|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-reformed/97 |
|
e-Reformed edisi 97 (14-3-2008)
|
|
Dear e-Reformed Netters,
Ada orang-orang dari gereja aliran Reformed yang mengaku menganut
teologi Reformed, tapi pola pikirnya ternyata tidak cocok dengan
teologi Reformed. Ada juga orang-orang bukan dari gereja aliran
Reformed yang mengaku menganut teologi Reformed, tapi ternyata mereka
tidak memahami teologi Reformed secara komprehensif. Tapi (mungkin)
ada juga orang-orang yang merasa tidak menganut teologia Reformed,
tapi justru konsep berpikirnya sejalan dengan teologi Reformed. Jadi,
ternyata ada kebingungan untuk memahami arti sebenarnya teologi
Reformed itu.
Tulisan yang saya kutip dari jurnal Veritas, terbitan SAAT di bawah
ini mudah-mudahan dapat menolong Anda yang sedang merasa mengalami
krisis identitas dalam mengenali aliran teologi "Reformed"-nya.
Artikel ini cukup panjang, karena itu saya membaginya menjadi dua
bagian. Bagian pertama ini adalah untuk edisi Maret sedangkan bagian
kedua akan saya kirim untuk edisi bulan April.
Selamat menyimak.
In Christ,
Yulia
< yulia(a t)in-Christ.net >
---------------------------------------------------------------------
INTRODUKSI PADA IMAN REFORMED
=============================
Oleh: John M. Frame(1)
(Bagian 1)
PENDAHULUAN
Ketika pertama kali saya datang ke Seminari Westminster sebagai
mahasiswa (1961), sebagian besar mahasiswa berlatar belakang Reformed.
Banyak mahasiswanya telah mendapatkan pengajaran di sekolah-sekolah
dan universitas-universitas Calvinistis;(2) bahkan telah mempelajari
katekismus dan pengakuan-pengakuan iman Reformed. Hari ini hal itu
jarang ditemui. Semakin banyak mahasiswa yang datang ke Westminster
berasal dari latar belakang non-Reformed, malahan ada yang baru
mengalami pertobatan. Mereka yang berasal dari latar belakang Reformed
pun tidak selalu mengetahui katekismus mereka dengan baik.
Banyak mahasiswa Westminster ketika baru pertama kali datang bahkan
tidak mengerti dengan jelas posisi doktrin Westminster. Mereka tahu
bahwa Westminster memegang kuat pandangan otoritas Alkitab dan
ineransi; mereka tahu bahwa Westminster berpegang pada doktrin-doktrin
fundamental kekristenan evangelikal. Mereka juga tahu bahwa kami
menjelaskan dan memertahankan doktrin-doktrin ini secara kesarjanaan
yang superior. Namun, kadang-kadang tidak semua menyadari kenyataan
bahwa Westminster adalah sebuah institusi pengakuan iman, yang
menganut tradisi doktrinal historis tertentu, yaitu iman Reformed.
Saya sangat bergembira semua murid ini ada di sini! Saya sangat senang
karena Westminster menarik murid-murid yang berasal jauh di luar
lingkaran pengakuan iman normal kami. Tetapi kehadiran mereka
mengharuskan adanya beberapa pengajaran yang sangat mendasar mengenai
posisi doktrin seminari ini. Memperkenalkan para mahasiswa pada iman
Reformed sedini mungkin di awal karier mereka di seminari merupakan
hal yang esensial. Iman Reformed itu yang memberikan energi dan
mengarahkan semua pengajaran di sini. Murid-murid harus siap untuk
itu. Untuk kepentingan itulah esai ini ditulis.
Saya juga memiliki alasan lain untuk menulis introduksi ini. Ketika
Saudara memulai studi di seminari, Saudara akan melihat bahwa ada
berbagai variasi di dalam tradisi Reformed secara umum. Saudara akan
belajar tentang "hyper-Calvinism", "theonomy", "antinomianism",
"presuppositionalism", "evidentialism", "perspectivalism",
"traditionalism", dan lain-lain. Beraneka ragam nama yang dipakai
untuk menyebut diri kita sendiri dan untuk menyebut orang lain. Bukan
hal yang selalu mudah untuk menentukan siapa yang "Reformed sejati"
dan siapa yang bukan, atau yang lebih penting lagi, siapa yang "benar-
benar alkitabiah". Dalam tulisan ini, paling sedikit, saya ingin
memerlihatkan kepada Saudara di mana saya berpijak dalam tradisi
Reformed dan memberikan sedikit bimbingan serta menolong Saudara untuk
menemukan arah melewati keragaman ini.
