Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/74

e-Reformed edisi 74 (31-5-2006)

Siapakah Kristus yang Naik ke Surga?

Dear e-Reformed netters,

Meskipun Hari Kenaikan Tuhan Yesus sudah berlalu seminggu y.l. namun
gaung pesan yang muncul dari peristiwa kenaikan tersebut tidak akan
pernah berlalu dari muka bumi ini sebelum kedatangan Tuhan Yesus
kembali yang kedua kalinya. Oleh karena itu mari kita camkan baik-baik
pesan penting yang diberikan Kristus sebelum Ia naik ke surga.

Kiranya artikel dari khotbah Pdt. Stephen Tong ini menolong kita
melihat dengan jelas makna kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga,
karena itulah yang menjadi misi kita orang-orang Kristen selama masih
diijinkan Tuhan hidup di dunia ini. Selamat menyimak.

In Christ,
Yulia
< yulia(at)in-christ.net >

=====================================================================

                 SIAPAKAH KRISTUS YANG NAIK KE SURGA?
                 ====================================
                        Pdt. Dr. Stephen Tong

Artikel ini disarikan dari khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di GRII
Jakarta.

Dalam Mazmur 24:7-10, kita membaca mengenai adanya pintu kekekalan
yang dibuka menyambut seorang pemenang untuk selama-lamanya. Di
Vatikan, di dalam Gereja Basilica of Saint Peter, ada pintu yang hanya
boleh dibuka satu kali dalam 50 tahun. Pada waktu mereka membuka pintu
itu, kadang-kadang mereka membaca ayat ini. Mereka menganggap itu
merupakan suatu upacara yang agung sekali. Sebenarnya pintu itu tidak
mempunyai makna yang terlalu berarti bila dibandingkan dengan ayat-
ayat yang tercantum di sini.

"Semua pintu gerbang, terbukalah!" Untuk siapa pintu yang kekal
dibuka? "Untuk raja yang pernah berperang di dalam medan peperangan."
Siapakah raja yang pernah menang perang di medan peperangan? "Yaitu
yang diutus oleh Yehovah, yang menjadi Tuhan di atas segala sesuatu."

"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu,
hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!"
Siapakah dia itu Raja Kemuliaan? "Tuhan semesta alam, Dialah raja
semesta alam, Dia Raja Kemuliaan."

Tapi Dia pernah datang, pernah dicobai, pernah diberi kesempatan untuk
berjuang dan bertarung dengan kuasa-kuasa kejahatan. Iblis berusaha
meremukkan dan menjatuhkan Dia. Tetapi Dia naik ke surga. Ini
membuktikan bahwa Dialah Raja yang mulia, Raja yang menang, Raja yang
pernah bertempur di dalam medan pertempuran rohani menggantikan engkau
dan saya.

"Hai pintu gerbang, gerbang yang mulia, pintu yang kekal, bukalah!
Angkatlah kepalamu, bukalah pintumu menyambut Yesus Kristus sebagai
yang menang!"

Di dalam Pengakuan Iman Rasuli tertulis, "Dia naik ke surga, duduk di
sebelah kanan Allah Bapa". Bagian ini jangan dimengerti sebagai suatu
lokasi atau semacam pengertian secara tata ruang. Jikalau Yesus betul-
betul berada di sebelah kanan, berarti ada lokasinya. Bukankah ini
juga berarti bahwa Bapa berada di sebelah kiri Yesus? Jikalau Bapa
berada di kiri, lalu Yesus di kanan, yang mana yang lebih besar? Yang
kanan atau yang kiri? Lalu, di manakah Roh Kudus? Bila demikian, hal
ini akan mengaburkan arti rohaninya. Padahal pengertian tempat seperti
itu mempunyai arti rohani yang jauh lebih dalam.

Di dalam pemikiran Kitab Suci, tempat kanan mempunyai tiga arti.

Arti pertama, Yesus Kristus adalah orang yang sudah diterima dengan
sukacita oleh Tuhan Allah. Ini adalah delighted decision. Suatu tempat
yang diterima dengan baik, suatu tempat yang diberikan karena yang
memberi begitu senang kepada Dia. Kristus adalah Anak kesayangan Bapa.
"Dengarlah Dia! Dengarlah Anak yang Aku suka ini."

Arti kedua, tempat sebelah kanan berarti tempat pemenang. Setelah
orang yang bertempur dalam medan peperangan pulang, ia diberikan
tempat di sebelah kanan oleh raja. Jenderal yang menang, jenderal yang
begitu penting, duduk di sebelah kanan. Yesus Kristus menjadi pemenang
di dalam medan peperangan. Itu sebabnya Ia duduk di sebelah kanan
Bapa.

