
pengharapan, kita berpegang pada keselamatan yang besar dan luas ini.

Dengan mengetahui hal ini, saya ingin menjelaskan untuk Anda jenis
pengharapan, yang memiliki suatu genggaman yang kuat pada keselamatan
yang lebih besar yang kita rindukan.

Tujuan dari Pengharapan Kita

Kesempurnaan yang Menyeluruh

Pengharapan kita yang terutama, berada di dalam kesempurnaan kita yang
menyeluruh di dalam Kristus. Kita telah mengarahkan wajah kita kepada
kekudusan, dan oleh kasih karunia Allah kita tidak akan pernah
beristirahat sampai kita mencapainya. Setiap dosa yang ada di dalam
kita adalah malapetaka, tidak hanya untuk ditaklukkan, tetapi kita
harus mematikannya. Kasih karunia Allah tidak menolong kita untuk
menyembunyikan dosa-dosa kita, tapi untuk menghancurkan mereka.

Kita harus menangani dosa sama seperti Yosua menangani lima raja musuh
ketika mereka bersembunyi di dalam gua di Makeda. Sementara Yosua
sibuk dengan peperangan tersebut, dia berkata, "Gulingkanlah batu-batu
yang besar ke mulut gua itu." (Yosua 10:18) Untuk sementara waktu,
dosa-dosa kita dikunci oleh kasih karunia yang menahan, seperti di
dalam sebuah gua. Batu-batu yang besar digulingkan ke mulut gua,
karena dosa-dosa kita akan melarikan diri jika mereka bisa, dan sekali
lagi mengambil kendali atas hidup kita dengan cepat. Namun, kita
bermaksud untuk berurusan dengan dosa-dosa kita dengan lebih efektif
dalam kuasa Roh Kudus. Ketika Yosua berkata, "Bukalah mulut gua dan
keluarkanlah kelima raja itu dari dalam dan bawa kepadaku" (Yosua
10:22), 
dia menyerang dan membunuh mereka, kemudian menggantung
mereka. Oleh kasih karunia Allah, kita tidak akan pernah puas sampai
kita membenci dan meninggalkan semua kecenderungan-kecenderungan alami
kita terhadap dosa dan mereka benar-benar dihancurkan. Kita berharap
dalam pengharapan untuk suatu hari, di mana tidak ada sebuah noda dari
dosa masa lalu, atau suatu kecenderungan untuk melakukan dosa di masa
yang akan datang akan tetap tinggal di dalam kita. Kita akan tetap
memakai kehendak bebas dan kebebasan untuk memilih, tapi kita hanya
akan memilih yang baik. Orang-orang percaya yang sekarang berada di
surga, bukanlah orang-orang yang pasif, yang digerakkan di sepanjang
jalan ketaatan oleh sebuah kekuatan yang tidak dapat mereka tahan.
Sebagai makhluk yang berakal budi dengan kehendak bebas, mereka bebas
memilih untuk menjadi kudus di hadapan Tuhan. Kita juga akan menikmati
kebebasan anak-anak Allah yang mulia untuk selamanya, yang selalu
memilih apa yang baik dan benar secara terus-menerus. Dengan cara ini,
kita akan mengalami kebahagiaan yang terus-menerus. Kebodohan tidak
lagi akan ada, karena kita semua akan diajar oleh Tuhan dan akan kenal
seperti kita sendiri dikenal. Kita akan menjadi sempurna di dalam
pelayanan kita kepada Tuhan, dan sepenuhnya dibebaskan dari semua
keinginan diri dan hasrat daging; kita akan dekat kepada Tuhan kita
dan akan menjadi serupa dengan Dia. Seperti yang telah dituliskan oleh
Isaac Watts:

Dosa, musuh terburuk saya sebelumnya,
Tidak lagi akan menyakiti mata dan telinga saya;
Musuh-musuh di dalam saya semuanya akan dibunuh,
Setan tidak lagi menghancurkan kedamaian saya.

Sungguh sesuatu yang luar biasa! Saya rasa jika saya dapat menjadi
benar-benar bebas dari setiap kecenderungan untuk berdosa, saya tidak
akan peduli di mana saya hidup di bumi atau di surga, di dasar laut
bersama Yunus atau di penjara bawah tanah bersama Yeremia. Kemurnian
adalah kedamaian; kekudusan adalah kebahagiaan. Mereka yang kudus
seperti Allah adalah kudus akan menjadi bahagia seperti Allah bahagia.
Ini adalah tujuan utama dari pengharapan kita.

(bersambung ke Edisi e-Reformed 129)

Diambil dari:
Judul asli buku: Finding Peace in Life`s Storms
Judul buku: Menemukan Kedamaian dalam Badai Kehidupan
Judul artikel: Diselamatkan dalam Pengharapan
Penulis: Charles Spurgeon
Penerjemah: Marlina Nadeak
Penerbit: Light Publishing, 2009
Halaman: 1 -- 27

        STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Buletin Parakaleo berisi tulisan-tulisan dari penulis dan konselor
Kristen yang telah berpengalaman dalam bidangnya, seperti Yakub
Susabda, Esther Susabda, Paul Gunadi, dan Paul Soetopo. Buletin
Parakaleo ini diterbitkan oleh Departemen Konseling Sekolah Tinggi
Teologi Reformed Injili Indonesia sejak tahun 1984 hingga tahun 2007
[buletin ini sekarang sudah tidak terbit lagi]. Saat ini tersedia
bundel Buletin Parakaleo yang berisi 56 edisi (lengkap).

Jika Anda berminat untuk mendapatkan bundel buletin Parakaleo ini,
silakan mengisi form pemesanan di bawah ini. Pesanan Bundel Parakaleo
akan dikirim lewat pos ke alamat pemesan (mohon tulis alamat yang
lengkap).

Sebagai ganti biaya cetak dan ongkos kirim, pemesan bisa memberikan
sumbangan sukarela lewat transfer Bank:
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati

----------------> potong di sini <-------------------
FORM PEMESANAN BUNDEL PARAKALEO

Nama Pemesan:
Alamat lengkap:
Kota:
Kode Pos:
No. HP:
Email:

Jumlah yang dipesan: .... bundel
(masing-masing berisi 56 edisi -- lengkap)

----------------> potong di sini <-------------------

Kirimkan kembali form ini dan bukti transfer ke:
==> konsel(at)sabda.org

Atau kirimkan data Anda lewat SMS ke: 088-1297-9100

Kontak Redaksi: < reformed(at)sabda.org >
Redaksi: Yulia Oeniyati, Novita Yuniarti, Yonathan Sigit, dan Desi Rianto
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/reformed >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org