Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/70

e-Reformed edisi 70 (2-2-2006)

Firman Menjadi Daging (2)

Dear e-Reformed Netters,

Berikut ini adalah lanjutan dari artikel bulan lalu. Semoga menjadi
berkat. Selamat menyimak.

In Christ,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >

======================================================================

                      FIRMAN MENJADI DAGING (2)
                      ========================

SUMBER YANG TEPAT UNTUK MENGHADAPI PERGUMULAN

Apa yang telah diberikan Firman kepada kita sehingga kita dapat
berbicara dengan standar Allah dan menurut rancangan-Nya? Dalam doa
singkat di Efesus (1:15-23), Paulus memakai empat kata yang dinamis
untuk menyatakan sumber-sumber daya yang menjadi milik kita karena
karya penebusan Kristus.

Kata yang pertama adalah harapan. Di dalam Sang Firman kita menemukan
harapan bagi perkataan kita. Harapan ini bukan keinginan dalam mimpi
atau pengharapan yang tidak berdasar. Tidak, harapan yang alkitabiah
tidak kurang dari suatu pengharapan penuh keyakinan akan hasil yang
pasti. Di dalam Dia kita dapat menang dalam perang dengan kata-kata.
Kita tidak perlu berkompromi dengan komunikasi yang penuh dengan
kegetiran, kemarahan, perusakan, dan usaha memecah belah. Kita boleh
memiliki standar yang tinggi dan menentukan target yang tinggi, bukan
karena siapa kita ini, tetapi karena apa yang telah Dia lakukan. Oleh
karena itu, kita menolak status quo, kita menolak membiarkan kesinisan
yang ditimbulkan oleh keputusasaan merambat dan menyebabkan kita
menyerah di dalam pergumulan. Tidak, kita hidup dan berbicara dengan
iman dan keberanian, kita percaya bahwa sesuatu yang lebih baik dapat
dicapai karena apa yang telah Dia lakukan.

Sebagai istri, Anda tidak boleh membiarkan diri Anda percaya bahwa
komunikasi di dalam pernikahan Anda tidak akan pernah membaik. Dalam
Sang Firman ada harapan. Sebagai suami, Anda tidak boleh menyerah pada
kemarahan Anda dan kata-kata yang dicetuskan oleh kemarahan itu. Ada
harapan. Sebagai seorang teman, Anda tidak boleh menolak berbicara di
saat Anda terluka, dengan mengira itu tidak apa-apa. Ada harapan.
Sebagai orang tua, Anda harus percaya bahwa Anda dapat melayani anak-
anak Anda sekalipun Anda sendiri terluka dan terkuras, karena Sang
Firman telah datang, dan bersama-Nya juga, ada harapan. Pembaca,
tanyakanlah pada diri Anda, "Apakah komunikasi saya mengalir dari
keyakinan saya akan karya Firman yang memberikan sumber kekuatan?"

Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara dengan sikap saleh
ketika anak remaja yang membangkang menolak kita? Apa yang menjadi
harapan kita untuk berbicara seperti yang dirancang oleh Allah kepada
suami yang menjauh, istri yang kritis, teman Kristen yang getir, atau
tetangga yang suka bertengkar? Dari mana kita mendapatkan kekuatan
untuk berbicara dengan benar kepada majikan yang keras, penuntut, dan
tidak berterima kasih, atau kepada anak-anak yang mementingkan diri
sendiri dan terus mengeluh? Harapan apa yang kita miliki untuk
komunikasi yang utuh ketika kita memulai pembicaraan yang sulit dalam
keadaan lelah dan patah semangat? Apa yang akan kita lakukan ketika
kita bergumul dengan kegetiran kita sendiri, ketika kita marah, atau
bergumul dengan keinginan mengikuti jalan kita sendiri? Apa yang akan
menolong kita ketika tuduhan kepada kita tidak benar, ketika kita
merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan, atau kebaikan kita dianggap
sudah menjadi kewajiban kita? Apa yang menjadi harapan kita untuk
berbicara dengan cara yang menunjukkan karya Allah dalam diri kita dan
bukannya menurut keinginan dari sifat dosa kita? Harapan kita satu-
satunya adalah Sang Firman. Karya-Nya bagi kita mengubah sama sekali
cara yang dapat kita pakai untuk menanggapi pergumulan kata-kata kita.