Ketiga, tempat kanan berarti tempat penguasa. Tuhan memberikan
kekuatan, kuasa, dan mandat yang melampaui apapun di bumi kepada-Nya.
Itulah kuasa yang diberikan kepada Yesus Kristus.

Puji Tuhan! "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang! Dan
terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk
Raja Kemuliaan. Siapakah Dia, Raja Kemuliaan itu?" Itulah Tuhan
semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan

Bagian kedua diambil dari Matius 28:18, dst. Yesus Kristus bukan saja
seorang pemenang, tapi Dia naik ke surga. Sewaktu naik ke surga, Dia
memberikan suatu amanat yang paling agung kepada semua orang yang
mengikuti Dia.

Pada zaman reformasi, orang-orang reformasi, khususnya yang berada di
Jenewa, menganggap amanat agung hanya diberikan kepada rasul-rasul
pada waktu itu. Ini merupakan suatu kelemahan besar yang mengakibatkan
kira-kira selama dua abad orang-orang reformasi, orang-orang Lutheran,
hanya mengerjakan penggembalaan di Eropa. Mereka tidak mengutus orang
keluar untuk mengabarkan Injil. Karena kesalahtanggapan itu, akhirnya
gereja menjadi lemah dalam penginjilan.

Lambat laun Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membawa kita kembali
kepada visi yang benar, bahwa penginjilan itu bukan tugas gereja mula-
mula saja. Penginjilan bukan sudah tidak ada, tetapi ada pada setiap
zaman. Para rasul dan para nabi memang sudah tidak ada. Namun, fungsi-
fungsi kerasulan dan kenabian masih tetap ada. Jadi, yang diutus
mewakili Tuhan untuk berbicara adalah fungsi yang masih berada dalam
segala zaman. Maka kita juga harus menegaskan hal ini. Pengertian
tentang kesadaran semacam ini akan mengubah dan menggugat kembali
tugas kita terhadap dunia ini.

Yesus berkata, "Pergilah ke seluruh dunia dan jadikan segala bangsa
murid-Ku." Ini merupakan suatu penanaman visi, semacam pikiran yang
begitu besar kepada gereja. Bila suatu zaman tidak memiliki visi, maka
zaman itu akan penuh dengan kekacauan. Gereja yang sudah kehilangan
ketajaman dalam melihat visi akan menjadi tidak berdaya, tidak dinamis
lagi. Namun, bila visi itu kembali dipertajam dan menggugah hati
manusia, mau tidak mau gereja akan menjadi militan dan dinamis di
dalam pelayanan.

Begitu banyak orang Kristen yang malas, yang imannya kendur, yang
hidup rohaninya begitu sembarangan dan etikanya begitu tidak
bertanggung jawab karena sudah kehilangan ketajaman dan keinsyafan
tentang visi dan mandat dari Tuhan! Tetapi puji Tuhan! Yesus bukan
memberikan suatu khotbah dan amanat yang agung itu kepada mereka di
tempat sembarangan. Mereka naik ke gunung dan di atas gunung itu Yesus
mengutus mereka.

Pada waktu naik ke atas bukit, berada di tempat yang tinggi, kita akan
melihat suatu dataran yang lebih besar. Kita akan mempunyai
pemandangan yang jauh lebih luas dan di situ Tuhan membentuk suatu
pemikiran atau semacam wawasan yang luas bagi orang-orang yang mau
mengabarkan Injil. Barangsiapa yang tidak mempunyai hati yang luas,
yang tidak mempunyai pandangan rohani dengan wawasan yang luas, tidak
mungkin mempunyai penginjilan yang kekuatannya lebih besar daripada
pelayanan yang lain. Di sini kita melihat, gereja harus kembali
mengikuti teladan dan menaati perintah Yesus Kristus.

Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah,
tetapi juga suatu amanat. Dia pergi dan tugas-Nya dikerjakan oleh
engkau dan saya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan Kristus, dia juga
harus mengingat pesan Yesus sebelum Ia pergi.

Pesannya adalah "Pergilah ke seluruh dunia, jadikan segala bangsa
murid-Ku. Apa yang Aku katakan kepadamu ajarkanlah mereka, supaya
mereka menjalankannya dan engkau yang mengabarkan Injil akan Kusertai,
sampai kesudahan, sampai selama-lamanya."