Tulisan ini hanyalah suatu "introduksi" kepada iman Reformed, jadi
bukan merupakan suatu analisis yang mendalam. Namun, jelas tetap
bermanfaat untuk mengetahui gambaran sekilas pada saat awal studi
Saudara. Bersama-sama dengan tulisan ini, saya mengharapkan Saudara
membaca Pengakuan Iman Westminster, Larger dan Shorter Catechism,
serta "tiga bentuk kesatuan" dari gereja-gereja Reformed di benua
Eropa: Pengakuan Iman Belgia, Katekismus Heidelberg, serta Kanon-kanon
Dordt. Semua itu merupakan ringkasan yang indah dari posisi doktrin
Reformed, yang disajikan secara utuh, ringkas, dan tepat. Heidelberg
adalah salah satu karya devosional yang agung di sepanjang masa. Saya
juga percaya ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembukaan
ringkasan teologi Reformed karya Cornelius Van Til, "The Defense of
the Faith".(3)
Sebelum saya sampai pada hal-hal doktrinal yang substansif, izinkan
saya untuk mengajukan pertanyaan: "Mengapa kita harus berpegang pada
pengakuan apa pun, selain Alkitab?" Ini merupakan pertanyaan yang
baik. Di dalam hati, saya berharap tidak perlu ada kredo atau ada
denominasi-denominasi yang berpegang pada kredo itu. Denominasi-
denominasi pada tahap tertentu, selalu akibat dari dosa perpecahan.(4)
Saya berharap ketika seseorang bertanya tentang afiliasi religius
saya, dengan sederhana saya dapat berkata, "Kristen." Dan ketika
seseorang menanyakan keyakinan agama saya, saya dapat dengan sederhana
berkata, "Alkitab."
Sayangnya, jawaban-jawaban sederhana seperti itu tidak cukup lagi.
Bermacam-macam orang mengaku Kristen pada hari ini, bahkan mereka yang
percaya Alkitab, namun sebenarnya jauh dari kerajaan Kristus. Di
antaranya kaum liberal, penganut bidat, dan penganut sinkretis zaman
baru. Ketika kita mengunjungi tetangga kita dan mengajaknya ke gereja,
dia berhak untuk mengetahui apa yang kita percayai. Jika Saudara
mengatakan bahwa Saudara adalah seorang Kristen dan percaya Alkitab,
dia berhak untuk bertanya lebih lanjut, "Menurut Saudara, (dan gereja
Saudara) apa yang mereka ajarkan tentang Alkitab?" Itu merupakan
pertanyaan di mana kredo dan pengakuan iman dirancang untuk
menjawabnya. Sebuah kredo hanyalah suatu ringkasan kepercayaan dari
seseorang atau dari sebuah gereja terhadap apa yang diajarkan Alkitab.
Dan tentu saja, tidak ada yang keberatan untuk menulis ringkasan
seperti itu bagi kenyamanan anggota-anggota gereja dan orang-orang
yang membutuhkannya.
Pengakuan iman bukan Kitab Suci, dan mereka tidak seharusnya
diperlakukan sebagai normatif yang tanpa salah dan tertinggi. Tentu
saja, saya percaya bahwa sangat penting bagi sebuah persekutuan gereja
dimungkinkan untuk merevisi pengakuan iman, dan untuk tujuan tersebut,
dimungkinkan juga bagi para jemaat dan para pejabat gereja untuk tidak
sepaham dengan pengakuan iman tersebut sampai batas-batas tertentu.
Kalau tidak, itu berarti pengakuan iman secara praktis dapat
dikatakan, otoritasnya diangkat pada posisi setara dengan Kitab Suci.