Anda mengetahui bagaimana cara kerjanya. Kebanyakan dari komunikasi
kita sehari-hari tidak ditata atau ditulis. Kita terus-menerus hanyut
ke dalam saat-saat yang bukan merupakan bagian dari agenda kita untuk
hari itu.

Misalnya anak laki-laki saya datang kepada saya pada Kamis malam jam
10:30 dan berkata, "Papa, saya harus menyerahkan tugas pelajaran sains
besok dan ada beberapa hal yang saya butuhkan." Ingat, dia telah
mendapat tugas ini selama berminggu-minggu! Sambil mencoba menjaga
ketenangan, saya menanyakan apa yang dia butuhkan. "Oh, saya
memerlukan sedikit papan untuk poster," dia mengatakan dengan ragu-
ragu. "Itu masih lumayan," saya berpikir. "Kita dapat menyatukan
karton-karton yang ada di rumah." "Ada lagi?" saya bertanya. Dia
berkata, "Oh, mungkin saya perlu beberapa spidol." Saya dapat
merasakan tingkat kemarahan saya meningkat, tetapi saya berdalih bahwa
kita mungkin dapat menuangkan air ke dalam beberapa spidol kering yang
ada di rumah untuk menyelesaikan satu proyek lagi. Sekali lagi saya
bertanya, "Ada lagi yang lain?" Dengan suara yang ketakutan dia
berkata, "Dua belas anak ayam." Saya tidak dapat mempercayai apa yang
saya dengar! Saya merasakan wajah saya merah padam. "Tentu saja, saya
akan pergi ke toko ayam 24 jam dan membeli selusin yang segar!"

Dalam sekejap mata perang ini berkecamuk -- bukan, bukan antara anak
laki-laki saya dan saya, tetapi di dalam hati saya. Saya marah dan
frustrasi. Saya sudah lelah dengan ranjau-ranjau kesulitan yang tidak
terduga. Dengan menghantamnya dengan kata-kata, saya dapat dengan
berkuasa membuat kedudukan menjadi seri. Saya ingin mengatakan
kepadanya betapa bodohnya dia dan bahwa dia gila kalau dia pikir saya
akan membantunya. Saya ingin mengatakan kepadanya bahwa di zaman saya,
saya tidak pernah menunda-nunda tugas. Banyak sekali yang ingin saya
katakan, dan pada saat itu, sebaiknya saya mempunyai harapan yang
memampukan saya untuk melawan semua yang ingin saya lakukan secara
naluriah!

Jika perang berkecamuk di dalam hati kita pada momen-momen kecil dan
biasa, betapa hebatnya perang ini akan hadir pada momen-momen yang
menyakitkan dalam pernikahan, momen-momen yang mengecewakan sebagai
orang tua, dan kegagalan yang mengecewakan di dalam tubuh Kristus!
Kebanyakan dari momen-momen ini tidak dapat dihindarkan, tetapi Anda
akan menghadapinya dengan cara yang sama sekali berbeda jika Anda
percaya bahwa karena karya Firman, ada harapan bagi kita. Tiga kata
berikut yang dipakai Paulus untuk melukiskan harapan itu.