Selanjutnya, kita akan melihat apa yang dikaitkan dengan kenaikan
Yesus ke surga. Dalam Yohanes 16:7-8, tertera suatu perjanjian yang
lebih penting lagi. Jikalau Yesus Kristus, yang sudah memberikan
perintah untuk pergi mengabarkan Injil ke seluruh dunia hanya
membiarkan pengikut-pengikut-Nya dengan keadaan yang begitu sulit,
dengan penganiayaan-penganiayaan yang kejam, yang ganas dan tidak
berperikemanusiaan, bukankah Ia adalah Tuhan yang meletakkan kewajiban
dan pergi melarikan diri? Tetapi bukanlah demikian. Alkitab
mengatakan, "Aku pergi justru berfaedah besar bagimu. Aku pergi untuk
kamu karena jikalau Aku tidak pergi Roh Kudus tidak turun." Di sini
Yesus Kristus mengaitkan kenaikkan-Nya ke surga dengan rencana yang
berkesinambungan di dalam konsistensi pikiran Tuhan Allah yang kekal.

Allah bukanlah Allah yang tidak berprogram. Allah adalah Allah yang
mempunyai program yang tertinggi. Allah adalah Allah yang mempunyai
cara berorganisasi dan mempunyai cara pemikiran dan jadwal yang paling
tepat. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Jikalau Aku tidak pergi, tidak ada
faedahnya bagimu. Tetapi jikalau Aku pergi, kepergian-Ku akan
mendatangkan keuntungan bagimu, sebab setelah Aku pergi, Roh Kudus
akan dikirim turun dan menyertai serta menjadi penghibur bagimu."

Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah
Kristus, Raja pemenang. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus
yang naik ke surga adalah Kristus, yang mengutus kita mengabarkan
Injil ke seluruh dunia. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus
yang naik ke surga adalah Kristus, yang bersama dengan Bapa mengutus
Roh Kudus menjadi pendamping bagi gereja.

Jikalau kita melihat abad pertama, kita mengetahui bahwa orang Kristen
bukan saja minoritas. Orang Kristen berada di kalangan bawah.
Kebanyakan yang menjadi orang Kristen adalah budak, nelayan, orang
miskin, orang di pasar, dan sedikit sekali pejabat-pejabat tinggi,
konglomerat, atau orang-orang penting di dalam masyarakat yang beriman
kepada Yesus Kristus. Dari antara 12 murid Yesus, kita melihat begitu
banyak nelayan yang dipanggil. Pengaruh mereka mulai dari grass-root,
mulai dari lapisan yang paling bawah sekali.

Yesus menjadi teman dari pemungut cukai, dari orang-orang berdosa. Ia
menerima orang-orang yang dibuang oleh masyarakat.

Melalui kira-kira 300 tahun, kita melihat pengaruh kekristenan sudah
mengakibatkan Raja Konstantin akhirnya harus berlutut di hadapan Yesus
dan mengakui Dia sebagai Tuhan. Di sini kita melihat di dalam 300
tahun permulaan itu, gereja mengalami penganiayaan, pengucilan,
pembunuhan, dan penyiksaan. Begitu banyak martir yang mati mengalirkan
darah, mati syahid bagi kepercayaan dan iman kekristenan yang mereka
yakini.

Siapakah yang memberikan kekuatan? Bagaimana mereka bisa bertahan bila
tidak ada penolong yang setiap saat berada dengan mereka, yang
mempunyai kuasa ilahi, yang berada di tengah-tengah mereka? Siapakah
Penolong itu? Dialah Roh Kudus.

Maka Yesus berkata, "Aku harus pergi. Aku pergi, maka Dia akan datang.
Aku pergi dan bersama dengan Bapa mengirim Roh Kudus agar turun ke
atas kamu. Roh Kudus turun ke atas kamu, maka kamu akan berkuasa."
Berkuasa atas apa? Berkuasa atas penderitaan, penganiayaan, dan segala
kesulitan sehingga engkau dapat tetap memegang imanmu.

Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, umumnya masyarakat saat ini
memahami kuasa Allah melalui pertolongan dan kelancaran hidup serta
pemberian berkat secara materi atau jasmani. Tetapi kuasa yang kita
lihat dalam Perjanjian Baru setelah Kristus naik justru sama sekali
terbalik. Kalau Tuhan berkuasa, kenapa tidak menyembuhkan saya? Kalau
Tuhan berkuasa kenapa tidak menyertai? Kalau Tuhan berkuasa, kenapa
situasi politik dan situasi ekonomi begitu jelek? Kalau Tuhan
berkuasa, mengapa Nero saja bisa menganiaya rasul? Bisa memaku mati
Petrus secara terbalik? Di mana kuasa Tuhan?