Pandangan "ketat" yang menyatakan bahwa para pendeta tidak pernah
diizinkan untuk mengajar sesuatu yang bertentangan dengan rincian yang
ada di dalam kredo harus dilihat sebagai cara untuk melindungi
ortodoksi dari gereja itu. Namun, menurut pandangan saya, pandangan
semacam itu sebenarnya menentang ortodoksi, yaitu menentang otoritas
Alkitab dan kecukupan Alkitab. Dalam pandangan semacam itu, maka Kitab
Suci tidak diberi kebebasan untuk mereformasi gereja sesuai dengan
kehendak Allah.
Namun kredo-kredo itu sendiri sebenarnya sah, bukan hanya bagi gereja-
gereja dan individu-individu, melainkan juga bagi seminari-seminari.
Seminari-seminari perlu juga untuk dapat memberitahukan kepada para
pendukung, para mahasiswa, dan para calon mahasiswa tentang doktrin
macam apa yang diajarkan dalam kurikulum seminari.
Iman Reformed merupakan penemuan yang indah bagi banyak orang Kristen.
Saya mendengar banyak orang menyaksikan bahwa pada saat mereka mulai
mempelajari teologi Reformed, mereka melihat untuk pertama kali bahwa
Alkitab benar-benar dapat dipahami. Dalam bentuk teologi yang lain,
ada banyak eksegesis yang artifisial: pemilahan ayat-ayat yang tidak
bisa dipercaya, merasionalisasi "bagian-bagian yang sukar", memasukkan
skema di luar Kitab Suci atas, teks Alkitab. Teologi Reformed
memperlakukan Kitab Suci secara natural, sebagaimana para penulis
(manusia dan Allah) maksudkan dengan jelas dalam ayat itu. Tentu saja
ada kesulitan-kesulitan di dalam sistem Reformed sebagaimana yang ada
pada lainnya. Tetapi banyak orang, pada saat mereka mulai membaca
Alkitab di bawah pengajaran Reformed, mengalami peningkatan yang besar
dalam pemahaman dan keyakinan. Firman Tuhan berbicara pada mereka
dalam kuasa yang lebih besar dan memberikan mereka suatu motivasi yang
lebih besar pada kekudusan.
Seminari Westminster tidak menuntut mahasiswa mereka untuk memiliki
keyakinan Reformed sewaktu mereka mendaftar atau sewaktu mereka lulus.
Jadi, mereka harus memutuskan sendiri. Tetapi dari pengalaman saya,
terlihat bahwa para mahasiswa Westminster dari latar belakang non-
Reformed yang terbuka pada pendekatan Reformed, pada umumnya mereka
akhirnya memeluk pandangan itu. Sepanjang 35 tahun saya bergabung
dengan Westminster, saya dapat menghitung dengan jari jumlah mahasiswa
yang sepengetahuan saya telah lulus dengan berpegang pada posisi
Arminian. Hal itu bukan disebabkan karena sekolah menekan para
mahasiwa untuk menyetujui posisi doktrinal dari sekolah. Kebanyakan
dari para dosen berusaha untuk menghindari melakukan hal itu. Para
dosen berusaha untuk memberikan kepada mahasiswa kemungkinan sebesar
mungkin untuk mengekspos diri mereka pada teologi Reformed dan untuk
membandingkannya dengan teologi non-Reformed. Pada waktu mereka
selesai mempelajarinya, saya percaya mereka akan bersukacita
sebagaimana halnya dengan kami menerima iman Reformed.
Apakah iman Reformed itu? Berikut ini argumen saya, bahwa: (1) iman
Reformed adalah evangelikal; (2) iman Reformed adalah predestinarian;
dan (3) iman Reformed mengajarkan kovenan ketuhanan Yesus Kristus
secara komprehensif.
IMAN REFORMED ADALAH EVANGELIKAL
Sering kali, sulit bagi orang Kristen Protestan yang percaya pada
Alkitab untuk mengetahui mereka harus menyebut diri mereka apa. Kata
"Kristen" itu sendiri dan pernyataan "orang Kristen yang percaya
Alkitab", bisa juga kabur, bahkan menyesatkan (lihat pembahasan
sebelumnya). "Ortodoksi" memberikan kesan tentang para imam yang
berjanggut. "Konservatif" berbunyi seperti suatu posisi politikus atau
seorang yang temperamental dibanding dengan suatu keyakinan religius.