SEGALA SESUATU YANG KITA PERLUKAN

Kata kedua yang dipakai Paulus dalam Efesus 1:15-23 untuk menunjukkan
manfaat dari karya Sang Firman pada saat ini adalah kekayaan. Paulus
mengatakan tentang "betapa kayanya kemuliaan di dalam Kristus". Apa
yang dia sampaikan di sini? Petrus menangkapnya dengan baik ketika dia
mengatakan bahwa "kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita
segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2Petrus 1:3).
Bukan hanya banyak, melainkan segala sesuatu yang berguna. Perhatikan
kata-kata itu di sini. Kata kerja di dalam ayat Alkitab ini ("telah
menganugerahkan") memakai bentuk waktu perfektif, yang menunjukkan
suatu tindakan di masa lalu dengan akibat yang terus berlangsung
hingga ke masa yang akan datang. Artinya, Kristus telah memasukkan
segala sesuatu yang saya perlukan ke dalam perbendaharaan saya.
Mungkin Anda bertanya, "Untuk apa?" Petrus mengatakan, "Untuk hidup
yang saleh." Kepada saya telah dianugerahkan bukan hanya segala
sesuatu yang saya perlukan untuk hidup yang kekal, melainkan juga
segala sesuatu yang saya perlukan untuk menjalankan kehidupan yang
saleh sejak saya diselamatkan sampai Allah membawa saya pulang kepada
Dia!

Biarlah kuasa dari kata-kata ini diserap. Tuhan tidak akan pernah
membiarkan Anda di dalam suatu keadaan tanpa memberikan semua yang
Anda butuhkan untuk melaksanakan panggilan-Nya bagi Anda.

Misalnya, Anda adalah seorang istri yang berada dalam pembicaraan yang
sangat sulit dengan suami Anda. Untuk saat seperti ini sudah ada
kekayaan di dalam perbendaharaan Anda. Mungkin Anda adalah pekerja
yang bergumul menghadapi majikan yang sangat kritis. Segala sesuatu
yang Anda butuhkan untuk berbicara dengan saleh telah diberikan.
Sebagai orang tua, Anda menghadapi satu hari lagi dimana anak remaja
Anda membangkang dan tidak hormat. Tuhan telah memberikan semua
kekayaan yang Anda perlukan untuk melewati luka dan kemarahan Anda
sendiri, serta untuk berfungsi sebagai alat-Nya. Firman telah datang
dan di dalam tangan-Nya ada kekayaan yang mulia. Karunia-Nya adalah
satu-satunya alat yang dapat menjinakkan lidah manusia!

Hal ketiga di dalam daftar sumber daya yang diberikan Paulus adalah
kuasa. Paulus mengatakan, "Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang
percaya" (Efesus 1:19). Karena karya Sang Firman, kita mempunyai kuasa
untuk menang dari perang yang menjadi penyebab pergumulan kita dengan
kata-kata. Kita tidak bergumul dalam komunikasi hanya karena kita
kekurangan ketrampilan atau kata-kata. Masalah kita adalah
ketidakberdayaan. Masalah kita adalah ketidakmampuan. Itulah sebabnya
Yakobus mengajukan pertanyaan retorika, siapa yang dapat menjinakkan
lidah? Jawaban Alkitab yang terbaik untuk pertanyaan ini adalah tidak
seorang pun di dunia ini yang mampu! Tetapi Kristus telah datang,
dengan menunjukkan kuasa-Nya dalam pelayanan-Nya, menjalankan kuasa-
Nya terhadap kejahatan di atas salib, dan memberkati umat-Nya dengan
kuasa di dalam pribadi Roh Kudus yang berdiam di dalam mereka. Paulus
mengatakan bahwa Allah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak
daripada yang kita doakan atau pikirkan, sedang bekerja dengan kuasa-
Nya di dalam kita (lihat Efesus 3:20).

Perhatikan ini sebentar. Allah tidak mengeluarkan serangkaian perintah
agung dan tinggi, kemudian duduk bersandar untuk melihat apakah kita
mentaatinya. Tidak, Dia memahami bahwa dosa kita telah membuat kita
tidak berdaya, dan bahwa kita tidak akan mengetahui apa yang kita
perlu ketahui dan tidak dapat melakukan apa yang perlu kita lakukan
tanpa Dia. Oleh sebab itu Dia telah membebaskan kita dan masuk ke
dalam diri kita dengan Roh-Nya. Kuasa-Nya yang tidak terbayangkan ada
di dalam kita! Dan bukan hanya di dalam, kuasa-Nya sedang bekerja!
Paulus mengatakan bahwa kita telah diberikan kuasa yang hanya dapat
dibandingkan dengan kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari
kematian.