Kekristenan justru memahami kuasa dari kerajaan Tuhan secara
antitesis. Di dalam penganiayaan, di dalam kesulitan, di dalam
desakan, di dalam kesempitan, di dalam segala sesuatu: kesulitan,
sengsara, penderitaan politik, ekonomi dan apa pun juga, iman orang
Kristen tidak berkompromi. Orang Kristen tidak menyerah kepada musuh.
Itulah kuasa Roh Kudus.

Saya sangat takut kalau gereja sudah menjadi sangat kaya. Saya sangat
takut kalau hamba Tuhan sudah beroleh segala kelonggaran sehingga
tidak lagi bersandar kepada Tuhan. Padahal melalui kemiskinan dan
kesulitanlah iman kita memiliki kesempatan untuk dilatih agar memiliki
suatu kekayaan rohani. Sebaliknya, saat kita sudah mempunyai segala
sesuatu, kita menjadi sangat miskin di dalam iman.

Tuhan berkata, "Aku pergi dan Aku mengirim Roh Kudus. Roh Kudus
mendampingi engkau, saat engkau diutus ke dalam dunia sebagai utusan
Tuhan."

Saya minta maaf jikalau saya harus memakai suatu kalimat, bahwa itulah
pengutusan yang paling kejam dalam sejarah. Jangan heran kalau ada
orang Kristen yang dibunuh. Jangan heran kalau gereja dianiaya. Jangan
heran kalau kadang-kadang kita dibiarkan miskin dan sulit luar biasa.
Jangan mengomel apalagi heran karena itu cara pengutusan dari Tuhan.
"Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah kawanan serigala!"
Bukankah itu hal yang paling kejam? Coba Saudara bayangkan, seekor
domba yang dikelilingi oleh kawanan serigala yang begitu kejam.
Serigala yang mempunyai gigi begitu tajam, sifat yang begitu keras,
kelompok yang begitu banyak kawannya. Itulah namanya utusan Tuhan.
"Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah serigala."

Itu sebabnya saya minta maaf kalau saya katakan pengutusan Tuhan
adalah pengutusan yang kejam. Tetapi tidak menjadi soal, jikalau domba
itu mengerti bahwa Roh Kudus sedang diutus untuk menyertainya. "Aku
pergi supaya Roh Kudus turun!" Inilah sudut ketiga yang kita lihat
dari kenaikkan Yesus ke surga.

Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia Raja yang menang di dalam
pertempuran rohani. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia adalah Tuhan
yang memberikan mandat kepada kita, amanat yang paling agung:
mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Yesus yang naik ke surga?
Dia adalah yang mengutus Roh Kudus yang menjadi parakletos, menjadi
penghibur, pendamping untuk kita.

Keempat, kita membaca dalam Ibrani 4:14-16. Bagian ini menyatakan
bahwa kita memiliki seorang Imam Besar yang sudah melintasi segala
langit. Yesus naik ke surga bukan berarti menghilang dari bumi ini
setelah kurang lebih 33 tahun berada di dunia. Atau seperti yang
dikatakan oleh doketisme, keberadaan-Nya hanya suatu dokaio saja. Dia
hanya dibayang-bayangkan pernah datang ke dunia, lalu hilang. Setelah
pergi, Ia naik ke surga dan melintasi segala langit. Ini merupakan
suatu ajaran yang begitu besar.

Pada hari kenaikan ini, saya merenungkan, terus merenungkan kenaikan
Yesus Kristus. Lalu saya berkata, "Puji Tuhan! Agama lain tak pernah
mempunyai seorang pendiri, tak pernah mempunyai seorang penghulu agama
yang datang dari sana ke sini, dan juga tidak pernah ada yang dari
sini ke sana dengan melintasi segala langit, kecuali Yesus Kristus."
Mereka hanya membayangkan adanya satu allah. Allah, yang belum pernah
datang ke dunia. Allah, yang katanya mencipta, menyelamatkan dan
mengampuni, satu-satunya yang rahmani, rahimi. Tapi allah yang mereka
bayangkan berbeda dengan Yesus Kristus yang adalah Allah yang pernah
meninjau sendiri, datang sendiri, menyelamatkan kita, hidup di tengah-
tengah kita, yang dengan mulut-Nya memakai bahasa manusia untuk
memberikan pengajaran yang terindah di dalam sejarah kepada kita, lalu
pergi setelah menyelesaikan tugas-Nya.