"Fundamentalis" pada hari ini memiliki konotasi yang tidak
menyenangkan, yaitu dianggap sebagai antiintelektualisme, meskipun
pada masa lampau fundamentalis diaplikasikan pada sarjana-sarjana
Kristen yang sangat agung.
Saya pikir istilah yang paling baik untuk menjelaskan orang Kristen
Protestan yang percaya pada Alkitab adalah istilah "evangelikal",
meskipun istilah itu telah menjadi rancu sepanjang sejarah. Istilah
itu digunakan oleh para reformator Lutheran untuk mengindikasikan
karakter dari gerakan itu, dan sampai sekarang di benua Eropa, kata
"evangelikal" kurang lebih bersinonim dengan "Lutheran". Namun, di
dunia yang berbahasa Inggris, kebanyakan penggunaan istilah
"evangelikal" dikaitkan dengan kebangunan rohani dari "kebangkitan
evangelikal" di abad delapan belas di bawah pengkhotbah John Wesley,
George Whitefield, dan yang lainnya. Teologi Wesley adalah Arminian,
sedangkan teologi Whitefield adalah Calvinis; jadi gerakan evangelikal
itu sendiri memiliki unsur-unsur Arminian dan Calvinistis. Banyak
denominasi-denominasi di dunia yang berbahasa Inggris sangat
dipengaruhi oleh gerakan ini.
Pada abad kesembilan belas, banyak denominasi yang tadinya dipengaruhi
oleh gerakan evangelikal telah menjadi liberal. Bukan merupakan hal
yang aneh untuk mendengar orang liberal seperti Charles Brigg menyebut
dirinya sebagai "evangelikal"; "evangelikal liberal" pada waktu itu
tidak dianggap kontradiksi. Orang masih mendengar istilah itu dalam
referensi pada istilah teologis Inggris, meskipun penggunaannya tidak
konsisten pada poin itu. Tetapi di Amerika, istilah itu sejak Perang
Dunia II telah secara umum dibatasi secara teologi pada posisi
konservatif. Setelah perang itu, sejumlah orang Kristen konservatif
tiba pada konklusi bahwa "fundamentalisme" merupakan suatu konsep yang
negatif dan mereka mengadopsi istilah "Evangelikal" sebagai suatu
deskripsi yang menjelaskan dirinya sendiri, kebalikan dari penggunaan
pada abad kedelapan belas. Di antara mereka adalah Carl F. H. Henry,
Harold John Ockenga, dan J. Howard Pew penganut teologi Calvinistis;
yang lainnya bukan penganut teologi Calvinistis. Jadi, "Evangelikal"
menjadi sebuah payung yang menaungi orang-orang Kristen Reformed dan
non-Reformed, yang menganut pandangan yang tinggi terhadap Kitab Suci
dan penganut dari "iman yang fundamental".
Tidak semua orang Reformed telah bersedia untuk menerima sebutan
"Evangelikal". Di satu sisi, orang Reformed kadang-kadang ada yang
tidak menyetujui kebangunan rohani, meskipun sebagian pengkhotbah
kebangunan rohani seperti Whitefield adalah Reformed. Jadi, sebagian
orang Reformed telah enggan untuk menerima suatu sebutan yang muncul
dalam konteks kebangunan rohani. Di sisi lain, karena banyak orang
Reformed tidak mau bergabung dengan Arminian yang memiliki sebutan
yang sama, karena kepercayaan bahwa ada perbedaan yang besar secara
teologis. Jadi, bagi sebagian Calvinis, termasuk Cornelius Van Til,(5)
"Evangelikal" berarti "Protestan yang non-Reformed".
Saya menolak penggunaan ini, terlepas dari pendapat yang diberikan
oleh mentor saya, Van Til. Penggunaan yang diberikan oleh Van Til
tidak historis, karena secara historis kata "Evangelikal" mencakup
Calvinis. Lebih penting lagi, bagi saya kelihatannya kita memang
membutuhkan istilah untuk menyatukan orang-orang Protestan yang
percaya Alkitab, dan sebutan yang cocok untuk tujuan itu hanyalah
"Evangelikal".(6)
Menurut pandangan saya, kaum Reformed dan kaum Evangelikal disatukan
atas dasar banyak poin doktrinal yang signifikan, bisa
diargumentasikan bahwa keduanya disatukan atas dasar yang paling
penting. Jadi, saya tetap menyatakan bahwa iman Reformed adalah
Evangelikal.