Ini mengubah segala sesuatu. Sang Firman telah menjadikan kita tempat
tinggal-Nya sehingga kita mempunyai kuasa untuk berbicara seperti yang
telah dirancang-Nya. Di dalam Dia apa yang tidak mungkin menjadi
mungkin. Perang dapat dimenangkan. Lidah dapat dijinakkan sehingga
bukan lagi menjadi alat kejahatan, melainkan penghasil kebaikan.

Apa yang membuat buku ini berbeda dari buku komunikasi yang lain
bukanlah besarnya perbendaharaan hikmat dan pengalaman dari penulis
buku. Tetapi hanya satu: Injil. Injil mengubah sama sekali cara kita
memahami dan melakukan perang dengan kata-kata yang merupakan bagian
terbesar dari pegumulan manusia.

Injil menghindarkan kita dari model komunikasi kekuatan independen
yang mengasumsikan bahwa masalah kita dapat diselesaikan dengan
pemahaman dan ketrampilan yang benar. Injil memaksa kita untuk
menghadapi ketidakmampuan kita. Injil juga menghindarkan kita dari
model komunikasi lemah dan tidak mampu yang membuat kita melihat
target Tuhan dan mengatakan, "Kalau saja kita sanggup!" Di dalam
Kristus kita merangkul ketidakmampuan dan kemampuan. Firman datang dan
memenuhi kita dengan kuasa-Nya karena kita begitu lemah. Tetapi di
dalam Kristus, kita yang dulunya tidak sanggup berdiri, sekarang
sanggup berdiri!

Terapkan ini ke dalam dunia pembicaraan Anda. Kuasa telah diberikan.
Ia tinggal di dalam Anda oleh Roh dan menjangkau sampai kelemahan
komunikasi Anda yang terdalam. Hai, istri, Anda menyangkal Injil jika
Anda melihat suami Anda lalu berkata kepada diri Anda sendiri, "Untuk
apa lagi? Dia tidak dapat berubah." Hai, suami, Anda menyangkal Injil
dengan membela diri dan merasa benar sendiri ketika istri Anda mencoba
berbicara kepada Anda tentang dosa di dalam percakapan Anda. Hai,
orang tua, Anda menyangkal Injil ketika Anda membiarkan komunikasi
Anda dengan anak Anda dikuasai oleh emosi dan keinginan yang tidak
terkendalikan. Karena Firman telah datang dan telah memberikan kepada
kita kuasa-Nya, kita dapat melangkah maju dengan penuh keberanian,
percaya bahwa kita akan berkembang dalam dunia pembicaraan kita.

Karena kehadiran Roh Allah yang tinggal di dalam kita, ada harapan
bahwa lidah dapat melakukan kebaikan yang telah ditentukan Allah.
Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa kita terlalu lemah ("Kalau saja
saya lebih beriman" atau "Kalau saja saya sedikit lebih berani atau
"Kalau saja saya dapat memikirkan hal yang tepat untuk dikatakan").
Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menyalahkan kepribadian
kita ("Saya orangnya terbuka" atau "Saya sangat pemalu" atau "Maaf,
saya bukan orang yang mudah bangun pagi"). Tidak seorang pun dari kita
yang dapat menyalahkan masa lalu kita ("Saya tidak pernah diberikan
contoh komunikasi yang baik" atau "Saya selalu diajarkan untuk
melawan" atau "Orang tua saya tidak pernah sungguh-sungguh memakai
waktu untuk mengajar kami"). Tidak seorang pun dari kita yang boleh
menyalahkan orang-orang di sekeliling kita ("Kalau saja saya mempunyai
anak-anak yang lebih penurut" atau "Kalau saja suami saya lebih
mengasihi dan lebih perhatian, maka saya akan ..." atau "Kalau saja
istriku tidak selalu mengkritik saya" atau "Kalau saja majikan saya
lebih menghargai apa yang saya lakukan bagi dia setiap hari"). Tidak
seorang pun di antara kita yang boleh menyalahkan situasi kita
sekarang ini ("Kalau saja saya mempunyai lebih banyak waktu" atau
"Kalau saja pekerjaan saya tidak begitu banyak menuntut saya").