Sewaktu mengenang Kristus, kita mengenang Allah yang pernah datang.
Wujud-Nya begitu konkrit. Hubungan-Nya dengan manusia juga begitu
intim. Dalam bagian Firman ini dikatakan suatu kalimat yang begitu
menyentuh. Kita bukan mempunyai seorang Imam yang tidak mengerti
segala kelemahan kita. Saya percaya di dalam hidup setiap orang,
sedalam-dalamnya ada keluhan kesusahan hidup dalam dunia. Baik orang
kaya maupun orang miskin, orang sukses maupun orang yang penuh dengan
kegagalan, baik engkau yang kelihatan mempunyai materi yang begitu
besar, begitu banyak, atau mereka yang selalu mengejar hanya untuk
menyambung hidup saja.

Setiap orang mempunyai keluhan akan hal yang begitu sulit. Namun,
siapakah yang sungguh-sungguh dapat mengerti setiap orang? Suami ingin
dimengerti oleh isteri. Tapi justru isteri ingin dimengerti oleh
suami! Kekuatan kita untuk mengerti dan kemampuan kita untuk mau
mengerti dibandingkan dengan kebutuhan kita untuk dimengerti, selalu
tidak seimbang.

Adakah yang mengerti? Ada! Yesus Kristus mengerti segalanya. Dia
pernah datang. Dia pernah dilahirkan di tempat binatang. Dia pernah
diejek oleh bangsanya sendiri. Dia pernah seorang diri mengalami puasa
40 hari dan dicobai oleh iblis. Dia pernah menanggung berat. Dia
pernah menderita, berkorban emosi, berkorban perasaan. Yesus Kristus
mengerti segala kelemahan kita. Dia mengerti karena Dia sama seperti
kita. Dia merasakan segala pengalaman kita. Sebaliknya sama seperti
kita, Ia telah dicobai tetapi tidak berbuat dosa.

Yesus yang telah naik ke surga menjadi Imam Besar. Imam Besar inilah
yang membawa kesulitan kita kepada Allah yang sulit kita capai. Ia
juga membawa anugerah dari Allah kepada kita, anugerah yang tidak
layak kita terima. Inilah pekerjaan Imam. Imam yang berada di antara
yang hidup dan yang mati. Imam yang berada di antara yang tidak
kelihatan dan yang kelihatan. Imam yang berada di antara Allah dan
manusia. Kristuslah pengantara yang menjalankan tugas imam sekaligus
sebagai korban. Inilah perbedaan imam dalam sejarah orang Yahudi
dengan Imam yang paling besar, Yesus Kristus, bagi gereja-Nya. Imam-
imam yang lain tidak menjadi korban. Mereka mempersembahkan korban,
namun mereka sendiri bukan korban. Hanya Yesus yang bertindak sebagai
Imam Besar sekaligus korban.

Dengan bahasanya, manusia tidak akan sanggup untuk mengungkapkan
keagungan dan kebesaran cinta kasih Tuhan yang adalah Imam Besar
sekaligus korban. Ia mempersembahkan diri dengan roh-Nya yang kekal
dan darah-Nya yang suci yang tak bercacat cela untuk membersihkan dan
menjadikan kita milik-Nya yang dilayakkan untuk berdamai dengan Tuhan
Allah. Inilah Imam kita. Dan inilah bagian keempat yang kita lihat.

Selanjutnya, dalam Ibrani 7:24-25 kita melihat bahwa Yesus Kristus
mempunyai pekerjaan lain setelah naik ke surga. Dalam ayat 26,
dikatakan bahwa Yesus Kristus mempunyai tingkatan tertinggi sebagai
pengantara untuk berdoa syafaat bagi setiap kita. Dalam pasal 7 ayat
27-28, serta pasal 9 ayat 27-28 terlihat bahwa Dialah yang menanggung
dosa kita dan yang menjadi pengantara yang berdoa syafaat bagi setiap
orang yang percaya kepada-Nya.

Siapakah Kristus? Dia pemenang, bukan? Siapakah Kristus? Dia pengutus,
bukan? Siapakah Kristus? Dia yang memberikan Roh Kudus kepada kita.
Siapakah Kristus? Dia yang berdoa bagi kita dengan pengertian karena
Ia sendiri pernah datang ke dalam dunia ini. Tidak hanya itu, Yesus
adalah Tuhan yang kembali ke surga untuk menyiapkan tempat bagi kita.