Apakah kepercayaan utama dari teologi Evangelikal? Seorang
Evangelikal, berdasarkan definisi saya, adalah seseorang yang mengakui
teologi Protestan Historis. Hal itu mencakup kepercayaan-kepercayaan
berikut ini:
1. Allah adalah satu Pribadi, yang maha bijak, adil, baik, benar dan
berkuasa, realitas terakhir, berhak disembah secara eksklusif,
dan ditaati tanpa perlu dipertanyakan, yang telah menciptakan
dunia ini dari yang tidak ada menjadi ada.
2. Manusia, diciptakan menurut gambar Allah, berdasarkan kehendaknya
tidak menaati perintah Allah, dan karena itu layak mendapatkan
upah maut. Sejak saat itu, semua umat manusia, kecuali Yesus
Kristus, telah berdosa terhadap Allah.
3. Yesus Kristus, Putra Allah yang kekal, menjadi manusia. Ia (secara
harfiah, sesungguhnya) lahir dari seorang dara. Ia melakukan
mukjizat-mukjizat. Ia menggenapi nubuat. Ia menderita dan mati
bagi dosa kita, menanggung kesalahan dan hukum dari dosa kita. Ia
dibangkitkan secara fisik dari kematian. Ia akan datang kembali
(secara harfiah, secara fisik) untuk mengumpulkan umat-Nya dan
untuk menghakimi dunia.
4. Keselamatan dari dosa datang bagi kita bukan atas dasar perbuatan
baik kita, melainkan melalui penerimaan karunia yang cuma-cuma dari
Allah melalui iman. Iman yang menyelamatkan menerima pengorbanan
Kristus sebagai pengorbanan kita, sebagai satu-satunya dasar dari
persekutuan kita dengan Allah. Iman yang menyelamatkan semacam itu
tanpa disangkali telah memotivasi kita pada ketaatan.
5. Kitab Suci adalah firman Allah yang membuat kita bijak dalam
keselamatan.
6. Doa bukan hanya sekadar meditasi atau pengembangan diri, melainkan
suatu percakapan yang tulus dengan Pencipta dan Penebus kita. Di
dalam doa kita memuji Allah, mengucap syukur, memohon pengampunan,
dan membuat permohonan yang membawa perubahan konkret dalam dunia.
Pernyataan-pernyataan ini dapat disebut "hal-hal yang fundamental dari
iman". Mereka merepresentasikan pusat dari injil biblikal, dan di atas
injil ini, kaum Reformed disatukan dengan semua kaum Evangelikal. Saya
terluka pada waktu mendengar kaum Reformed mengatakan bahwa "kami
tidak memiliki hal yang sama dengan Arminian." Sebenarnya, kita
memiliki injil biblikal yang sama dengan mereka, dan itu hal yang
besar. Saya pasti berargumen bahwa teologi Arminian tidak konsisten
dengan injil itu. Tetapi saya tidak dapat meragukan bahwa kebanyakan
dari mereka percaya injil itu dari hati mereka.
Berdasarkan pemahaman ini, kaum Reformed ini tidak hanya berdiri
dengan saudara-saudari Arminian mereka di dalam mengakui kebenaran
biblikal, tetapi mereka juga bersama-sama melawan kekorupan yang sama
dari iman. Kita berdiri bersama semua kaum Evangelikal melawan
humanisme sekuler, bidat, gerakan Zaman Baru, dan tradisi liberal
dalam teologi. "Liberal" yang saya maksudkan di sini adalah jenis
teologi apa pun yang menyangkali hal-hal "fundamental" yang mana pun.
Dalam pengertian ini, saya mencakupkan sebagai yang "liberal" bukan
hanya kaum modern pada zaman J. Gresham Macken,(7) termasuk juga
tradisi neo-ortodoksi (Barth dan Brunner, kaum "modernis yang baru"
menurut Van Til), dan gerakan terkini seperti teologi pembebasan,
teologi proses, dan teologi pluralis. Gerakan yang lebih terkini
sering dikontraskan dengan liberalisme, tetapi seperti yang saya
percaya, kita butuh satu istilah untuk menjelaskan semua orang
Protestan yang percaya pada Alkitab, demikian pula saya percaya kita
butuh satu istilah untuk menjelaskan orang-orang yang mengaku Kristen,
yang menyangkali satu atau lebih dari yang fundamental; dan
"liberalisme" merupakan istilah yang terbaik untuk tujuan itu.