Benar, kita hidup dengan orang berdosa, jadwal kita padat, banyak di
antara kita dibesarkan di lingkungan yang negatif, dan kita semua
telah diberikan kepribadian yang berbeda yang membantu dan menghambat
kita dalam berbagai cara. Tetapi ini yang penting: Allah telah
memberikan kita Roh-Nya, bukan sekalipun, melainkan oleh karena
kenyataan ini. Roh Kudus diberikan agar kita dapat melakukan kehendak
Allah sekalipun kita adalah orang berdosa di dunia yang berdosa,
sehingga hidup dan kuasa-Nya dapat menutupi semua akibat dosa kita
sendiri dan dosa orang lain terhadap kita, sehingga kita benar-benar
dapat melakukan kehendak Allah! Kuasa-Nya tidaklah jauh atau terlelap,
tetapi sedang bekerja di dalam kita! Kita dapat berbicara menurut
standar Allah dan menurut rancangan-Nya karena Dia hidup di dalam kita
dengan kuasa yang aktif.

PEMERINTAHAN KRISTUS YANG PERSONAL DAN YANG MENEBUS

Kata terakhir yang merangkum sumber daya yang telah dikaruniakan
kepada kita di dalam Kristus adalah kendali. Paulus mengatakan bahwa
Kristus adalah "Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-
Nya" (Efesus 1:22-23). Tidak ada situasi yang akan kita hadapi yang
tidak dikendalikan oleh Kristus. Kehidupan kita tidak berada di luar
kendali. Kristus secara hati-hati mengaturnya demi kebaikan kita dan
kemuliaan-Nya.

Konsep tentang pengepalaan dan kendali Kristus secara tepat masuk ke
dalam komunikasi kita yang paling bermasalah. Sering kata-kata kita
menunjukkan suatu usaha untuk mengendalikan segala sesuatu demi
kepentingan kita. Kita didorong oleh suatu perasaan pribadi tentang
apa yang kita inginkan atau apa yang kita anggap baik, sehingga kita
berbicara dengan cara yang menjamin bahwa kita akan mendapatkannya.
Kita membela diri, menuduh, menimbulkan rasa bersalah, memanipulasi,
merasionalisasi, bertengkar, mendesak, memohon, atau mengancam,
semuanya dengan tujuan mengendalikan seseorang atau suatu situasi.

Adakalanya kita melakukannya karena rasa takut. Rasanya sungguh
seolah-olah kehidupan kita sedang berguling di luar kendali kita.
Memang kelihatannya orang-orang di sekeliling kita sedang menghambat
apa yang kelihatannya paling baik. Kelihatannya tepat bagi kita untuk
mengambil kendali, kalau tidak, apa yang akan terjadi? Tetapi
pembicaraan yang didorong rasa takut melupakan salah satu janji paling
berharga dari Injil: bahwa Kristus sekarang ini, pada saat ini, sedang
mengendalikan segala sesuatu bagi kebaikan kita secara khusus sebagai
anak-anak Allah. Mungkin saya tidak selalu melihat tangan-Nya dan saya
tidak selalu melihat kebaikan yang Dia lakukan, tetapi Dia tetap aktif
dan memegang kendali. Komunikasi yang mencoba untuk mencari keamanan
pribadi dengan mengambil kendali telah melupakan salah satu karunia
paling manis dari Firman, yaitu kendali Allah atas segala sesuatu bagi
anak-anak-Nya.

Cara lain untuk mengatakan hal ini adalah bahwa kata-kata kita sering
menunjukkan bahwa kita tidak begitu percaya kepada Tuhan karena kita
mencoba menjadi Dia. Kita mencoba melakukan dengan kata-kata kita apa
yang hanya dapat dilakukan-Nya.