Dalam Injil Yohanes 14:1-4 Yesus berkata, "Aku pergi untuk menyediakan
tempat bagimu. Jikalau Aku tidak pergi tidak ada yang menyediakan
tempat bagimu dan jikalau Aku sudah menyediakan tempat bagimu Aku
pasti akan datang kembali lagi. Di mana Aku ada di sana pun engkau
akan berada."

Adakah penghiburan yang lebih besar dari ini? Tidak ada. Adakah
seorang Juruselamat seperti Kristus? Tidak ada. Dialah satu-satunya
dan Dialah yang paling sempurna di dalam menyediakan segala sesuatu
bagi umat-Nya. "Di jalan itu Aku pergi. Jalan satu-satunya dan engkau
tahu juga."

Pada waktu Filipus bertanya kepada Dia, "Hai Guru, tunjukkan jalan itu
kepada kami," maka Yesus Kristus dengan menggelengkan kepala bertanya,
"Sudah sekian lama engkau mengikut Aku, engkau masih belum tahu di
mana jalan itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: `Akulah jalan,
Akulah kebenaran, dan Akulah hidup.`"

Saya melihat ketiga butir ini sebagai suatu gambaran tentang seluruh
dunia, yaitu di dalam filsafat, kebudayaan agama, dan kebijaksanaan,
yang terkristalisasi di dalam dunia mental manusia.

"Akulah jalan, Akulah kebenaran." Mengapa Yesus mengatakan: "Akulah
jalan"? Karena semua agama mencari jalan. Itulah yang dibutuhkan oleh
orang di Timur. "Akulah kebenaran." Mengapa Yesus menyatakan kebenaran
diidentikkan dengan diri-Nya? Karena manusia di Barat yang mencari
filsafat ingin mengetahui kebenaran dan Yesus mengisi kebutuhan itu.
Pada waktu Yesus mengatakan: "Akulah jalan", Ia sedang menunjukkan
kepada orang Timur yang mau mendapatkan jalan di dalam agama. Ia
berkata, "The way is not there. The way you are seeking is not in
religion, but in Me, in My life."

Yesus telah mengajak dunia Timur dan Barat untuk menerima kesimpulan-
Nya, "Akulah hidup yang tidak ada pada agama-agama, tidak ada pada
filsafat-filsafat dan sistem epistemologi dunia." Semua pendiri agama
akhirnya mati di tengah usahanya mencari jalan. Para filsuf juga
akhirnya mati di tengah usahanya mencari kebenaran. Dan Kristus
akhirnya berkata, "Di manakah jalan itu? Akulah jalan itu. Di manakah
kebenaran itu? Akulah kebenaran itu. Dan Akulah hidup."

Inilah satu-satunya solusi. The only solution, the only answer, for
seeking the truth in way thru philosophy, religion, culture, and human
wisdom concluded only in Jesus Christ, the truth revelation of God in
human form. Puji Tuhan! Dialah pernyataan Allah yang berbentuk
manusia, yang telah menyimpulkan segala sesuatu yang sedang digumuli
dan dicari agama maupun filsafat.

Paul Tillich, seorang teolog besar mengatakan, munculnya Yesus di
dalam sejarah harus menghentikan usaha semua agama dalam mencari apa
pun yang paling berharga yang mereka inginkan. The revelation of
Christ, the appearance of Christ in history is to cease off the effort
of seeking truth and way in religions. Puji Tuhan!

"Akulah jalan. Dan jalan itu bukan dari sini ke sana melainkan dari
sana ke sini. Akulah yang menghampiri manusia."

Manusia tidak akan pernah dapat menghampiri takhta Allah dengan usaha
dan kekuatannya sendiri. Allah yang suci dan kekal tidak akan dapat
dijangkau oleh manusia yang berdosa dan terbatas. Bagaimana mungkin
sesuatu yang terbatas, yang dicipta, yang bisa rusak dapat menghampiri
Tuhan yang tak terbatas dan kekal? Hal ini hanya mungkin bila Allah,
dari takhta yang tidak terbatas, yang kekal, yang tidak bisa rusak,
rela turun, lalu pergi kembali untuk menjadi jaminan kita.

Kalau agama-agama lain hanyalah one way traffic in human effort, jalan
yang hanya satu arah dari usaha manusia, kekristenan percaya kepada
suatu sistem keselamatan berupa two way traffic which initiative from
God and assured in the term of God. Kita percaya pada sistem dua
jalur, dari sana telah ke sini, yang membawa kita dari sini ke sana,
yang dijamin di dalam segala kekuatan yang kekal di dalam takhta
Tuhan. Puji Tuhan!

"Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Aku pergi untuk
mempersiapkan segala sesuatu bagimu dan Aku akan datang kembali untuk
menyambut engkau sebagai seorang mempelai lelaki yang akan menyambut
mempelai perempuan." Gereja harus siap sedia. Gereja harus senantiasa
mempersiapkan diri dengan tidak menodai, tidak mencemari tubuh
Kristus. Gereja harus bersiap untuk menjadi mempelai perempuan Kristus
yang akan bersatu di dalam cinta kasih yang paling inti yang
digambarkan dalam hubungan suami isteri.

Ia yang akan datang kembali telah menyediakan tempat bagi kita. Ia
berkata, "Di mana Aku berada, di situ engkau berada."

Bagian terakhir ialah Kisah Para Rasul 1:9-11. "Hai orang Galilea,
mengapa engkau melihat seperti ini? Ingatlah, Yesus yang kau lihat
diangkat ke surga, akan datang dengan cara yang sama, kembali ke dalam
dunia ini."

Seluruh Kitab Suci mempunyai suatu konsistensi, mempunyai suatu
hubungan organis yang begitu erat, sehingga tidak bisa dipisah-
pisahkan sembarangan, kecuali oleh mereka yang sengaja atau mereka
yang tidak mengerti. Di dalamnya kita melihat rencana Allah yang sudah
terbentuk begitu sempurna. Yesus Kristus naik ke surga bukan karena Ia
melarikan diri. Ia tidak menyembunyikan diri. Ia pergi dengan tugas.
Ia pergi dengan rencana Allah yang sudah ditetapkan dan itu bukan
titik yang terakhir. Itu merupakan suatu janji bahwa suatu hari kelak
Ia akan datang kembali dengan cara yang sama, kembali ke dalam dunia.

Saya membayangkan orang-orang Galilea seperti Petrus dan Yohanes yang
sudah terbiasa didampingi oleh Yesus, yang bila ada kesulitan langsung
beralih kepada Yesus dan bertanya, "Bagaimanakah Tuhan? Bagaimanakah
cara-Mu menangani kesulitan ini, Guru?" Mereka sudah terbiasa
disertai, ditolong, dan berada bersama dengan Yesus Kristus. Sekarang,
untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka sadar bahwa Yesus tidak
selamanya berada di samping mereka. Yesus harus pergi dan mereka harus
menghadapi dunia secara faktual, menghadapi dunia ini dengan segala
sesuatu yang tidak terlalu bersahabat dengan orang Kristen. "Akan
bagaimana perlakuan Herodes terhadap kita? Akan bagaimana Pilatus
terhadap kita? Dan bagaimana prinsip Kaisar dan politikus-politikus
Romawi? Dan jika berganti gubernur yang lain, akan bagaimana? Kami
tidak tahu."

Mereka hanya tahu Yesus pergi. "Lalu, hanya mimpikah 3 1/2 tahun yang
lampau itu? Janji kosongkah itu? Hanya menjadi catatan sejarahkah itu
semua? Ataukah kedatangan-Nya itu suatu kesempatan yang belum pernah
ada dalam sejarah sehingga kami dapat menikmatinya? Kalau Tuhan sudah
pernah turun, kenapa pergi lagi? Kalau Dia sudah menyertai, kenapa
naik lagi? Setelah naik lalu bagaimana?"

Kenaikan Yesus Kristus memaksa mereka untuk memikirkan
pertangungjawaban iman dan respon mereka terhadap kalimat nubuat yang
pernah diucapkan Yesus. Mereka harus memberikan semacam tantangan
kepada setiap orang percaya. Mereka harus mempertanggungjawabkan
tentang bagaimana meresponi, mengimani, dan mengaplikasikan setiap
kalimat nubuat yang pernah diucapkan Yesus saat Ia ada di dunia.

Kadang-kadang saat papa dan mama ada kita tidak menghargai mereka.
Saat Tuhan memanggil mereka pulang, barulah kita sadar dan kalang
kabut. Sekarang kita harus menghadapi kenyataan bagaimana hidup di
dalam dunia ini. Baru kita ditantang untuk berpikir kembali, "Apa yang
pernah papa katakan dulu kalau menghadapi orang yang begini?" Sekarang
kita mulai mengingat-ingat. Sama persis dengan keadaan sewaktu Yesus
naik ke surga.

Waktu naik ke surga Yesus berkata, "Aku akan mengirim Roh Kudus untuk
kembali mengingatkan perkataan-perkataan yang sudah pernah Aku katakan
kepadamu."

Itu sebabnya kita ditantang untuk berespon, bertanggung jawab, dan
berdikari. Gereja ditantang untuk menjadi wakil Tuhan di dunia dengan
memuliakan Tuhan, merefleksikan segala moral kesucian, keadilan, cinta
kasih Allah dari zaman ke zaman. Inilah tugas gereja.

"Hai orang Galilea, untuk apa melihat terus ke awan? Mengapa melihat
terus ke langit? Yesus yang pernah beserta denganmu, yang pernah kau
saksikan pelayanan-Nya, sekarang sudah naik ke surga dan akan datang
kembali."

Setelah membaca enam bagian Kitab Suci yang begitu penting ini, dan
jikalau kita sungguh-sungguh menunggu dan mengharapkan Yesus Kristus
datang kembali, maka ada dua hal penting yang harus kita kerjakan.

Pertama, kita harus mengabarkan Injil kepada sesama. Tidak ada jalan
lain. Ini merupakan keikhlasan orang yang menantikan kedatangan Yesus
Kristus. Jikalau Injil ini dikabarkan ke seluruh dunia, maka hari itu
akan tiba. Berarti sebelum Injil dikabarkan kepada segala bangsa,
segala suku, segala sudut, Kristus tidak akan kembali.

Saya betul-betul salut, sedalam-dalamnya dari dalam hati saya, kepada
orang-orang di Wiclyffe Bible Translation Association. Mereka berada
di lembaga Alkitab yang khusus menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-
bahasa yang terpencil di daerah-daerah yang dilupakan oleh manusia.
Mereka pergi ke tempat yang begitu terpelosok, begitu dalam, begitu
sulit dicapai. Saya salut melihat mereka.

Saya berdoa dan mengajak kita semua supaya menjadikan gereja kita
sebagai gereja yang mau mendukung penginjilan, gereja yang
menghasilkan penginjil, gereja yang mengerti makna Injil, dan gereja
yang mau melibatkan diri ke dalam penginjilan misi seluruh dunia. Bila
kita menunggu kedatangan-Nya dengan hati yang sungguh-sungguh ikhlas
haruslah kita tunjukkan dengan menunjang dan melibatkan diri ke dalam
penginjilan.

"Hai orang-orang Galilea, mengapa melihat seperti ini? Mengapa terus
menengadah ke langit? Memang Yesus sudah naik, tapi tugasmu bukan
memandang Dia, tetapi pergi ke dunia mengabarkan Injil!"

Kedua, orang yang sungguh-sungguh menanti kedatangan Yesus Kristus
adalah orang yang menjaga hidup di dalam kesucian. Hidup di dalam
kesucian berarti kita terus memelihara diri kita supaya pada waktu Ia
datang kembali kita sudah siap, boleh menerima dan diterima oleh-Nya.
Barangsiapa yang menaruh pengharapan seperti ini kepada-Nya, biarlah
ia membersihkan dirinya! Ini adalah perintah dari Yohanes di dalam
1Yohanes 3. Barangsiapa yang menaruh pengharapan kepada kedatangan
Kristus biarlah ia menjaga dirinya, memelihara kesucian dan menunggu
di dalam doa akan kedatangan Yesus Kristus.

Terakhir kita akan melihat ayat terakhir dari seluruh Kitab Suci,
yaitu dalam Wahyu 22:20-21. Ayat terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama, diakhiri dengan kutukan. Ayat terakhir dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru, diakhiri dengan berkat.

Siapakah Ia, yang dalam ayat 20 berfirman dan memberi kesaksian
tentang semuanya? Jadi, Yesus Kristus berkata, "Ya, Aku datang segera.
Aku akan datang kembali secepat mungkin." "Amin. Datanglah Tuhan
Yesus." Atau terjemahan lain: "Oh Yesus, aku mengharapkan Engkau
datang!" Yesus berkata, "Ya, Aku datang segera." Gereja menjawab,
"Amin. Kami menunggu kedatangan-Mu."

Dengan mengingat kenaikan-Nya ke surga, kita kembali menyadari bahwa
Ialah pemenang, pemberi Roh Kudus, sekaligus pendoa syafaat yang
mengerti kesengsaraan kita. Ia pula yang menyediakan tempat di surga
yang akan datang kembali bagi kita. Kita pun bersedia menanti
kedatangan Tuhan kedua kalinya. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-
masing di dalam hidup kita sebagai orang Kristen di dunia.(EL)


======================================================================

Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah: Momentum, 40, Triwulan II/1999
Penulis      : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit     : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Halaman      : 3 - 13

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org