Saya akan meringkaskan beberapa rumusan yang biasanya ada dalam
tradisi liberal dalam kategori yang diselaraskan dengan pernyataan-
pernyataan 1 -- 6 di atas.
1. Allah adalah "melampaui personalitas", "melampaui yang baik dan
yang jahat", tidak menuntut ketaatan, menghukum dosa, atau
menjawab doa.
2. Dosa bukan merupakan ketidaktaatan pada suatu hukum eksternal bagi
manusia, melainkan keterasingan dari yang lain dan dari
kemanusiaan yang sejati orang itu.
3. Yesus hanya seorang laki-laki yang dengan berbagai cara dikaitkan
dengan Allah. Mukjizat yang harfiah dan kebangkitan adalah tidak
mungkin, tetapi mereka adalah lambang dari suatu realitas yang
lebih tinggi.
4. Keselamatan bukan berasal dari pengorbanan Kristus yang bersifat
substitusi, atau melalui iman kepada Kristus sebagai cara
keselamatan yang eksklusif. Semua yang diselamatkan atau "orang
yang selamat" adalah mereka yang mengikuti berbagai etika dan
program-program politik.
5. Kitab Suci merupakan tulisan manusia, bisa keliru dan cenderung
pada kekeliruan, yang dengan cara bagaimana mengomunikasikan
berita ilahi.
6. Doa pada dasarnya penghormatan pada diri sendiri.
Sebagaimana yang kita lihat, injil Evangelikal sangat berbeda dengan
penyangkalan liberal akan injil itu. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi kita untuk memiliki posisi yang jelas dalam hal ini. Saya
secara khusus mendorong mereka yang mulai belajar teologi untuk
memerhatikan isu ini secara pribadi. Ini adalah waktu di mana Saudara
harus jelas tentang relasi Saudara dengan Allah. Apakah Saudara
percaya bahwa Allah yang dinyatakan di Kitab Suci ada? Dan bahwa Ia
adalah Tuhan yang agung dari langit dan bumi? Apakah Saudara percaya
bahwa Saudara secara pribadi berdosa dan Saudara hanya layak untuk
mendapatkan murka-Nya dan hukuman yang kekal? Apakah Saudara percaya
berdasarkan perbuatan Saudara sendiri (termasuk di antaranya kehadiran
di gereja, pelayanan Kristen, benar secara intelektual) dapat
menyelamatkan Saudara, atau hanya di dalam kebenaran yang sempurna
dari Kristus?
Apabila Saudara tidak pernah menjawab pertanyaan sejenis ini, saya
mendorong Saudara demi Kristus untuk menjawabnya sekarang! Tidak semua
orang yang masuk seminari adalah orang percaya dalam pengertian
semacam ini. Adalah mudah untuk menipu diri sendiri pada waktu Saudara
telah melalui kehidupan Kristen. Semasa Saudara belajar di seminari,
kembali ke dasar dengan cara ini makin lama akan makin sulit. Pada
saat Saudara menjadi ahli teologi, Saudara bisa menjadi bangga atas
pencapaian Saudara, dan karena itu Saudara tidak sabar terhadap siapa
pun yang menyatakan bahwa Saudara butuh menjadi seperti anak kecil dan
menaruh seluruh kepercayaan Saudara pada hikmat orang lain. "Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan
ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)
IMAN REFORMED ADALAH PREDESTINARIAN
Istilah "Reformed" untuk alasan tertentu pada mulanya dikaitkan dengan
cabang Reformasi dari Swiss (Zwingli, Bucer, Bullinger, Calvin), dan
kemudian menjadi sinonim dengan "Calvinis". Pengajaran yang paling
kontroversial dari orang-orang ini adalah doktrin predestinasi mereka.