Sebagai contoh, seorang ayah tidak seharusnya begitu takut pada apa
yang akan terjadi pada anaknya sampai-sampai dia mencoba melakukan
dengan kata-katanya apa yang hanya dapat dilakukan Allah dengan
anugerah-Nya, "Kalau ini adalah hal terakhir yang akan saya lakukan,
saya akan membuat kamu, menghormati saya" (ancaman). "Pikirkan semua
kerja keras kami, pikirkan semua uang yang kami keluarkan, pikirkan
semua waktu yang kami tanamkan -- apakah ini ucapan terima kasih yang
kami dapatkan?" (rasa bersalah). "Ingat mobil yang kamu minta untuk
ulang tahunmu? Kalau kamu ____, kita tidak tahu -- mungkin kamu akan
memegang kuncinya" (manipulasi). Dalam masing-masing contoh, pembicara
mencoba memutar hati anaknya dengan sejenis alat verbal.

Tetapi usaha untuk mengendalikan dengan kata-kata tidak selalu muncul
dari rasa takut. Usaha ini sering juga timbul dari keangkuhan. Sebagai
orang berdosa, kita cenderung mementingkan diri sendiri. Kita
cenderung bergumul dengan rasa puas diri dan memasuki setiap keadaan
penuh dengan keinginan kita sendiri.

Ketika saya bangun pagi, sering sekali orang pertama yang saya
pikirkan adalah saya! Saya sudah dipenuhi dengan keinginan saya
sendiri, membayangkan di dalam pikiran saya seperti apa hari itu
jadinya. Ketika saya duduk di kantor dan telepon berbunyi, saya sering
berpikir, "Apa lagi?" karena takut kalau-kalau seseorang akan
mengganggu rencana saya. Ketika saya pulang sambil mengemudikan mobil
di malam hari, saya sering memimpikan seperti apa malam itu,
mengkuatirkan bencana apa yang akan dibawa orang lain ke dalam rumah
yang akan merusak mimpi saya. Kata-kata kita sering menunjukkan betapa
kita berfokus pada diri sendiri dan betapa inginnya kita mendapatkan
apa yang kita inginkan dari orang lain.

"Tidak dapatkah saya menikmati kedamaian satu malam saja!" teriak
seorang ayah kepada anaknya yang datang meminta bantuannya untuk
proyek yang perlu waktu semalam suntuk. "Saya rasa kamu tidak sungguh-
sungguh mencintai saya!" kata seorang istri kepada suaminya yang
keluar dengan bergegas karena sudah terlambat dan sekarang menjadi
marah dan frustrasi pula. Kata-kata si istri terfokus pada diri
sendiri, dikatakan pada waktu yang tidak tepat, dan tidak mempedulikan
kebutuhan suaminya. "Kalau saya tidak tinggal di sini, separuh dari
persoalan saya akan selesai!" gerutu seorang remaja yang ditegur
karena sikapnya yang buruk. Karena didorong oleh keinginannya, dia
balik menyerang orang tuanya yang kelihatan selalu menghambatnya.

Injil membahas pergumulan ini juga. Kristus memanggil kita untuk suatu
agenda yang lebih tinggi daripada kesenangan kita sendiri. Kristus
mengendalikan segala sesuatu bagi kita, tetapi pengendalian-Nya bukan
dilakukan demi kesenangan kita. Kita dipanggil untuk mentaati Kristus
agar kita menjadi kudus dan supaya kekudusan kita memberikan kemuliaan
kepada-Nya.

Sang Firman telah datang dan telah membawa ke dalam dunia kita
pengendalian yang mulia, menyeluruh, setia, dan menebus. Pembicaraan
kita harus bersumber pada kedamaian yang kita temukan di dalam
pengendalian-Nya.

Sumber daya yang tersedia dalam Kristus merupakan satu-satunya harapan
kita agar kata-kata kita dapat diucapkan sesuai dengan standar-Nya dan
menurut rancangan-Nya. Di dalam Firman kita menemukan harapan ketika
segala sesuatu sepertinya tidak ada harapan, kita menemukan kekayaan
ketika kita merasa miskin, kita menemukan kuasa ketika kita melihat
kelemahan kita, dan kita menemukan pengendalian ketika segala sesuatu
di sekeliling kita kelihatannya di luar kendali.