Doktrin ini sering kali dilihat sebagai perbedaan yang utama dari
pengajaran Reformed dengan bentuk-bentuk evangelikalisme lainnya. Pada
tahun 1618 -- 1619, di sebuah pertemuan sidang sinode Reformed di
Dordrecht (atau Dort) di Belanda, dipresentasikan lima "poin"
ringkasan dari pengajaran Jacob Arminius ("Arminianisme"). Sebagai
oposisi terhadap kelima poin itu, sinode mengadopsi apa yang disebut
dengan "lima poin Calvinisme", yang merupakan ringkasan doktrin
predestinasi. Poin-poin ini dikenal dengan inisial dari bunga Belanda
yang indah, yaitu TULIP: Total Depravity, Unconditional Election,
Limited Atonement, Irresistible Grace, Preseverance of the Saints.
Kita tidak boleh melihat kelima poin ini sebagai ringkasan dari sistem
doktrin dari Reformed. Di Dort, kelima topik itu dibahas berdasarkan
pilihan kaum Arminian, bukan kaum Calvinis. Kelima poin itu sebenarnya
merupakan suatu ringkasan dari "apa yang tidak disukai oleh kaum
Arminian tentang Calvinisme", bukan merupakan ringkasan dari
Calvinisme itu sendiri. Poin-poin itu bukan meringkas Calvinisme,
melainkan aspek-aspek kontroversial dari Calvinisme. Saya pikir
apabila sidang itu diminta untuk memberikan ringkasan iman Reformed
yang sebenarnya, maka mereka akan menyusunnya secara berbeda, yaitu
lebih seperti "Pengakuan-pengakuan Belgic dan Westminster".
Poin kontroversial tidak harus merupakan keprihatinan fundamental dari
suatu sistem. Sehubungan dengan iman Reformed, sistem doktrinalnya
lebih dari lima poin; iman Reformed merupakan pemahaman yang
komprehensif dari Kitab Suci, jadi merupakan suatu pandangan
komprehensif dari wawasan dunia dan wawasan kehidupan. Namun demikian,
sekarang saya akan secara singkat membahas "kelima poin" itu. Meskipun
sentralitas "kelima poin" ini bisa berlebihan, namun mereka tentu saja
penting dan sering disalah mengerti.
1. Total Depravity
Meskipun orang yang sudah jatuh dalam dosa mampu secara eksternal
melakukan perbuatan baik (perbuatan yang baik menurut masyarakat),
mereka tidak dapat melakukan apa pun yang sesungguhnya baik,
misalnya memerkenankan Allah (Roma 8:8). Allah melihat hati.
Berdasarkan sudut pandang-Nya, orang yang sudah jatuh dalam dosa
tidak memiliki kebaikan, dalam pikiran, perkataan, atau perbuatan.
Oleh karena itu, ia tidak mampu memberikan sumbangsih apa pun pada
keselamatannya.
2. Unconditional Election
Oleh karena itu, pada saat Allah memilih manusia untuk
diselamatkan, Ia tidak memilih mereka berdasarkan apa pun yang ada
pada diri mereka. Ia tidak memilih mereka karena kebaikan mereka
sendiri, atau bahkan karena Allah mengetahui sebelumnya bahwa
mereka akan percaya, melainkan hanya karena kemurahan-Nya
semata-mata, yaitu berdasarkan anugerah (Efesus 2:8-9).
3. Limited Atonement
Poin ini merupakan poin yang paling kontroversial dari kelima poin,
karena Alkitab kelihatannya mengajarkan bahwa Kristus mati untuk
setiap orang. Lihat contohnya, 2 Korintus 5:15; 1 Timotius 4:10; 1
Yohanes 2:2. Ada dimensi "universal" dari penebusan: (a) penebusan
untuk semua bangsa; (b) hal itu suatu penciptaan baru dari seluruh
umat manusia; (c) hal itu ditawarkan secara universal; (d) hal itu
satu-satunya cara bagi setiap orang untuk diselamatkan dan karena
itu satu-satunya keselamatan untuk semua orang; (e) nilainya cukup
untuk semua. Namun demikian, Kristus bukan merupakan substitusi
untuk dosa-dosa dari setiap orang; kalau demikian halnya, maka
setiap orang akan diselamatkan. Oleh karena penebusan Kristus
berkuasa dan efektif. Penebusan Kristus bukan hanya sekadar membuat
keselamatan menjadi mungkin; melainkan penebusan itu benar-benar
menyelamatkan. Pada waktu Kristus "mati untuk" seseorang, orang itu
pasti diselamatkan. Salah satu "teks penebusan universal" adalah 2
Korintus 5:15, di mana hal itu dinyatakan dengan jelas. Jadi, Ia
mati hanya bagi efektivitas dari penebusan pada "limitasi"nya;
mungkin kita harus menyebutnya "penebusan yang efektif" daripada
"penebusan terbatas", dan itu akan mengubah singkatan TULIP menjadi
TUEIP. Tetapi tentu saja efektivitas mengimplikasikan limitasi,
jadi limitasi adalah sebuah aspek yang penting dari doktrin ini.