INJIL DAN PEMBICARAAN ANDA

Pembicaraan yang utuh dari tubuh Kristus di rumah, gereja, atau tempat
kerja berakar pada kenyataan Injil yang mulia. Firman telah datang dan
membawa beserta-Nya segala sesuatu yang kita butuhkan untuk melalui
kehidupan dengan pembicaraan yang saleh. Karena Dia telah datang, kita
dapat mempunyai harapan bahwa kata-kata kita akan mengikuti pola dari
Sang Pembicara Agung dan bukan mengikuti si Pendusta Besar itu. Firman
telah datang untuk membebaskan kita dari kerusakan besar yang
ditimbulkan kejatuhan, dimana karunia komunikasi yang luar biasa
menjadi dunia kesusahan yang mengerikan. Kristus telah datang untuk
menjinakkan apa yang tidak akan pernah dijinakkan manusia. Dia telah
datang untuk memakai apa yang kelihatannya tidak dapat dipakai bagi
tujuan-Nya. Dia telah datang untuk memberikan kepada kita kekayaan
yang mulia dan kuasa yang tidak terimbangi sehingga lidah kita dapat
dipakai sebagai alat kebenaran-Nya. Dunia pembicaraan kita tidak perlu
menjadi dunia kesulitan karena satu alasan yang andal ini: Firman
telah datang.

PENDALAMAN DAN PENERAPAN PRIBADI: KRISTUS DAN PEMBICARAAN ANDA

Ujilah pembicaraan Anda dengan orang lain minggu ini. Apakah
pembicaraan Anda dibangun di atas fondasi kokoh yang telah Kristus
dirikan bagi kita? Contohnya:

1. Apakah Anda dengan rendah hati mengakui ketidakmampuan Anda dan
   memohon pertolongan Tuhan sebelum tiba waktunya untuk melakukan
   komunikasi yang penting?
2. Dalam hubungan Anda yang penting, apakah Anda mencoba melakukan
   dengan kata-kata hal yang hanya dapat dilakukan Tuhan dengan
   anugerah dan kuasa-Nya?
3. Apakah Anda menjadi korban keputusasaan sehingga Anda tidak mau
   berbicara ketika kata-kata Anda dibutuhkan atau menyerah pada pola
   pembicaraan yang berdosa?
4. Apakah Anda mau mengakui kelemahan Anda dalam komunikasi, mengenal
   adanya tema yang timbul berulang-ulang, mengaku pada Tuhan dan
   orang-orang yang telah Anda sakiti, dan berkomitmen pada pola
   pembicaraan yang baru? (Semua ini didasarkan pada merangkul janji
   Kristus bahwa kekuatan-Nya disempurnakan di dalam kelemahan kita.)
5. Apakah Anda mampu memikirkan dengan rendah hati apa yang
   ditunjukkan orang lain sebagai dosa dalam pembicaraan Anda? Ataukah
   Anda menyangkal, merasionalisasi, menyerang balik, mencari kambing
   hitam, atau bersenang-senang di dalam kegagalan Anda?
6. Apakah Anda bersyukur kepada Tuhan setiap hari atas karunia-Nya,
   dan harapan yang diberikan sehingga Anda dapat berbicara dengan
   memberkati orang lain dan memuliakan-Nya?

Bacalah Efesus 1:15-23. Mintalah Tuhan untuk membuka mata Anda
terhadap kebaikan yang mulia dari karya Kristus dan harapan yang
diberikan bagi kata-kata Anda. Mintalah agar Dia menunjukkan kepada
Anda di mana perubahan dibutuhkan dan melangkahlah dengan iman.
Terakhir, tinggallah di dalam kenyataan akan apa yang dikatakan
Yohanes tentang Firman itu: "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua
telah menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yohanes 1:16), dan
percaya bahwa aliran anugerah-Nya yang terus menerus mengalir dapat
mengubah dunia pembicaraan Anda secara radikal.

======================================================================

Bahan di atas dikutip dari sumber:
----------------------------------
Judul buku   : War of Words
Penulis      : Paul David Tripp
Penerbit     : Momentum, Surabaya, 2004
Hal          : 53 - 66

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org