4. Irresistible Grace
Anugerah bukan seperti satu atau dua permen yang dapat Saudara
kembalikan apabila Saudara tidak menghendakinya. Anugerah adalah
kemurahan Allah, suatu sikap dari hati Allah sendiri. Kita tidak
dapat menghentikan Dia untuk mengasihi kita apabila Ia memilih
untuk melakukannya. Demikian pula kita tidak dapat menghentikan Dia
dari memberikan kita berkat keselamatan: regenerasi, justifikasi,
adopsi, pengudusan, serta glorifikasi. Tujuan-Nya di dalam diri
kita akan pasti digenapi (Filipi 1:6, Efesus 1:11).
5. Perseverance of the Saints
Apabila Saudara dilahirbarukan kembali oleh Roh Allah, dibenarkan,
diadopsi ke dalam keluarga Allah, maka Saudara tidak dapat
kehilangan keselamatan Saudara. Allah akan menjaga Saudara (Yohanes
10:27-30; Roma 8:28-29). Ketekunan tidak berarti bahwa setelah
Saudara menerima Kristus, lalu Saudara boleh berdosa sekehendak
hati Saudara dan Saudara tetap diselamatkan. Banyak orang menerima
Kristus secara munafik dan kemudian menyangkali kehidupan Kristen.
Mereka yang murtad, dan tidak kembali menerima Kristus di hati
mereka, mereka mati dalam dosa-dosa mereka. Tetapi apabila Saudara
mengakui Kristus dari hati, maka Saudara pasti akan bertekun,
karena Saudara tidak akan didominasi oleh dosa (Roma 6:14).
-------------
Catatan Kaki:
1. Diterjemahkan dan dimuat sesuai dengan izin yang diberikan secara
lisan oleh penulis.
2. Dalam tulisan ini, saya menggunakan istilah "Calvinistis" dan
"Reformed" dengan arti yang sama.
3. (abridged ed. Philadelphia: Presbyterian and Reformed, 1975) 7-22.
4. Lihat teguran terhadap perpecahan dalam 1 Korintus 1-4. Saya
membahas isu ini secara mendalam dalam Evangelical Reunion (Grand
Rapids: Baker, 1991).
5. "A Christian Theory of Knowledge" (t.k.: Presbyterian and Reformed,
1969) 194 dan lainnya.
6. Adalah benar bahwa, bahkan di Amerika Serikat, garis pemisah
antara kalangan injili dengan yang lainnya telah menjadi kabur.
Sebagian telah menyangkali ineransi Kitab Suci secara total,
sementara itu mengklaim dirinya Evangelikal. Dalam pandangan
saya, hal ini tidak sesuai. Namun demikian, bagi saya istilah
"Evangelikal" bukan sama sekali tidak berguna lagi, dan saya tahu
tidak ada yang lebih baik untuk maksud saya sekarang ini.
7. Lihat Christianity and Liberalism dari Machen, tetap merupakan
tulisan yang terbaik tentang perubahan-perubahan yang fundamental
antara kedua cara berpikir itu.
(Bersambung)
======================================================================
Diambil dari:
Judul jurnal : Veritas, Volume 08, Nomor 02 (Oktober 2007)
Judul artikel: Introduksi pada Iman Reformed
Penulis : John M. Frame
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2007
Halaman : 169 -- 179
------------------------- ><> e-Reformed <>< -------------------------
Anda terdaftar dengan alamat: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Kontak Redaksi : < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar : < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI : < http://reformed.sabda.org/ >
><> e-Reformed ------------------------------------- e-Reformed <><
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |